Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT ...................................

LOGO
RUMAH SAKIT ...............................
TAHUN 20......
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT .........................
NOMOR TAHUN 20....

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT ......................................

DIREKTUR RUMAH SAKIT ...........................................,

Menimbang :
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang – Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Bahwa Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di
semua rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi Akreditasi Rumah Sakit.
c. Bahwa dalam rangka proses pemberian pelayanan yang berfokus pada
keselamatan pasien, pengunjung dan tenaga di RS....................... sehingga
perlu menetapkan pemberlakuan Keselamatan pasien di Rumah Sakit.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit;

Mengingat :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1333 Tahun 2009 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal di Rumah sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor
153,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072 )
5. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4431 )
6. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaga
Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144,tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
7. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 /Menkes/SKr/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
9. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tahun
2011 tentang Keselamatan Paisen Rumah Sakit
10. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
11. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

MEMUTUSKAN
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
..........................TENTANG SASARAN KESELAMATAN
PASEIN DI RUMAH SAKIT .....................
KESATU : Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
....................... bertujuan untuk memberi acuan bagi pelaksanaan
dan pengembangan serta meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit ..................................
KEDUA : Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien di RS.......................
sebagai mana tercantum dalam lampiran surat keputusan
Direktur ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan
ini,maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.
Ditetapkan diBatam
pada tanggal .......................
DIREKTUR RS............................
BATAM,

dr. .....................
NIP. ....................

Petikan :Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui


dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dankarunia-Nya sehingga buku Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien Rumah
Sakit ................................ dapat diselesaikan. Pedoman ini disusun dengan
maksud menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai Keselamatan Pasien
khususnya dalam setiap tindakan medis maupun non medis di RS......................
Uraianteori disertai penjelasan serta contoh praktis dikemukakan dengan
maksudagar pembaca memahami latar belakang penyusunan pedoman ini dan
memudahkan terapannya dalam berbagai kondisi dan situasi.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan pedoman inimasih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, kritik
selama dalam penyusunan naskah pedoman ini.
Akhir kata kami ucapkan semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat
yang optimal dalam keselamatan pasien di RS........................ Masukan, saran,
kritiksangat diharapkan agar dapat lebih menyempurnakan pedoman ini.

Batam, ........................

Tim Penyusun Akreditasi SKP

KATA SAMBUTAN DIREKTUR


RS...................................

Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terbitnya Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien RS..................... dengan harapan
semoga pedoman ini bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan rumah
sakit khususnya untuk keselamatan pasien rumah sakit.
Keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu harus diwaspadai dan
ditangani dari rumah sakit. Dengan adanya Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien
RS.................... diharapkan dapat mengembangkan dan mengimplementasikan
program keselamatan pasien di rumah sakit dengan baik sehingga mengurangi
resiko terjadinya kesalahan yang dapat mempengaruhi kondisi pasien lebih buruk.
Saya menyampaikan apresiasi kepada Tim Penyusun Pedoman Sasaran
Keselamatan Pasien RS......................... yang telah bekerja keras dalam menyusun
pedoman ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Terima Kasih

DIREKTUR RS.............................

dr. ........................
NIK. ............................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit.Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan disetiap rumah sakit.Namun
harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada
pasien.Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan.
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan
pasien. Menurut Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum,
non nocere (First, do no harm) dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi di pelayanan kesehatan risiko pasien cedera meningkat.
Dirumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan
nonprofesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam s e c a r a terus
menerus sehingga hal ini menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan agar
tidak mengakibatkan insiden keselamatan pasien (IKP).

Keselamatan Pasien telah menjadi bagian dari kesadaran dan


kebutuhan bersama serta merupakan komitmen global dalam meningkatkan
kualitas dan akuntabilitas dalam pelayanan kesehatan, maka diperlukan
gerakan nasional keselamatan pasien yang lebih komprehensif dengan
melibatkan berbagai kalangan.Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk
implementasinya. Buku Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien
RS..................ini diharapkan dapat membantu rumah sakit dalam
melaksanakan kegiatan tersebut.

1.2 Tujuan Pedoman


Adapun tujuan dari Pedoman Sasaran Keselamatan Pasien ini yaitu
untuk memberikan informasi dan acuanbagi petugas atau pegawai
RS..........................................................................dalam melaksanakan sistem
keselamatan pasien rumah sakit sehingga tercipta
budayakeselamatanpasiendanpeningkatanmutupelayanankesehatan rumah
sakit dengan program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis dan
terarah dengan adanya system pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah
sakitsehingga timbulnya kesadaran petugas atau pegawai RS.....................
mengenai budaya keselamatan pasien.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


