Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa kini masyarakat semakin menyadari pentingnya upaya mengatasi masalah-


masalah lingkungan hidup. Di antara masalah-masalah lingkungan yang banyak mendapat
perhatian publik adalah menipisnya sumber daya alam dan tingginya pencemaran. Hal
tersebut menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Jika masalah–masalah tersebut
tidak segera diatasi dapat mengancam kelangsungan pembangunan nasional di bidang
lingkungan hidup. bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat
bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.Bahwa kegiatan rumah
sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan
limbah cair yang dibuang ke lingkungan. Sehingga sangat perlu mengurangi pencemaran
tersebut dengan pengeloaan limbah yang baik dan sesuai peraturan perundang-undangan.
Penelitian ini mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Pasal 15 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: KEP-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan rumah sakit, Kualitas
limbah padat mengacu pada Baku Mutu Emisi Udara Insinerator menurut Keputusan
KABAPEDALDA No: Kep-03/BAPEDAL/09/1995.
Secara umum, limbah rumah sakit terdiri dari tiga kelompok yaitu: limbah padat,
limbah cair, dan limbah gas. Limbah tersebut bisa dianggap sebagai limbah yang
infeksius sehingga diperlukan pemisahan limbah secara ketat berdasarkan jenis
limbahnya, akan tetapi hal ini sangat bergantung pada macam dan jenis kuman yang
terkandung di dalam limbah dan jenis limbahnya. Pada beberapa jenis limbah, kuman
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena memang sesuai dengan kondisi ideal
yang dibutuhkan oleh jenis kuman tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya untuk
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan kuman dengan menggunakan berbagai
cara pengolahan limbah, bahkan memusnahkan kuman yang ada agar tidak menyebar ke
lingkungannya. Secara alamiah sinar matahari yang mengandung sinar ultra ungu juga
mengendalikan pertumbuhan kuman, namun pada beberapa kondisi hal tersebut tidak
cukup memadai dalam mengendalikan kuman yang ada di Rumah Sakit, sehingga perlu
dilakukan berbagai cara dan metode agar pengendalian kuman tersebut dapat dilakukan
dengan cara yang seefektif mungkin dengan maksud agar dampak yang diakibatkan dapat
ditekan seminimal mungkin.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik mengangkat makalah dengan judul
“Sanitasi Limbah Cair Di Rumah Sakit”

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian limbah cair di RS
b. Apa karakteristik limbah cair di RS
c. Apa dampak limbah cair di RS
d. Bagaimana pengelolaan limbah cair di RS

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pngertian limbah cair
b. Untuk mengetahui karakteristik limbah cair di RS
c. Untuk mengetahui dampak limbah cair di RS
d. Untuk mengetahui pengelolaan limbah cair di RS

1.4 Manfaat Penulisan


a. Untuk institusi pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk memperkaya bahan bacaan perpustakaan institusi
tentang sanitasi limbah cair di RS

b. Untuk mahasiswa
Informasi dari penulis ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber bagi
mahasiswa lainnya yang memiliki ketertarikan pada sanitasi limbah cair di RS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Cair di Rumah Sakit


a. Pengertian Limbah
Secara umum pengertian limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Pengertian Limbah Menurut
Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I adalah Limbah adalah
bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya
sudah berubah dari aslinya. Sedanngkan Menurut Peraturan Pemerintah (Peraturan
Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999) Limbah diartikan sebagai sisa atau buangan
dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.

 Limbah Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan wujud dan bentuknya Limbah dibedakan menjadi tiga jenis yakni :

1) Limbah Padat
Limbah padat merupakan jenis limbah yang berwujud padat. Biasanya Limbah
padat bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya.
Contoh Limbah Padat (Sampah Plastik, Botol Plastik, Potongan Kayu dan
sampah lainnya.

2) Limbah Cair
Limbah cair merupakan jenis limbah yang berwujud cair. Limbah cair biasanya
terlarut dalam air, selalu berpindah tempat, dan tidak pernah diam.Contoh
Limbah Cair : (Air bekas cucian, Air bekas pewarna pakaian dalam industri
tekstil

3) Limbah Gas
Limbah yang ketika adalah berjenis gas yakni sebuah zat (zat buangan) yang
berwujud gas. Limbah gas dapat kita lihat dalam bentuk asap. Hasil dari
buangan limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat luas.
Contoh Limbah Gas (Asap kendaraan bermotor, Asap Pabrik Minyak

 Limbah Berdasarkan Sumbernya


Menurut A. K. Haghi, (2011) beliau membagi jenis limbah kedalam lima kategori
berdasarkan sumbernya yakni :
1) Limbah rumah tangga
2) Limbah industry
3) Limbah pertanian
4) Limbah konstruksi
5) Limbah radioaktif

3
 Limbah Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya limbah terbagi kedalam 5 kategori yakni
1) Limbah korosif
Limbah korosif merupakan jenis limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada
kulit dan dapat membuat logam berkarat

2) Limbah beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke
dalam laut.

3) Limbah reaktif
Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi
dan dapat menyebabkan kebakaran.

