Veneric Sarcoma PDF
Veneric Sarcoma PDF
Ada banyak hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan sebelum dokter
hewan melakukan tindakan pembedahan atau operasi terhadap suatu kasus bedah
yaitu persiapan operasi atau preoperasi, yang meliputi desinfeksi dan sterilisasi
terhadap peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi, tindak operasi itu sendiri
dan perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi. Selain sterilisasi dan
desinfeksi peralatan operasi, status hewan seperti sejarah penyakit, anamnese dan
status present diperlukan untuk dapat mendiagnosa penyakit. Selanjutnya tindak
bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga mempertimbangkan anastesi yang
diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang akan dilakukan pada hewan
tersebut. Perawatan selama operasi dan perawatan setelah operasi tidak boleh
diabaikan, tidak terkecuali obat yang harus diberikan dalam proses persembuhan luka
bekas operasi.
Sterilisasi adalah pembinasaan dari semua jasad renik ( bakteri, virus, dan
spora) pada suatu bagian. Sterilisasi ini pada umumnya mengacu pada obyek ( mis.,
peralatan, penutup, kateter, jarum jahit) yang berhubungan langsung dengan jaringan
steril atau yang masuk dalam sistem vaskuler. Desinfeksi adalah pembinasaan dari
jasad renik yang paling patogenik pada objek mati ( tidak hidup) , dan antiseptis
adalah pembinasaan dari jasad renik yang paling patogenik selama persiapan pada
kulit pasien dan yang digosokkan sebelum pembedahan, bagaimanapun, kulit tidak
disterilkan.
Desinfeksi
Desinfeksi pada umumnya menggunakan cairan desinfektan. Pemilihan
desinfektan yang sesuai tergantung pada hasil yang diinginkan. Beberapa desinfektan
efektif membinasakan jumlah terbatas jasad renik; yang lainnya efektif membunuh
semua organisme, mencakup spora. Penggunaan dan pencegahan desinfektan yang
umum dipakai dapat dilihat pada tabel 2-1.
Tabel. 2-1. Desinfektan yang umum dipakai oleh dokter hewan praktek.
Sterilisasi
Karena jaringan bagian dalam dari badan steril, beberapa persediaan atau
peralatan yang berhubungan langsung dengan jaringan ini harus pula steril. Metoda
sterilisasi peralatan yang berhubungan dengan pembedahan atau peralatan lain
menggunakan uap air, bahan-kimia, plasma, dan radiasi peng-ion. Kemampuan
tentang segala metoda sterilisasi tergantung pada nomor; jumlah, jenis, dan yang
tidak bisa dipisahkan resistensi jasad renik untuk disterilkan dan apakah material lain
( mis., tanah, minyak) ada dalam bagian yang berlawanan dengan pelindung atau
menonaktifkan agen sterilisasi.
Sejarah penyakit
Suatu sejarah saksama dari pemilik atau yang membawa hewan membantu
dalam evaluasi menyangkut identifikasi dan proses kelainan lain yang mungkin
mempengaruhi perawatan. Walaupun dalam keadaan darurat sejarah sering
diperlukan, sejarah saksama secepatnya harus diperoleh. Sejarah meliputi keluhan,
signalemen, diet, latihan, lingkungan, permasalahan medis sebelumnya, dan
perawatan.Sejarah ini penting untuk mendeteksi terapi yang diberikan apakah
antiinflammatory kronis atau akut, antimicrobial, berpotensi nephrotoxic, atau
anticonvulsant , seperti halnya infeksi di tempat lain di badan pasien. Pertanyaan
harus dibingkai untuk menghindari tanggapan samar-samar dan untuk memperoleh
informasi spesifik. Sebagai contoh, " kapan anjing tersebut terakhir kali divaksin?",
muntah, diarrhea, selera makan, keracunan atau benda asing, batuk, latihan yang
berlebihan, dan kelainan lain harus dicatat. Hewan dengan sejarah seizure (contoh;
acepromazine) dapat dihindarkan. Kekerasan, durasi, dan penyakit yang spesifik atau
keluhan lain harus dipastikan. Seperti dalam kasus ini, ternyata hewan sudah pernah
diobati sebelumnya tetapi tidak dilakukan operasi pengangkatan tumor sehingga
tumor kelamin muncul kembali.
Pemeriksaan Fisik
Hewan harus dievaluasi secara sistematis sepanjang pemeriksaan fisik, dan
semua sistem badan hewan harus diperiksa. Kondisi umum ( kondisi badan, sikap,
dan status mental) harus dicatat. Hewan yang trauma perlu dilakukan suatu pengujian
penyakitsyaraf dan suatu pengujian bedah tulang, sebagai tambahan evaluasi
individu yang berhubung pernapasan, gastrointestinal, cardiovasculer, dan sistem air
kencing. Keadaan darurat boleh hanya melakukan pengujian sepintas lalu sampai
kondisi binatang telah stabil. Evaluasi status fisik yang preanasthetic menyangkut
faktor penentu terbaik kemungkinan cardiopulmonary keadaan darurat selama atau
setelah surgary; semakin memburuk status fisik, yang lebih tinggi adalah resiko
kesulitan berhubungan dengan pembedahan dan anasthetic.
Selanjutnya dilakukan operasi atau tindakan bedah setelah didiagnosa hewan
tersebut terkena tumor kelamin atau yang sering disebut Transmissible venereal
tumor. Tindak bedah yang dilakukan adalah Ovarihysterektomi untuk mensterilkan
anjng tersebut agar tidak ada keinginan tuk kawin lagi sehingga tumor tidak terjangkit
pada anjing lain dan operasi pengangkatan tumor kelamin itu sendiri.
Operasi
Berikut operasi standar yang dilakukan dalam kasus Transmissible venereal
tumor pada anjing :
• Preparasi Ruang Operasi
- Sebelumnya ruangan dibersihkan dahulu, disapu, desinfeksi dan
fumigasi dengan formalin : KMnO4 (1:2).
- Ruang operasi, meja dan perlengkapan lain dibersihkan.
• Preparasi Alat Operasi
- Alat-alat dicuci dengan sabun, dan disikat bila ada percikan darah.
- Lalu dibilas dengan air hangat sampai bersih dan dengan
desinfektan.
- Alat-alat dikeringkan dengan lap bersih dan steril.
- Lalu dimasukkan dalam bak instrument.
- Peralatan dibungkus dengan kain.
- Masukkan dalam autoclave 121º C selama 1 jam.
• Preparasi Hewan
- Hewan dibius.
- Bagian yang akan disayat dicukur ± 5-10 cm di sebelah sayatan.
• Preparasi Operator
- Tutup kepala dan masker dipakai.
- Semua asessoris di tangan di lepas, kuku harus pendek.
- Tangan dicuci dengan sabun, kemudian disikat dari ujung kuku
keatas.
- Lalu dibilas sampai bersih, dan disemprot alkohol 70%.
- Dikeringkan dengan handuk steril.
- Setelah selesai, baju operasi dan sarung tangan dipakai.
Metode Operasi
- Teknik pembiusan dan dosis obat bius:
Ketamin 10% 15 mg/kg BB i.m
Xylazine 2% 2 mg/kg BB i.m
- Teknik Operasi.
Orientasi anatomis ovarium dan uterus.
Beberapa centimeter di depan os pubis, di bagian dorsal vesica urinaria. Ovarium
tergantung oleh mesovarium 1-3 cm posterior ginjal dan tergantung pada dinding
perut. Uterus terletak dorsolateral dinding rongga perut.
- Penyayatan dan prosedur bedah
Penyayatan dilakukan pada linea alba yang berupa garis putih yang
menghubungkan cartilago xyphoideus hingga tendon pubis.
1. Laparatomi dilakukan di posterior memotong m. rectus abdominis.
2. Cari ovarium di bifurcatio uterus yang terletak di bawah vesica urinaria.
Setelah ovarium kanan dan kiri ditemukan, penggantungnya di klem dengan tang
arteri di 2 tempat dan diikat dengan silk. Potong diantara 2 klem.
3. Ikatan tidak dilepas, klem dilepas sesaat setelah pemotongan.
4. Pada corpus uteri, diatas cervix, klem juga di 2 tempat dan ikat dengan silk
pada bagian bawah (menuju cervix). Potong diantara 2 klem.
5. Ikatan tidak dilepas, klem dilepas sesaat setelah pemotongan.
6. Setelah selesai mengeksplorasi, cuci dengan NaCl fisiologis, semprotkan
penicllin 50.000 IU.
7. Sayatan dijahit dengan teknik penjahitan sederhana, peritoneum dan otot
dijahit bersama dengan catgut dan kulit dengan silk.
8. Semprot dengan iodium tinctuur 10% lalu tutup dengan kasa.
9. Selanjutnya, operasi pengangkatan tumor. Dengan pertimbangan setelah dilakukan
pemeriksaan dengan vaginoskop, tumor yang akan diangkat ternyata dapat diambil/
dipotong langsung tanpa melakukan epystomi tapi dengan memotong langsung atau
mengambil langsung tumor kelamin yang mengelilingi vagina karena masih dapat
dijangkau dengan mengeluarkan bagian vagina tempat terletaknya tumor kelamin,
selanjutnya memasukkan Kalium Phermanganat ke dalam saluran reproduksi tempat
terdapatnya tumor.
10. Penyuntikan Adona AC 17 untuk mencegah terjadinya perdarahan.
Diagnosis
Prinsip umum
• Diagnosa dan karakteristik dari massa kulit penting untuk beberapa alasan.
Pengetahuan tentang tipe-tipe tumor sebelum melakukan pembedahan
dibawah tanggung jawab klinikus. 1. untuk merencanakan pembedahan yang
sesuai (mis. pada sel mast tumor memerlukan 3 cm garis tepi di luar tumor),
2. untuk mempertimbangkan terapi radiasi (mis. Nonresectable mast cell
tumor), atau 3. untuk institusi pengobatan medis (mis. Kemoterapi vincristin
sering digunakan untuk transmissible venereal tumor).
• Untuk mendeteksi adanya metastasis sebelum pembedahan, mengevaluasi
beberapa pembesaran lymphonode secara cytologi ( aspirasi dengan jarum
yang benar) atau secara histologi. Sebagai tambahan, mempertimbangkan
getah bening bengkak dengan biopsi pada perawatan untuk pengobatan lebih
akurat.
• Untuk mendeteksi adanya penyakit yang mampu bermetastasis sebelum
pembedahan, evaluasi beberapa lymph node regional secara cytology (aspirasi
dengan jarum yang tepat) atau secara histologi. Sebagai tambahan,
mempertimbangkan biopsi lymph node untuk pembedahan agar lebih akurat.
• Radiaograp bentuk thorak (3 lapang pandang) pada semua hewan dengan
suspec (atau dikonfirmasikan) tumor malignan yang berpotensi terjadinya
metastasis sampai ke paru-paru. Radiograp bentuk abdominal dan/atau
ultrasonografi abdominal pada kasus tersebut yang sampai pada organ-organ
di dalam abdominal atau ruang-ruang yang merupakan suspec (mis. Mast cell
tumor, hemangiosarcoma). Evaluasi struktur skletal pada radiograp thorak dan
abdominal untuk penyakit yang mampu bermetastasis.
Table 28-1. Tumor kulit dan subcutan yang umum ditemukan pada anjing
Lipoma
Mast cell tumors
Histiocytoma
Sebaceous gland adenomas
Table 28-2. Tumor kulit dan subcutan yang umum ditemukan pada kucing
Basal cell tumor
Squamous cell carcinoma
Fibrosarcoma
Mast cell tumors
Table 28-3. Tumor kulit dan subcutan yang umum ditemukan pada anjing
muda
Histiocytoma
Transmissible venereal tumors
Viral papilloma
Secara mikroskopis. Sel tumor besar, bulat, polyhedral, ataupun sedikit oval,
jarang yg ireguler, beberapa uniform ukurannya. Nucleus besar, relative vesicular,
jelas, umumnya satu inti. Tidak ada Sitoplasma bergranulasi (eosinofilik atau
basofilik(giemsa)), dan dengan ciri tumor pada umumnya (Bloom et al., 1950).
Dalam contoh ini sel, kecil sepanjang sel darah merah adalah sel. Besar biru ungu
sel-sel yang TVT.
Post Operasi
Berikut perawatan atau postoperasi yang diberikan pada pasien kasus tumor
kelamin ini.
1. Berikan Amoxycilin 20 mg/kg BB peroral, 2 x sehari selama perawatan.
2. Perlindungan terhadap luka dengan perban.
3. Pemberian salep luka.
4. Pembukaan jahitan di hari ke-7.
Actual Normal
Haemoglobin 15 12-18 g/dl
Hematokrit 43 37-55 ml %
Erytrosit 6,1 5,5 – 8,5 jt
Leukosit 22600 6 000 – 17 000
Trombosit 329000 200 000 – 500 000
LED 2 0 -5 mm/hr
Eosinofil - 2 -10 %
Basofil - 0 -1 %
Segmen 12 60 – 80 %
Limfosit 80 15 – 34 %
Monosit 8 1 - 11 %
Fungsi hati
- Total protein 6,6 4,9 – 9,6 mg/dl
- Albumin 3,2 2,12 – 4,0 mg
- Globulin 3,4 2,21 – 4, 45 dl
- Total globulin 0,87 0 – 0,50 mg/dl
- Direct 0,20 -
- Indirect 0,67 -
- SGOT 290 36 – 77,5 UI/I
- SGPT 78 29,5 – 60 UI/I
- ALP 11 7,9 – 26 UI/I
Fungsi ginjal
- Ureum 30 5 – 23,9 mg/dl
- Creatinin 0,8 0,18 – 2,9 mg/dl
Data laboratorium
Status fisik hewan dan prosedur untuk melakukan tes laboratorium. Penentuan
hematocrit, total protein ( TP), darah urea nitrogen ( BUN), dan bobot jenis air seni
pada hewan muda, yang sehat menggunakan prosedur pilihan ( misalnya.,
ovarihysterectomy, declawing) dan untuk hewan sehat dengan penyakit terlokalisasi (
misalnya., patellar luxation). Jika hewan lebih tua dari 5 - 7 tahun, mempunyai status
fisik I atau II, atau secara sistemik ( misalnya., dyspnea, murmur jantung, anemia,
ruptur badder, lambung dilatation-volvulus, shok, hemoragi), dan saat perawatan
diantisipasi lebih lama dibanding 1 - 2 jam, jumlah sel darah ( CBC), profil biokimia
serum, dan analisa air kencing harus dilaksanakan.
Identifikasi atau penyakit dasar mempengaruhi manajemen preoperasi,
prosedur yang berhub. dg pembedahan, prognosis dan perawatan sesudah operasi.
Hewan dengan neoplasia harus dievaluasi untuk metastasis ( misalnya. dengan
gambar hasil sinar x atau getah bening bengkak). Mereka yang menderita penyakit
jantung perlu mempunyai gambar hasil sinar x yang berkenaan dengan dada, scan
jantung ultrasound, dan/atau electrocardiograms.
Berdasarkan data laboratorium yang ditemukan pada kasus transmissible
venereal tumor menunjukkan tingginya SGPT dan SGOT, tingginya nilai Creatinin
dan ureaum. Tingginya SGPT merupakan indikasi dari penyakit hati atau terjadinya
kerusakan hati, hal ini sesuai dengan sifat tumor ini sendiri yang mampu
bermetastasis sampai ke hati dan melakukan pengerusakan juga pada organ hati
melalui kapiler-kapiler darah yang menyebabkan hati memproduksi enzim khas hati
yaitu SGPT menjadi lebih banyak. Dalam kasus kerusakan hati tidak selalu
menunjukkan tingginya nilai SGPT, SGPT normal juga dapat ditemukan pada
kerusakan hati pada hewan. Sedangkan tingginya nilai SGOT dalam kasus
transmissible venereal tumor ini meerupakan indikasi dari kerusakan hati, terapi
steroid, obstruksi biliary ekstra hepatic dan beberapa neoplasma. Menurut
Girindra,1986., kerusakan otot juga menunjukkan tingginya nilai SGOT. Hal ini
disebabkan SGOT bukan merupakan enzim khas hati sehingga tingginya nilai SGOT
tidak dapat dijadikan satu-satunya inerpretasi akan kerusakan hati tapi lebih memicu
pada adanya keberadaan neoplasma dalam tubuh hewan. Tingginya creatinin dan
ureum merupakan indikasi dari terjadinya kerusakan ginjal. Tingginya nilai creatinin
merupakan manifestasi dari kerusakan ginjal secara akut, pregnancy, hipovitaminosis
D, dan hypoparatyrodism.
Daftara Pustaka
Anonim. 2006. ”SGOT-SGPT Sering Bikin Kecele”
http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0502/21/humaniora/1567472.htm (8 Oktober 2008)
Anonimus, 2008. Transmissible Venereal Tumor (14 Agustus 2008)
Aiello, S.E., et al. 2000. The Merck Veterinary Manual Eight ed. Merck&Co. inc
whitehouse station N.J.USA.
Birchard, S.J, Sherding RG. 2000. Sounders manual of small animal practice. ED-2.
Pensylvania; W.B Saunders company.
Bush, B.M. 1991. Interpretation of Laboratory Result for Small Animal Clinical.
London
Fossum T. W, 2002. Small animal surgery. 2nd edition. Mosby an affiliate of Elsevier.
St. louis, Missouri.
Girindra, 1986. Biokimia Patologi, Institut Pertanian Bogor, Hal: 181- 195