Sasaran keselamatan pasien ini berlaku untuk seluruh pegawai
RS......................... khususnya yang terkait memberikan pelayanan langsung
kepada pasien. Standar sasaran keselamatan pasien ini dimulai saat kontak
pertama dengan pasien (pendaftaran) sampai dengan pasien keluar dari rumah
sakit yang menjadi tanggung jawab semua staf atau pegawai
RS..........................
Adapun enam standar yang termasuk sasaran keselamatan pasien
rumah sakit yaitu mengenai identifikasi pasien, komunikasi pemberian
informasi dan edukasi yang efektif, mengenai obat-obat high alert yang
mencakup identifikasi, lokasi, pelabelan, dan penyimpanan obat-obat high
alert, mengenai tepat lokasi, prosedur dan tepat pasien dengan Surgical safety
checklist pada pasien bedah, pengurangan infeksi dengan program Hand
Hygiene, serta assesmen ulang resiko pasien jatuh.
Sasaran keselamatan pasien yang pertama yaitu identifikasi pasien.
Dengan pemasangan gelang identitas pasien mengembangkan dua pendekatan
yaitu untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan dan untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut. Prosedur yang dikembangkan untuk identifikasi
pasien menggunakan nama pasien dan tanggal lahir pasien, khususnya ketika
akan memberikan obat, produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis atau pemberian pengobatan atau operasi/tindakan
lain serta transfer/menerima pasien. Pemasangan gelang identifikasi pasien
adalah proses kegiatan identifikasi pasien dengan memasang Gelang pengenal
pada pergelangan tangan yang dominan (kanan)/ekstremitas lainnya dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medis pasien.
Komunikasi efektif merupakan termasuk dari program keselamatan
pasien. Dengan adanya komunikasi yang efektif dapat mengurangi kesalahan
penyampaian dari seseorang ke orang lain. Dalam rumah sakit khususnya
contohnya saat perawat menyampaikan keadaan pasien kepada dokter
DPJP(Dokter Penanggung Jawab Pasien) begitu juga dengan sebaliknya, dan
juga pada seluruh staff/pegawai rumah sakit sangat pentingdalam hal
komunikasi efektif. Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah
sakit adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat
melakukan serah terima pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien.
Keselamatan pasien adalah prioritas utama.Terdapat banyak obat –
obatan yang ada di rumah sakit. Obat – obatan tersebut tak sedikit yang
memiliki nama – nama yang hampir mirip, serta obat – obat yang perlu
diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai antara lain obat yang termasuk dalam
daftar kesalahan terbesar/ terbanyak dan/ atau dapat mengakibatkan kejadian
sentinel. Obat yang berisiko lebih tinggi bila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.Obat yang memiliki kemiripan bentuk/nama (Look A Like Sound A
Like). Pemberian obat terutama obat yang termasuk dalam daftar ObatHigh
Alert.
Tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat sasaran pada pasien bedah
merupakan keselamatan pasien yang juga perlu diperhatikan.Penandaan lokasi
operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat
dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator atau orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan
saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai
saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada semua
kasus termasuk sisi (laterality), multiple struktur ( jari tangan, jari kaki dan
lesi), atau multiple level (tulang belakang). Rumah Sakit wajib
mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur dan tepat pasien.Prosedur salah lokasi, salah prosedur dan salah
pasien pada operasi adalah sesuatu yang menghawatirkan dan tidak jarang
terjadi di rumah sakit.Rumah sakit mengembangkan suatu kebijakan dan atau
prosedur yang efektif seperti yang di gambarkan di Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009).
Skp 5
Komponen utama dalam proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat
jalan adalah asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis
pasien, begitu juga pada pasien yang mempunyai risiko jatuh.Pengelolaan
pasien risiko jatuh terutama dapat terjadi pada pasien yang dirawat diruangan,
rawat jalan dan rawat inap. Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus
memahami bahwa semua pasien yang dirawat inap dan rawat jalan memiliki
risiko jatuh dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk mencegah
pasien jatuh.

1.4 Batasan Operasional


Batasan operasional pada sasaran keselamatan pasien ini meliputi
hasil dari gerakan sosialisasi yang telah di lakukan mulai dari bulan juni
hingga

1.5 Landasan Hukum


1. Undang–Undangnomor44Tahun2009tentangRumahSakit;
a. Pasal 2 : RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatanpasien,sertamempunyaifungsisosial.
b. Pasal 3 ayat b : memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS.
c. Pasal29ayatb:memberipelayanankesehatanyangaman, bermutu, anti
diskriminasi, & efektif dengan mengutamakan
kepentinganpasiensesuaistandarpelayananRS.
d. Pasal43:
 Ayat 1 ; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
 Ayat 2 ; Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa dan menetapkan pemecahan
masalah dalam rangka menurunkan angka KTD.
 Ayat 3 ; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri.
 Ayat 4 ; Pelaporan IKP pada ayat 2 dibuat secara anonym dan
ditujukan untuk mengoreksi system dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.
Ketentuanlebihlanjutmengenaikeselamatanpasienayat1&ayat2tertuangdala
mPeraturanMenteri.
2. Permenkes1691/VIII/2011TentangKESELAMATANPASIEN
RUMAHSAKIT

a. Pasal5:Rumahsakitdantenagakesehatanyangbekerjadi
rumahsakitwajibmelaksanakanprogramdgnmengacupada
kebijakannasionalKomiteKPRS.

b. Pasal 6 :
 Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah
sakit sebagai pelaksana kegiatankeselamatanpasien.
 Ayat4:TKPRSmelaksanakantugas:
 Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit
sesuai dengan kekhususan rumah sakit tersebut;
 Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
KPRS;
 Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi,
konsultasi, pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi)
tentang terapan (Implementasi) program KPRS;
 Bekerja sama dengan bagian Diklat RS untuk melakukan
pelatihan internal KPRS;
 Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden,
serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
 Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala
rumah sakit dalam rangka pengambilan kebijakan KPRS; dan
 Membuat laporan kegiatan kepada kepala RS.

c. Pasal7StandarKeselamatanPasien.
d. Pasal8SasaranKeselamatanPasien.
e. Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RumahSakit
3. Undang - Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
a. Pasal 2 : Praktik kedokteran dilaksanakan berasakan Pancasila dan
didasarkan pada nilai ilmiah, serta perlindungan dan keselamatan
pasien.
b. Penjelasan Umum ; asas dan tujuan penyelenggaraan praktik
kedokteran yang menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah,
dan keselamatan pasien;
c. Penjelasan Pasal 2 : perlindungan dan keselamatan pasien adalah
bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran, dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

BAB II
STANDAR IDENTIFIKASI PASIEN

2.1 Pengertian Identifikasi Pasien


Identifikasi pasien adalah proses pencatatan data pasien yang benar
sehingga dapat menetapkan dan mempersamakan data tersebut dengan individu
yang bersangkutansehingga memperlancar atau mempermudah dalam pemberian
pelayanan kepada pasien. Di Indonesia nama keluarga belum di kenal begitu luas,
banyak nama orang Indonesia yang terdiri lebih dari satu atau dua kata, akan
tetapi nama itu nama sebenarnya, bukan nama keluarga, maka untuk nama orang
Indonesia yang lebih dari satu atau dua kata, kata terakhir di jadikan kata tangkap
utamaatau di anggap sebagai nama keluarga.
Penerapan Standar Identifikasi pasien di RS....................... mengacu pada
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui pemberlakuan 6 (enam) Sasaran
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, identifikasi pasien sesuai dengan data pasien
sendiri.Idetifikasi yang benar dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
keselamatan pasien terjaga.
Tujuan identifikasi pasien antara lainuntuk memastikan dan mengurangi
tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di Rumah
sakit. Kesalahan ini dapat berupa ; salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan
medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.Serta
terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
Dalam proses identifikasi pasien RS..................... menggunakan 2 (dua)
sistem identifikasi antara lain :
1. Identifikasi secara numerical :adalah suatu cara pemberian nomor Rekam
Medis kepadapasien pada saat pasien tersebut melakukan
registrasi/melakukan pendaftaran/admisi sebagai bagian dari identitas pribadi
pasien yang bersangkutan.
Keuntungan:
a. Mempermudah pencarian dokumen Rekam Medis yang baru dan atau
Dokumen Rekam Medis yang telah disimpan di filing.
b. Mempermudah identifikasi pada saat pasien registrasi/ pendaftaran.
c. Menghindari terjadinya nomor ganda.
d. Memudahkan identifikasi kepemilikan berkas Rekam Medis pada suatu
penyimpanan apabila terjadi missfile atau salah simpan.
2. Sistem identifikasi pasien secara alfabetikal atau penamaan: adalah sistem
identifikasi kepada pasien dengan namauntuk membedakan antara pasien satu
dengan yang lain dan tanggal lahir pasien.

Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua staf/pegawai


RS................yang terkait dalam memberi layanan kepada pasien. Ketepatan
mengidentifikasi pasien dimulai pada saat kontak pertama dengan pasien
(pendaftaran) sampai dengan pasien keluar rumah sakit yang menjadi
tanggungjawab semua staf/pegawai RS.................................
Identifikasi pasien dengan pemasangan gelang identitas pasien
mengembangkan dua pendekatan yaitu untuk identifikasi pasien sebagai individu
yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Prosedur yang dikembangkan untuk identifikasi pasien menggunakan nama
pasien dan tanggal lahir pasien, khususnya ketika akan memberikan obat, produk
darah,pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau
pemberian pengobatan atau operasi/tindakan lain serta transfer/menerima pasien.
Pemasangan gelang identifikasi pasien adalah proses kegiatan identifikasi
pasien dengan memasang Gelang Pengenal pada pergelangan tangan yang
dominan (kanan)/ekstremitas lainnya dengan mencantumkan nama, tanggal lahir
dan nomor rekam medik pasien.
1. Manfaat pemasangan gelang identifikasi pasien ini adalah :
a. Memastikan identitas pasien sesuai dengan nama, tanggal lahir dan
rekam medis pasien.
b. Memastikan pasien menerima pelayanan kesehatan dengan benar
prosedur dan benar pasien.
c. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
2. Macam - Macam Gelang Identifikasi Pasien :
Gelang identifikasi pasien yang tersedia di RS....................... adalah sebagai
berikut:
a. Gelang berwarna Merah jambu/pink untuk pasien berjenis kelamin
Perempuan.
b. Gelang berwarna biru untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.
c. Gelang berwarna merah untuk pasien dengan alergi.
d. Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan risiko jatuh.

2.2 Tata Laksana Identifikasi Pasien


Rumah sakit wajib melakukan identifikasi semua pasien yang mendapatkan
pelayanan disemua unit untuk mencegah salah pasien, salah obat dan salah
tindakan. Identitas yang benar yang dimaksud meliputi dua identifikasi yaitu
nama lengkap/dan tanggal lahir, apabila pasien tidak dapat menyebutkan tanggal
lahir, pasien/keluarga dapat menyebutkan alamat rumah dan petugas
mencocokkan dengan rekam medis pasien. Saat pasien mendaftar untuk
pemeriksaan di rumah sakit, petugas pendaftaran menanyakan nama lengkap
pasien dan mencocokkan dengan identitas diri berupa KTP/SIM/Passport/kartu
Pendaftaran rumah sakit/kartu identitas yang lain. Pasien rawat inap identifikasi
menggunakan gelang identitas pasien.Gelang identitas pasien menggunakan
tulisan yang jelas dibaca dan gelang tidak bisa dibuka setelah kancing pengunci
dipasang. Gelang identitas pasien berisi tulisan :Nama pasien yang dicetak
lengkap, Tanggal lahir : dua digital, Bulan lahir : dua digital, Tahun lahir : empat
digital Nomor Rekam Medis sesuai nomor RM pasien. Gelang identitas bayi baru
lahir berisi : nama ibu, tanggal lahir bayi, nomor rekam medis bayi.
Gelang identitas pasien dipasang pada pergelangan tangan kanan/ektremitas
lainnya atau yang memungkinkan, untuk pasien bayi dipasang pada
tangan/ektremitas lainnya.Sebelum dilakukan pemasangan gelang, keterangan
tentang nama lengkap dan tanggal lahir dan nomor rekam medis pasien harus
diperiksa. Petugas memberitahukan kepada pasien dan keluarga bahwa demi
sesuai dengan ketentuan keselamatan pasien di RS.......................,akan dipasang
gelang pengenal ini pada pergelangan tangan. Setiap petugas bila akan melakukan
tindakan dan prosedur akan mengklarifikasi identitas dengan menanyakan nama
dan tanggal lahir kemudian diverifikasi dengan gelang identitas yang terpasang.
Tujuannya untuk menghindari kesalahan pasien, prosedur atau tindakan lainnya.
Jika pasien tidak memungkinkan untuk menjawab siapa namanya maka
tanyakan kepada penjaga /wali/ keluarga terdekatnya untuk menverifikasi
identitas pasien.Untuk pasien rawat jalan yang akan di rawat inap gelang identitas
dipasang di ruang rawat inap yang terlebih dahulu dikonfirmasikan kebenaran
identitiasnya kepada pasien/keluarga.
Pada kondisi darurat massal/bencana yang dapat mengancam jiwa pasien
dan yang tidak diketahui identitasnya, admisi yang bertanggung jawab atas pasien
tersebut harus mengambil langkah – langkah yang tepat untuk mengidentifikasi
pasien menggunakan:
a. Laki-laki : XY dan tanggal masuk sebagai tanggal lahir. Jika pasien
lebih satu maka dibelakang huruf “XY” ditambah dengan nomor
urutan pasien 1,2, 3,...dan seterusnya.
Contoh : XY 29 Mei 2017
b. Wanita : XX dan tanggal masuk sebagai tanggal lahir. Jika pasien
lebih satu maka dibelakang huruf “XX” ditambah dengan nomor
urutan pasien 1,2, 3,...dan seterusnya.
Contoh XX 29 Mei 2017
Setelah identitas pasien yang sebenarnya dapat diketahui, gelang identitas
pasien segera diganti.Pasien yang dirawat atau dipindahkan dari satu unit ke unit
lainnya harus secara benar diidentifikasi dan telah menggunakan gelang
identifikasi pasien sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.Pasien
yang dirawat atau dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumas sakit lainnya
(rujuk) harus secara benar diidentifikasi dan telah menggunakan gelang
identifikasi pasien sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.
2.2.1 Tata Laksana pemasangan dan pelepasangelang identitas pasien
1. Gelang identitas pasien dipasangkan di pergelangan tangan/ekstremitas
lainnya.
2. Perawat menjelaskan alasan pemasangan gelang dan memastikan bahwa
gelang terpasang dengan nyaman dan aman.
3. Pelepasan gelang identifikasi pasien hanya ketika proses pemulangan pasien
telah selesai atau kondisi tertentu yang mengharuskan gelang identitas
dilepas misal operasi, gelang tangan yg dilepas harus ditempelkan di rekam
medis dan setelah prosedur selasai gelang identitas harus dipasang kembali.
4. Ketika pasien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya, perawat yang
menerima pasien bertanggungjawab untuk menanyakan kembali identitas
pasien dan mencocokan dengan gelang identitas pasien.
5. Pasien yang dirawat atau dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumas sakit
lainnya (rujuk) harus secara benar diidentifikasi dan telah menggunakan
gelang identitas pasien sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Pelepasan Gelang identitas dilakukan oleh perawat yang mengirim pasien
setelah pasien diserahterimakan kepada pihak rumah sakit yang dituju.

2.2.2 Tata Laksana menidentifikasi Pasien Rawat Jalan


1. Identifikasi pasien rawat jalan dan layanan penunjang dilakukan dengan
caradokter/perawat/petugas kesehatan lainnya memanggil nama pasien,
setelah mendekat pasien ditanya dengan dengan pertanyaan terbuka nama
lengkap pasien, tanggal lahir.
2. Bagi pasien dengan nama dan tanggal lahir sama/lupa, maka lakukan
identifikasi ketiga (3) dengan menanyakan alamat pasien.
3. Apabila identitas pasien ke tiga juga sama maka/lupa, tanyakan identitas ke
empat (4), dengan menanyakan nama gadis ibu kandung.
4. Apabila nama identitas keempat (4) juga sama/lupa, maka tanyakan
identitas kelima (5) dengan menanyakan nomor telepon pasien.
5. Jika pasien rawat jalan tersebut akan dirujuk ke unit pelayanan kesehatan
lainnya maka pastikan identifikasi pasien sesuai prosedur dan tertulis
lengkap dengan nama, tanggal lahir pada surat rujukan.
6. Jika pasien rawat jalan itu tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri maka
petugas harus memverifikasi data diri pasien dari penjaga/wali/keluarga
dekat pasien.

2.2.3 Tatalaksana Mengidentifikasi pasien Rawat Inap


1. Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memberikan obat, sebelum pemberian darah dan produk darah, sebelum
pengambilan sample darah dan spesimen lain untuk uji klinis, sebelum
melakukan pengobatan,tindakan invasive atau prosedur lain, sebelum
melakukan pemeriksaan penunjang dan pada waktu transfer pasien ke unit
layanan lain.
2. Identifikasi dilakukan secara aktif maupun pasif, yang dimaksud identifikasi
aktif adalah pasien dapat menyebutkan nama sendiri berikut tanggal dan
bulan lahir, sedangkan identifikasi pasif adalah pasien yang tidak
mampu/dalam kondisi sulit untuk komunikasi, misalnya pada pasien tidak
sadar, pasien anak/bayi atau pasien yang sulit.
3. Identifikasi secara pasif dilakukan petugas dengan cara melakukan validasi
nama pasien melalui gelang identitas pada pasien rawat inap data rekam
medis pasien pada pasien rawat jalan.
4. Setelah pasien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, kemudian petugas
verifikasi dengan mencocokkan nama dan tanggal lahir pada :Gelang
Identitas bagi pasien rawat inap,data rekam medis pasien pasien rawat
jalan, dan invoice bagi unit pelayanan yang tidak memerlukan data rekam
medis.
5. Bagi pasien dengan nama dan tanggal lahir sama/lupa, maka lakukan
identifikasi ketiga (3) dengan menanyakan alamat pasien.
6. Apabila identitas pasien ke tiga juga sama maka/lupa, tanyakan identitas ke
empat (4), dengan menanyakan nama gadis ibu kandung.
7. Apabila nama identitas keempat (4) juga sama/lupa, maka tanyakan
identitas kelima (5) dengan menanyakan nomor telepon pasien.
8. Bagi Semua permintaan pelayanan, formulir permintaan yang dikirimkan ke
unit pelayanan lain harus dipasang stiker identitas pasien.
2.2.4 Tata Laksana mengidentifikasi Pasien Pemeriksaan Laboratorium dan
Rontgen
1. Identifikasi pasien yang akan melakukan pemeriksaan Laboratorium dan
rontgen dilakukan dengan cara petugas laboratorium/radiologi memanggil
nama pasien, setelah mendekat pasien ditanya dengan dengan pertanyaan
terbuka nama lengkap pasien, tanggal lahir sesuai dengan formulir
pemeriksaan laboratorium/radiologi.
2. Bagi pasien dengan nama dan tanggal lahir sama/lupa, maka lakukan
identifikasi ketiga (3) dengan menanyakan alamat pasien.
3. Apabila identitas pasien ke tiga juga sama maka/lupa, tanyakan identitas ke
empat (4), dengan menanyakan nama gadis ibu kandung.
4. Apabila nama identitas keempat (4) juga sama/lupa, maka tanyakan
identitas kelima (5) dengan menanyakan nomor telepon pasien.
5. Jika pasien tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri maka petugas harus
memverifikasi data diri pasien dari penjaga/wali/keluarga dekat pasien.
BAB III

STANDAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

3.1 Pengertian Komunikasi Efektif


Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-
hari, mulai antar teman/pribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara
sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan
penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah
rumah sakit sangat ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas,
perawat dan dokter. Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai
karakter dan perilaku pasien yang berkepentingan dengan jasa perawatan
sehingga petugas, perawat dan dokter harus memahami dan mengerti bagaimana
cara komunikasi yang bisa diterapkan di segala situasi.
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dengan pasien merupakan
salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan
pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya
seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang
cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan
lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi lebih
rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau
mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter.
Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam
kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bisa
menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi
yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan
tentang rencana tindakan selanjutnya.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz &
Weihrich, 1988).Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan
mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan
(having a pleasing effect).
Komunikasi adalah proses kompleks, pertukaran informasi/pesan dua arah
antara sumber/sender/ transimiter dan receiver baik verbal maupun non verbal,
sehingga komunikasi juga disebut proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi.
Komunikasi efektif adalah komunikasi dua arah dimana antara sender dan
receiver dapat mengerti dan memahami isi pesan yang disampaikan
komunikator.Sehingga yang disebut komunikasi efektif dapat tepat waktu, akurat,
jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, dan dapat mengurangi tingkat
kesalahan (kesalahpahaman).
Tujuan adanya komunikasi efektif di rumah sakit adalah untuk
membangun hubungan antara pasien-perawat, perawat-perawat, perawat-team
kesehatan lainnya sehingga terciptanya keselamatan pasien dan menurunkan
resiko kesalahan komunikasi apabila dilakukan via telpon dan saat serah terima
pasien.

3.2 Tata Laksana Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif yang dimaksud adalah komunikasi verbal, pelaporan hasil dan serah
terima pasien. Ruang lingkup komunikasi yang efektif meliputi :
a. Komunikasi verbal hanya boleh dilakukan saat pemberian instruksi medis
via telepon.
b. Melaporkan hasil tes klinis kritis yang dilakukan staf laboratorium kepada
staf keperawatan maupun staf keperawatan kepada dokter, dilakukan
menggunakan prosedur yang sama dengan instruksi via telepon dalam
waktu kurang dari 30 Menit.
c. Serah terima pasien
Proses pertukaran inforamasi, tanggung jawab dan wewenang antar
petugas kesehatan mengenai informasi pasien yang harus segera diketahui
sehingga pasien mendapatkan pelayanan kesehatan berkelanjutan. Proses
serah terima pasien dilaksnakan pada saat :
- pertukaran dinas,
- pasien pindah antar ruang perawatan, pindah ke unit khusus (Kamar
Operasi, poli rawat jalan).
- Penyampaian kondisi pasien antar perawat dan petugas kesehatan
lainnya.
- Antar petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, analis, ahli gizi,
apoteker/asisten apoteker dan lain-lain).
- Serah terima dengan petugas kesehatan lainnya saat melakukan
kunjungan.
Komunikasi dapat dilakukan melaui verbal, lisan, tulisan dan media
elektronik.Komunikasi verbal hanya diperkenakan untuk instruksi via telepon dan
tidak diperkenakan saat memberikan instruksi secara langsung kecuali bila ada
kegawatan yang harus ditangani segera oleh pemberi instruksi.Setiap staf yang
melakukan komunikasi, pelaporan hasil dan serah terima tugas harus
menggunakan teknik komunikasi SBAR (Situstion, Background, Assessment,
Recomendation).Penerima instruksi verbal harus menuliskan instruksi dengan
lengkap dan membacakan kembali (read back) dengan jelas kepada pemberi
instruksi atau pemberi hasil tes klinis.Instruksi atau hasil tes klinis yang penting
kemudian dikonfirmasi kebenarannya (Repeat Back) oleh orang yang memberi
instruksi atau hasil tes kritis.
Bila proses membacakan kembali (read back) dan konfirmasi (repeat back)
sudah dilakukan dengan benar, maka penerima instruksi harus memberikan
stempel read back “READ BACK”. Instruksi verbal via telepon harus diverifikasi
kebenarannya oleh pemberi instruksi dalam waktu 1x24 jam sejak instruksi
diberikan, dengan cara menandatangani instruksi yang telah dituliskan oleh
penerima instruksi di Catatan Perkembangan Pasien Terintegritasi (CPPT) dan
formulir pemberian obat dan grafik pasien.Prosedur pembacaan kembali (read
back) boleh tidak dilakukan bila kondisi tidak dimungkinkan (kegawatdaruratan
seperti di IGD, Kamar operasi ataupu VK).
Serah terima tugas harus berisi informasi data terbaru, meliputi kondisi,
tindakan dan pengobatan dan kemungkinan perubahan lainnyaa dan menggunakan
formulir yang telah distandarkan.
Hasil komunikasi verbal/instruksi via telepon, menerima hasil tes klinis
yang kritis dan serah terima pasien harus didokumentasikan secara lengkap
termasuk nama yang menerima/nama yang menghubungi. Dokumentasi dituliskan
pada :
a. Bila instruksi berupa obat, tindakan lain maka dituliskan oleh penerima
instruksi di catatan integritasi.
b. Bila menerima hasil tes klinis yang penting dari staf laboratorim harus
dituliskan secara lengkap di Catatan Perkembangan Pasien Terintegritasi
(CPPT).
Pedoman komunikasi efektif ini diterapkan di lingkungan
RS.....................yang ditujukan kepada :
1. Pemberi pelayanan saat memberikan informasi lisan atau melalui telepon
tentang pelayanan, jam operasional, dan proses untuk mendapatkan
pelayanan dirumah sakit kepada masyarakat.
2. Antar pemberi pelayanan didalam dan keluar rumah sakit.
3. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit
kepada pelanggan.
4. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien.
5. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan.
Pelaksana pedoman ini adalah seluruh pemberi pelayanan di rumah sakit
antara lain dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas radiologi, petugas
informasi, pelaksana PKRS, dan semua karyawan di rumah sakit.
BAB IV
STANDAR PENINGKATAN KEWASPADAAN OBAT BERBAHAYA
(High Alert, LASA &Elektrolit Konsentrat)