4) Limbah mudah meledak


Limbah mudah meledak merupakan limbah yang melalui proses kimia
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak
lingkungan.

5) Limbah mudah terbakar


Limbah mudah terbakar yakni limbah yang mengandung bahan yang
menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan dengan api.

b. Pengertian Limbah Rumah Sakit


Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).
Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan hidup
apabila tidak dikelola dengan baik.
Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari
pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas
pengelolaan limbah sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
yaitu:
1) Fasilitas Pengelolaan Limbah padat — Setiap Rumah sakit harus melakukan
reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.

4
2) Fasilitas Pengolahan Limbah Cair — Limbah cair harus dikumpulkan dalam
container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan
prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah sendiri.

c. Pengertian Limbah Cair di RS


Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun,
dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah
semua buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan
Penanganannya melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Air limbah
rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh
kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif (Said, 1999). Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah
air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia atau hewan, yang lazimnya muncul karena hasil perbuatan
manusia termasuk industri.

2.2 Karakteristik Limbah Cair di RS


Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui
yaitu :
a. Sifat Fisik
Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi
dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan
temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi
untuk mengetahui secara pasti maka digunakan analis laboratorium.

 Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam
dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat
dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi
dapat bersifat organis maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah.
Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat terendap karena
mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa
waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.
 Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel
koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan

5
ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan.
Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.
 Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman
tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya
bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi proses
alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya
yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.
 Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan
biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan
temperature alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis.
Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi.
Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukanjarang terjadi
pada suhu rendah.
 Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara
alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan
dengan kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata.
Demikian juga warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak
menimbulkan sifat racun.

b. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-logam berat
yang terkandung dalam air limbah.

 BOD
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis
denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada
sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi
telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk
menguraikan ( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut maupun
sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai
ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian
zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan
bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
 COD
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan
dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia

6
dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah
secra biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan
bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk
mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD adalah sejumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis
sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat anorganik.
 Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob
pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam,
tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada
rawa-rawa dan sawah.
 Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi
rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH
tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air
dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti
air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau seng.
 Alkalinitas
Tinggi redahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam
hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin
sulit air berbuih.
 Lemak dan minyak
kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri
yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi
dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
 Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat
menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin
banyak ganggang dalam air semakin tinggi kandungan oksigennya.
 Logam-logam berat dan beracun
Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada
cadmium, air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk
metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam
ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.

c. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein
adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah

7
terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut
dalam air akan terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan
terfermentasi menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat
diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah akan
diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana seperti karbon
dioksida dan air serta amoniak. ( Ginting,2006 )

2.3 Dampak Limbah Cair di Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus


menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung mata,
pakaian panjang, apron untuk industry, sepatu boot, serta sarung tangan khusus.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti:
a. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organic, yang
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.
b. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan
kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
c. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg,
Pb dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan genetic dan reproduksi.
f. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang
baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
g. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik
atau benda tajam lainnya.
h. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit
hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau genangan air.
i. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
j. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan,
menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit
mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.
k. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya
akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara.

 Dampak pembuangan air limbah


Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
digunakan oleh manusia.
2. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
3. Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik).

8
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga
terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir. (Chandra,2006 )

 Dampak negatif pengelolaan limbah rumah sakit terhadap lingkungan


Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak
baik atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan
rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan
yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara
yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi
peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan
pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.

Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan mejadi media tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi
transmisi penyakit terutama kholera, disentri, Thypus abdominalis.(Asmadi, 2012)

2.4 Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan


organic dan anorganik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengolahan Limbah
(UPL) dirumah sakit antara lain:

a. Sistem biologi aerobic

Kolam Oksidasi Air Limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)


Sistem biologi aerobic yang dapat digunakan untuk limbah rumah sakit
adalah sistem waste oxidation ditch treatment ( kolam oksidasi air limbah ).
Sistem ini digunakan untuk mengolah air limbah dari rumah sakit yang terletak
di tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasiya
sendiri dibuat bulat atau elips. Dalam sistem ini, air limbah dialirkan secara
berputar ke kolam-kolam oksidasi agar ada kesempatan lebih lama berkontak
dengan oksigen dari udara. Setelah itu, air limbah dialirkan ke dalam
sedimentation tank untuk pengendapan benda-benda padat atau lumpur lainnya.
Air yang sudah tampak jernih dialirkan ke bak khlorinasi sebelum dibuang ke
dalam sungai atau badan air lainnya. Lumpur yang mengendap diambildan
dikeringkan pada sludge drying bed. Ada beberapa komponen di dalam system
kolam oksidasi ini, antara lain pump ( pompa air kotor) , oxidation ditch ( kolam
oksidasi ), sedimentation tank ( bak pengedapan ), chlorination tank ( bak

9
khlorinasi ), sludge drying bed ( tempat mengeringkan lumpur, biasanya 1-2
petak ), dan control room ( ruang pengendali).

b. Sistem biologi anaerobic

Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)


