Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri
1
Tujuan :
Mengetahui diagnosis dan tatalaksana tumor mammae
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
2
Cor : Bunyi jantung : S1-S2 regular, murmur (-), galop (-).
Teraba benjolan sebesar telur puyuh di mammae sinistra. Kenyal (+), mobile (+),
nyeri (+), fluktuasi (-)
Abdomen : Datar, lembut
BU (+) normal
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema -/-, Sianosis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 15,1 gr/dl
Leukosit : 6.900/mm3
Trombosit : 270.000/mm3
Hematokrit : 51, 6%
CT :4‘
BT : 2’
Ureum : 8 mg/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
GDS : 112 mg/dl
Gol. Darah :A
Hbsag : negative
DIAGNOSIS
Tumor Mammae Sinistra
TATALAKSANA
- IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
- Ketorolac 2x30 mg (iv)
- Ranitidin 2x50 mg (iv)
- Rencana eksisi
Daftar Pustaka:
1. Seymor I. Schwartz. Principles of Surgery 10th ed, McGraw-Hill inc, Ohio USA,
2015.
2. Haryono, Samuel J., Sukasah, C., 1997. Payudara. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong
W. Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
3
3. Mangunkusumo, R. R., 2006. Alat Kelamin Wanita dan Payudara. Dalam; Hirmawan,
Sutisna.(ed). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : FK UI
4. Wardhani DP dan Uyainah A. Appendisitis. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius;2014
Hasil Pembelajaran:
Mengetahui diagnosis dan tatalaksana Tummor Mammae
4
PEMBAHASAN
1. Subyektif
OS datang dengan keluhan terdapat benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan yang lalu.
Menurut OS, benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar disertai dengan nyeri.
Nanah (-), darah (-), demam (-), penurunan berat badan (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
2. Obyektif
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit regular isi cukup
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,10 C
Kepala :
Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, RC +/+
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Leher :
KGB : tidak teraba membesar
JVP : tidak meningkat
Thoraks :
Pulmo: Bentuk dan gerak simetris
VBS ka=ki, sonor, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung : S1-S2 regular, murmur (-), galop (-).
Teraba benjolan sebesar telur puyuh di mammae sinistra. Kenyal (+), mobile (+),
nyeri (+), fluktuasi (-)
Abdomen : Datar, lembut
BU (+) normal
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema -/-, Sianosis -/-
5
3. Assesment
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan utama pasien datang ke rumah sakit
adalah benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan semakin lama semakin
membesar namun tidak progresif disertai dengan nyeri. Benjolan di payudara kiri yang tidak
progresif pembesaranya dapat menjadi gejala dari tummor mammae. Gejala nyeri biasanya
terjadi bila ada sentuhan saja. Tidak ditemukannya penurunan berat badan yang drastis dapat
menyingkirkan diagnosis keganasan. Dalam anamnesis, pada benjolan tidak ada nanah
sehingga dapat menyingkirkan diagnosis abses.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien dengan tumor mammae secara inspeksi
mungkin tidak akan terlihat apa apa apabila benjolan masih berukuran kecil sehingga
diperlukannya pemeriksaan palpasi. Kondisi kulit yang tidak ada perubahan warna seperti
eritematous dapat menyingkirkan diagnosis inflamasi. Pada pemeriksaan palpasi, teraba
benjolan sebesar telur puyuh di payudara kiri, teraba kenyal dan mobile. Dari hasil palpasi
tersebut diagnosis mengarah kepada tumor mammae. Tidak didapatkan adanya fluktuasi
dapat menyingkirkan diagnosis abses.
Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum
diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi
tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga
kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,
BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor
payudara.
6
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil
pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan
pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
pada usia lebih tua.
Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi
secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan
diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh
radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma.
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga
kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,
BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
7
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi
oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya
tumor payudara.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan pada usia lebih tua.
Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang
baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah
pemeriksaan histopatologi anatomi.
Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor,
adanya faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran
tumor. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara, pada inspeksi pasien diminta untuk duduk
tegak dan berbaring kemudian inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna
kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.
Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan pasien mengangkat tangan ke atas. Palpasi pasien
berbaring dengan bantal tipis dipunggung, palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari
telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara dengan melingkar lalu memijat halus puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan kelenjar getah bening sekitar leher.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dengan Mammography, Ultrasonografi (USG),
Magnetic Resonance Imaging (MRI), Imunohistokimia (IHK), Biopsi terbuka (dilakukan
dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau
sebagian saja (insisi)), Biopsi tertutup (biopsi aspirasi jarum halus), Core biopsi.
8
Mammography adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan
akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,
cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, roentgenologik, dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa bridge of tumor, keadaan daerah
tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang
mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor
yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan skrining. Hanya
saja untuk mass screening. Cara ini merupakan cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada
wanita dengan faktor high risk. Ketepatan 83%-95%, tergantung dari teknisi dan ahli
radiologinya.
Ultrasound digunakan untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan
tumor solid. MRI dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang
kurang jelas, untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara.
Secara praktis, penemuan dari massa pada payudara yang dapat dipalpasi biasanya
diperoleh dari biopsi jarum, yang membuat diagnosis awal adanya kista. Jika terdapat satu
massa lainnya, pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan kista yang persisten.Jika
salah satu dari keadaan tersebut tidak dipenuhi, maka USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi
eksisi menjadi rekomendasi selanjutnya.
9
b. Fibroadenoma
Neoplasma jinak yang menyerang wanita pada usia reproduktif yaitu 25-30 tahun ini
disebut fibroadenoma mammae. Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar
atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.Pada
gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi mikrokalsifikasi yang dapat terjadi
pada tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah epitel. Fibroadenoma ini harus dieksisi
karena tumor jinak ini akan terus membesar.
c. Tumor Filoides
Tumor phyllodes (dahulu bernama sistosarkoma filodes) merupakan suatu neoplasma
jinak yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor Phyllodes merupakan tumor
mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini
terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia 30 tahun. Dapat mencapai ukuran
yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas.
Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara
sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor
sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi.Karena
tumor ini dapat membesar, mastektomi simple biasanya penting dilakukan. Bila tumor
ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara
hematogen seperti sarcoma.
d. Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan mobile,
dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui. Galaktokel biasanya terletak di
tengah payudara atau dibawa puting. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk
mengeluarkan secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa
diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
10
e. Papiloma intraduktus
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai
yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan
gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Papilloma dapat juga ditemukan di
duktus yang kecil di daerah yang jauh dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam
jumlah banyak dan juga mungkin disertai hiperplasi epitelial. Konfirmasi diagnosis papilloma
intraduktus dilakukan dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi sekeliling areola.
f. Duktus ekstasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding duktus
payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan
duktus. Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola yang terisi dengan material yang
seperti titik hitam. Ectasia duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan abses
periduktus dan fistel mammae. Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puting dan
retraksi puting. Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki karakteriktis. Ia memberi
gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi bercabang pada distribusi duktus. Kalsifikasi ini
dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami dilatasi.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai
50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan
diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal
akibat terbentuknya jaringan parut. Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun,
atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat
antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
11
g. Adenosis sclerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan digolongkan
dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis sclerosis tampak sebagai proliferasi
jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira suatu karsinoma.
i. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi sebagai suatu
kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi
radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul sebagai
nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan terfiksir, atau irregular yang
dapat menimbulkan keganasan. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan
eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara
histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.Pada
mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Desamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan
mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi
12
cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi
jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.
j. Kelainan lain
Tumor lain jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma, leiomyoma, histiositoma,
kista sebasea, penyakit Mondor, Pseudolump akibat penonjolan iga, yang sebenarnya tidak
ada sangkut pautnya dengan jaringan kelenjar payudara.
Tumor Ganas
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Non-invasif karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif
karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu :
Non-invasif duktal karsinoma
Lobular karsinoma in situ
b. Invasif karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain :
13
§ karsinoma sel spindel
§ Apocrin karsinoma
§ Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
§ Tubular karsinoma
§ Sekretori karsinoma
§ Lainnya
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
14
Menghapus sejumlah kelenjar getah bening (sentinel node biopsi). Untuk menentukan
apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening Anda, dokter bedah Anda akan
membicarakan dengan Anda peran menghapus kelenjar getah bening yang pertama untuk
menerima drainase getah bening dari tumor Anda.
Jika tidak ada kanker ditemukan pada mereka kelenjar getah bening, peluang untuk
menemukan kanker di salah satu kelenjar getah bening yang tersisa kecil dan tidak ada node
lain perlu dihapus. Menghapus beberapa kelenjar getah bening (aksila diseksi kelenjar getah
bening). Jika kanker ditemukan dalam node sentinel, dokter bedah Anda akan
membicarakan dengan Anda peran menghapus kelenjar getah bening di ketiak tambahan
Anda.
Menghapus kedua payudara. Beberapa wanita dengan kanker pada satu payudara
dapat memilih untuk memiliki payudara lainnya (yang sehat) mereka dihapus (kontralateral
mastektomi profilaksis) jika mereka memiliki risiko yang sangat meningkat dari kanker di
payudara lain karena predisposisi genetik atau sejarah keluarga yang kuat. Kebanyakan
wanita dengan kanker payudara pada satu payudara tidak akan mengembangkan kanker
pada payudara lainnya. Diskusikan risiko kanker payudara Anda dengan dokter Anda,
bersama dengan manfaat dan risiko dari prosedur ini.
4. Plan
Diagnosa : Tumor mammae sinistra
Penatalaksanaan
Umum
o Edukasi pasien mengenai tumor mammae
Khusus
o IVFD RL 20 tpm
o Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
o Ketorolac 2x30 mg (iv)
o Ranitidin 2x50 mg (iv)
o Rencana eksisi
15