4.1 Pengertian Obat High Alert


Obat high alert adalah obat yang perlu diwaspadai antara lain: Obat yang
termasuk dalam daftar kesalahan terbesar/ terbanyak dan/atau dapat
mengakibatkan kejadian sentinel.Obat yang beresiko lebih tinggi bila terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan. Obat yang memiliki kemiripan bentuk/nama (Look
A Like Sound A Like).
Obat yang termasuk dalam high alert medication diberikan stiker “High
Alert”, disimpan pada tempat terpisah, diberi selotip merah pada sekeliling
tempatnya. Obat-obat yang termasuk kategoriLASA (Look A Like Sound A Like)
harus diatur penyimpanannya, dengan diantarai 1 item (obat) dan diberi stiker.
Obat-obatan tersebut harus selalu dilakukan pengecekan dua kali sebelum
diberikan kepada pasien.
3.2 Penyimpanan Obat High Alert
Penyimpanan obat berisiko tinggi harus terpisah dan diberi label high alert
warna merah. Untuk obat opioid (narkotik) disimpan sesuai peraturan pemerintah
yaitu di lemari Narkotika dengan kunci ganda dan anak kunci disimpan oleh
penangggung jawab atau petugas lain yang dikuasakan.Sedangkan untuk obat
elektrolit konsentrasi tinggi tidak boleh disimpan diruang perawatan, igd, maupun
perinatologi.Obat hanya disimpan di farmasi di area terpisah,akses terbatas, dan
diberi label/ stiker.Setiap penyimpanan , penyiapan dan pemberian obat high alert,
dilakukan dengan dua kali pengecekan oleh dua orang yang berbeda dan
permintaan obat high alert harus sesuai kompetensi dokter yang tertulis diresep.
Penyiapan dan pemberian obat konsetrasi tinggi harus dilakukan secara teliti.
Awasi area sekitar pemasangan infus, lakukan verifikasi terhadap konsentrasi
obat, kecepatan pemberian dan jalur I.V sebelum pemberian dan gunakan label
merah.Untuk Elektrolit pekat hanya disimpan di farmasi,ditempat terpisah,akses
terbatas dan tidak mudah dijangkau.
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan cara ditempatkan
tidak bersebelahan dengan obat LASA padanannya/ diantarai 1 item (obat).Setiap
tindakan pengenceran elektrolit pekat dilakukan pengecekan dua kali,
didokumentasikan, dikerjakan oleh petugas farmasi/ petugas kesehatan yang
kompeten.
3.3 Pelabelan Obat High Alert
Agar terciptanya keamanan dan mengurangi resiko kesalahan di rumah sakit
obat high alert diberi label segi enam bertuliskan high alert dengan warna dasar
merah. Pelabelan juga dilakukan pada obat high alert yang sudah dikeluarkan dari
tempat aslinya.Setiap tempat penyimpanan obat highalert diberi selotip merah
disekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang terpisah dari obat
lainnya.Untuk Obat LASA diberi label segi enam warna dasar kuning, hijau, biru
dengan tulisan hitam bertuliskan LASA,label ditempel pada tempat penyimpanan
obat.Ketentuan Pelabelan obat LASA dilakukan sebagai berikut:
a. Apabila obat tersebut tersedia dalam 4 macam kekuatan maka:
- Kekuatan terkecil diberi penanda stiker warna kuning.
- Kekuatan kedua diberi penanda stiker warna hijau
- Kekuatan ketiga diberi penanda stiker warna biru, dan
- Kekuatan terbesar tidak diberi stiker penanda.
b. Apabila obat tersebut tersedia dalam 3 macam kekuatan maka:
- Kekuatan terkecil diberi penanda stiker warna kuning.
- Kekuatan kedua diberi penanda stiker warna hijau
- Kekuatan terbesar diberi penanda stiker warna biru.
c. Apabila obat tersebut tersedia dalam 2 macam kekuatan maka:
- Kekuatan terkecil diberi penanda stiker warna kuning.
- Kekuatan terbesar diberi penanda stiker warna biru.
BAB V
STANDAR KESELAMATAN KAMAR OPERASI

Standar keselamatan kamar operasi adalah salah satu faktor yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pelayanan medik disarana pelayanan
kesehatan. Ruang operasi adalah suatuunit khusus dirumah sakit
yagberfungsisebagai daerah pelayanan yang mengutamaka aspek hirarki
zonasi sterilitas.
BAB VI
STANDAR PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT

Pencegahan infeksi merupakan proses fisikal, mechanical, atau kimiawi


yang dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi dari
orang atau pasien, klien atau petugas kesehatan dan peralatan instrumen. Tiga
kategori resiko potensial infeksi yangmenjadi dasar pemilihan praktik atau
proses pencegahan yang akan digunakan contohnya sterilisasi instrumen
medis, sarung tangan dan benda-benda lainnya sewaktu merawat pasien
kriteri tersebut yaitu:
 Kritikal yaitu bahan dan praktik ini biasanya menyangkut jaringan steril
atau sistem darah dan merupakan resiko infeksi tertinggi
 Kegagalan untuk melakukan manajemen sterilisasi, atau lebih tepat nya
melakukan desinfeksi tingkat tinggi.
Keselamatan pasien rumah sakit suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko infeksi yang terkait dalam pelayanan kesehatan health-care associated
infections yang merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dipelayanan
kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai infeksi nosokomial atau disebut
juga infeksi dirumah sakit.
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul penyakit infeksi yang
tidak berasal dari pasien itu sendiri. Standart pengurangan resiko infeksi
terkait oleh kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk
mencegah transmisi penyebab infeksi melalui orang ke orang
PELAYANAN KESEHATAN HAND HYGIENE
program hand hygiene yang efektif. terutama pada 5 momen
Sebelum kontak dengan pasien
Sebelum memulai tindakan aseptik
Setelah kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
Setelah meninggalkan ruangan pemeriksaan pasien
BAB VII
STANDAR RESIKO PASIEN JATUH

Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian penting bagi


pemerintah dalam pelayanan pasien di RS melalui peraturan menteri kesehatan
No. 1691/MENKES / PER / VII / 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit,
bab 4 pasal 8 bahwa : setiap RS wajib mengupayakan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien dan salah satunya adalah
pengurangan risiko pasien jatuh. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat
jatuh, maka petugas RS perlu melakukan asesmen dan asesmen/penilaian ulang
terhadap kategori risiko pasien jatuh dan bekerja sama dalam memberikan
intervesi pencegahan pasien jatuh,
Sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengan
cara:
1. 1.Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan
menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”.
2. 2.Melakukan asesmen ulang pada semua pasien setiap 24 jam
3. 3.Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko
jatuh.
Pengelolaan pasien risiko jatuh terutama dapat terjadi pada pasien yang
dirawat diruangan : rawat jalan dan rawat inap. Semua petugas yang bekerja di
rumah sakit harus memahami bahwa semua pasien yang dirawat inap dan rawat
jalan memiliki risiko jatuh dan semua petugas tersebut memiliki peran untuk
mencegah pasien jatuh.
1. Asesmen awal
a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh saat
pengkajian pasien datang berobat ke rumah sakit, kemudian mencatat hasil
penilaian risiko jatuh dan langsung melakukan tindakan intervensi
/pelaksanaan risiko jatuh.
b. Penilaian risiko jatuh dlakukan pada semua pasien baik di rawat jalan, igd
dan di rawat inap pada pasien dewasa dan anak-anak.
2. Asesmen ulang
Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh pada :
- saat pasien pindah keruangan lain
- adanya perubahan kondisi dan terapi pasien
- adanya kejadian jatuh pada pasien
- setiap 1 x 24 jam
BAB VIII
PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

Anda mungkin juga menyukai