Secara terminologi kolam stabilisasi, lagoon, dan kolam oksidasi memiliki
maksud yang sama. Metode yang memanfaatkan cekungan tanah ini
dimanfaatkan sebagai cara untuk pengolahan sekunder atau tersier. Kolam
stabilisasi ini telah diaplikasikan untuk mengolah air limbah selama lebih dari
300 tahun. Kolam banyak dipilih untuk mengolah limbah yang berkapasitas kecil
karena hanya membutuhkan biaya konstruksi dan operasi yang rendah. Metode
ini digunakan untuk mengolah air limbah dari limbah domestik dan industri pada
berbagai perubahan kondisi cuaca. Metode kolam dapat digunakan sebagai
pengolahan tunggal ataupun dikombinasikan dengan berbagai proses pengolahan
lainnya.
Kolam stabilisasi dapat diklasifikasikan menjadi kolam fakultatif (aerob-
anaerob), kolam aerasi, kolam aerobik, dan kolam anaerobik yang didasarkan
pada tipe reaksi atau aktivitas biologi yang sering terjadi di dalam kolam.
Pengelompokan lain juga dapat dilakukan berdasarkan jenis influen (eflluen
yang belum terolah, telah tersaring, telah diendapkan, atau eflluen yang berasal
dari pengolahan sekunder (seperti lumpur akif)), lama pengurasan (tidak
diemisikan, menengah, atau terus menerus), dan berdasarkan proses pemberian
oksigen (dari proses fotosintesis, dari udara dipermukaan, atau aerasi mekanis).
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode
yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini,
limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen
tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan
atau diolah lebih lanjut.

10
Sistem ini memerlukan lahan luas dan biasanya dianjurkan untuk rumah
sakit diluar kota yang masih memiliki lahan yang luas. Sistem kolam stabilisasi
air limbah terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu sump pump,
stabilization pond ( biasanya 2 ), bak khlorinasi, control room, inlet,
interconnection antara 2 kolam stabilisasi, dan outlet dari kolam stabilisasi
menuju sistem khlorinasi.

Anaerobic Filter Treatment System


Sistem pengolahan air limbah ini dilakukan dengan memanfaatkan proses
pembusukan anaerobik melalui suatu filter. Disini, air limbah sebelumnya telah
menjalani pra-pengolahan septik tank. Dari proses ini biasanya akan dihasilkan
efluent yang mengandung zat-zat asam organik yang memerlukan klor lebih
banyak untuk proses oksidasinya. Dengan demikian, sebelum dialirkan ke dalam
bak khlorinasi, effluent ditampung dahulu dalam bak stabilisasi untuk
memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga jumlah klorin
yang dibutuhkan pada proses khlorinasi berkurang. (Chandra,2006 )

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio
aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah semua buangan
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
Pengelolaan limbah cair yang tidak benar dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan
kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja
ke pasien, maupun dari dan kepada pengunjung rumah sakit. Untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang bekerja di sekitar rumah
sakit maka diperlukan adanya manajemen dan monitoring limbah rumah sakit.
Pada kegiatan rumah sakit perlu adanya kajian manajemen rumah sakit dengan
maksud agar semua kegiatan yang terdapat dalam rumah sakt dapat terpantau dengan
maksimal. Manajemen rumah sakit perlu dilakukan sebaik mungkin karena rumah sakit
merupakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun
rehabilitatif sehingga pasien rawat jalan atau rawat inap serta petugas rumah sakit terkait
terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh air. Adapun manajemen yang baik dan
harus dilaksanakan pada rumah sakit mempunyai urutan sebagai berikut yaitu
perencanaan (planning), pengoranisasian (organizing), menggerakkan (actuating) dan
pengawasan atau pengendalian (controlling). Pada intinya pengelolaan limbah rumah
sakit diperlukan sejak awal kegiatan, karena jika penanganan awal sudah dilaksanakan
diharapkan buangan tersebut tidak menimbulkan gangguan pada instalasi pengolah
limbah karena limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius sehingga dapat
menimbulkan infeksi nosokomial yang dapat membayakan bagi pasien rawat inap
maupun karyawan (medis, non medis, perawat) yang ada pada rumah sakit tersebut serta
pengunjung atau pasien yang menjalani rawat jalan.

3.2 Saran
Bagi pembaca mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas, sudah
tentu banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
diharapkan masukan dari pembaca berupa kritik maupun masukan yang membangun
demi sempurnanya makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.K. Haghi. (2010). Waste Management. Canada :Nova Science.

Kristanto, P, 2002, Ekologi Industri, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004

Kusnoputranto H, 1993, Kualitas Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap


Lingkungan Kesehatan, Penerbit Universitas Diponegoro

http://www.sumberpengertian.com/pengertian-limbah-beserta-jenis-dan-contohnya

Luis F. Diaz, M. De Bertoldi, WBidlingmaier. Compost Science and Technology.


Amsterdam:Elsevier.

Mahida,U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta.

Nusa Idaman Said.(2011).Pengelolaan Limbah Domestik.Jakarta: BPPT.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun

Sofian. (2011). Sukses Membuat Kompos dari Sampah.Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka.

Suharto.Ign. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. Yogyakarta : CV.
Andi Offset.

Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta : Graha Ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai