Chapter PDF
Chapter PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan
Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan
jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk
1. Bagian Konduksi
Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan
diinspirasi.
2. Bagian Respirasi
Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara
udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang
lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel
a. Arsitektur saluran nafas; bentuk, struktur, dan caliber saluran nafas yang berbeda-beda
merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring,
laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor
disaluran nafas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu
mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).
b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran nafas, yang mampu menangkap partikel debu
dan mengeluarkannya.
c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan
paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen
di pungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah
oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru
pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru,
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui
Sumber : (Evelyn. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Tahun 1992,Hal 219).
Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus
paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbale balik
(pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding
alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur
masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja (WHO, 1995).
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk-batuk atau spasme laring
(penghentian bernapas). Kalau zat-zat ini menembus kedalam paru-paru, dapat terjadi bronchitis
toksik, edema paru-paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan
berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada
bronkhitis dan terlihat pada perokok tembakau. Partikel-partikel debu dan aerosol yang
berdiameter lebih dari 15 µm tersaring keluar pada saluran napas. Partikel 5-15 µm tertangkap
pada mukosa saluran yang lebih rendah dan kembali disapu ke laring oleh kerja mukosiliar,
selanjutnya ditelan. Bila partikel ini mengatasi saluran nafas atau melepaskan zat-zat yang
merangsang respon imun dapat timbul penyakit pernafasan seperti bronchitis (WHO, 1995).
Partikel-partikel berukuran 0,5 dan 5 µm (debu yang ikut dengan pernafasan) dapat
melewati sistem pembersihan mukosiliar dan masuk ke saluran nafas terminal serta alveoli. Dari
sana debu ini akan dikumpulkan oleh sel-sel scavenger (makrofag) dan dihantarkan pulang
kembali ke sistem mukosiliar atau ke sistem limfatik. Partikel berdiameter kurang dari 0,5 µm
mungkin akan mengambang dalam udara dan tidak diretensi. Partikel-partikel panjang dan serat
yang diameternya dari 3 µm dengan panjang 100 µm dapat mencapai saluran nafas terminal,
satu makrofag dan dibungkus dengan bahan protein kaya besi sehingga terbentuk badan-badan
4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi berkadar tinggi
Stimulasi saluran nafas berulang (bahkan mungkin juga oleh partikel-partikel inert),
refleks penyempitan dan batuk, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan dan
gejala-gejala asmatik. Daerah perifer paru-paru terutama dirusak oleh debu fibrogenik.
Umumnya partikel fibrogenik yang masuk paru-paru dibersihkan sebagian dan diendapkan pada
penebalan dan pembentukan jaringan parut pada kelenjar-kelenjar tersebut. Drainase limfatik
menjadi tersebut, sehingga partikel-partikel pada paparan lebih lanjut akan menumpuk di dekat
kelenjar-kelenjar yang berparut tersebut, dan secara progresif memperbesar daerah parut.
Pembentukan jaringan parut dengan berbagai cara ini mengakibatkan pengerutan paru-paru,
peregangan berlebihan pada jaringan paru-paru yang tersisa, ventilasi tidak merata dan tipe
Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu
industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumoconiosis, silikosis,
asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronchitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja
1. Akibat debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian (Grain worker’s
2. Akibat debu anorganik (pneumoconiosis), misalnya debu silica (Silikosis), debu asbes
3. Penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan
paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3).
Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang
spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakit sudah
1. Gejala Lokal
a. Batuk
Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat penyakit pernafasan. Batuk bisa
Keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara saat inspirasi ataupun
pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebabkan oleh adanya penyempitan ataupun
c. Pengeluaran Dahak
Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran
nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100
ml per hari.
d. Batuk Darah
Adanya lesi saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah.
e. Nyeri Dada
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru-
2. Gejala Umum
Gejala-gejala yang disebut di atas bersifat setempat. Beberapa penyakit memberi juga
gejala umum, seperti suhu badan meninggi, pusing dan mabuk kepala, tidak suka makan, rasa
lesu/lemah, keringat dingin dan sebagainya (Danosantoso, 1998). Masalah pernafasan pada
pekerja di tempat pengolahan telah dikenal selama 2 dekade ini. Gejala-gejala dada akut seperti
batuk, sesak, dada terasa berat dan iritasi saluran nafas atas muncul pada saat kerja biasa
(Alsagaff, 2002).
Gangguan saluran pernafasan akibat inhalasi debu dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain
yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama perjalanan dan faktor
individu berupa mekanisme pertahanan selain itu faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
gangguan paru dapat berupa jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan
kerentanan individu.Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut dalam air, bahan dalam
debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi
ukurannya kecil maka partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi
debu, makin tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan. Jenis
debu ada dua (2) macam yaitu debu organik ( debu padi/ kulit padi), dan debu anorganik (debu
2 Masa kerja
Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu
tertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki
resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu
akan makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan.
Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akan membahayakan.
Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk
karena adanya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada
2009)
3 Umur
Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan
paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan
cepat. Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan dalam Rosbinawati (2002),
bertambahnya umur maka terjadi penurunan fungsi paru di dalam tubuh. Menurut hasil
penelitian Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan
gejala pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan
kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi
kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh,
Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini
Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap
bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini
untuk melindungi sistem pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara yang
terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan,
ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari kain atau kertas wol
(Irga, 2009)
Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap
rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas.
Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat
menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas kecil
bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses
inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan struktur karena
apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko memperpendek usia
harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang
6 Riwayat penyakit
Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya
gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi
kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit
sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika
terpapar debu.
Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar
volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi
paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume (FEV)
adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan
usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik
(FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara
yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru
secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu
gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan
paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang
dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari
- Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernapas
- Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan
napas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml.
- Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat di ekspirasi setelah inspirasi secara
maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC) Besarnya adalah 4800 ml.
- Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke
dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya
- Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah
ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml.
- Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa
- Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa
FVC (Forced Vital Capacity) merupakan volume udara maksimum yang dapat
dihembuskan secara paksa/kapasitas vital paksa yang umumnya dicapai dalam 3 detik,
normalnya 4 liter dan FEV1 (Forced Expired Volume in one second) merupakan volume udara
yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama normalnya 3,2 liter adalah parameter
Tidak dapat menghembuskan udara (Unable to get air out). FEV1/FVC <75% Semakin
parah obstruksinya :
Jalan napas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat dihembuskan pada
FEV1 dan FVC menurun, karena jalan napas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai
dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume
3 Mixed
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital
berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di
udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500
mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out
Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di udara. Partikel ini
Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
Menurut Suma’mur (1998), debu adalah partikel-partikel zat padat yang ditimbulkan oleh
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun
anorganik Secara fisik debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara
a. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar. Debu
yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya
lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru
b. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena kondensasi dari bentuk gas,
biasannya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai
Plumbum).
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi, dan
turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari
1. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Debu yang
mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di
udara.
Permukaan debu yang cenderung selalu bersih disebabkan karena permukaannya selalu
dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka debu satu
atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan
5. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Metter) adalah suatu kumpulan senyawa
dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil,
kurang dari 1 mikron sampai maksimal 500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relative lama dalam keadaan melayang-layang dan dapat
masuk melalui saluran pernafasan. Konsentrasi debu dengan ukuran 5 mikron akan dikeluarkan
seluruhnya bila jumlah yang masuk ke saluran nafas kurang dari 10 partikel, sedangkan
seluruhnya bila yang masuk 1.000 partikel maka 10% dari jumlah tersebut akan ditimbun di
Debu yang berukuran antara 5 – 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada
saluran nafas bagian atas; yang berukuran antara 3 – 5 mikron tertahan dan tertimbun pada
saluran nafas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1 – 3 mikron disebut debu respirabel
terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap
di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 – 0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar
masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun disitu. Meskipun batas debu respirabel
adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5 – 10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke
dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya bila
jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel per
milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru (WHO, 1990).
1 Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu kapas, debu daun-
2 Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam (Pb, Hg, Cd, dan
Arsen)
3 Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks ( SiO2, SiO3,
dll).
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu fisik (debu tanah, batu,
dan mineral), debu kimia (debu organik dan anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista),
debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb), debu radioaktif (uranium,
tutonium), debu inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari
hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut :
1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan., ini dapat
2. Partikel diameter 0,5 – 5,0 mikron terkumpul di paru – paru hingga alveoli, ini dapat
3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat terabsorbsi ke dalam darah.
Keterangan :
Sumber : (Depkes RI Ditjen PPM dan PL, Dampak Pemanfaatan Batubara Terhadap
Kesehatan. 2001)
Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal yaitu pencegahan
terhadap sumbernya, media pengantar (transmisi) dan terhadap manusia yang terkena dampak.
Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu di ruang kerja dengan ‘Local Exhauster’ atau
a. Memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet Drilling).
Antara lain dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker, sarung tangan.
penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu
industri atau tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan. Kadar debu
pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan memperbaiki tehnik pengolahan bahan,
misalnya pemakaian air untuk mengurangi debu yang beterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi
pekerja diharuskan memaki alat pelindung. Bila seseorang telah menderita penyakit,
memindahkan ketempat yang tidak terpapar mungkin dapat mengurangi laju penyakit.
mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok cepat
meninggikan risiko timbulnya penyakit. Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari
tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan
pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat kerja yang mempunyai
risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah tidak menerima pegawai yang atopik.
Pekerja yang menderita asma kerja hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak
ada pengobatan spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri.
Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis dan asbestosis bila
diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif meskipun
Suma’mur (1998) menyatakan Nilai Ambang Batas (NAB adalah kadar yang pekerja
sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan
mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya
mengganggu kenikmatan kerja (nuisance dust) adalah debu-debu yang tidak berakibat fibrosis
kepada paru-paru, melainkan bereffek sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan
normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu inert (lamban), tetapi ternyata tidak ada debu
yang sama sekali tanpa reaksi selluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya
pengendalian pencemaran udara dengan penetapan nilai ambang batas yaitu menurut Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja
yaitu sebesar 3 mg/m3, dengan Surat Edaran No.SE.01/MEN/1997, bahwa NAB kadar debu di
udara tidak boleh melebihi 3,0 mg/m³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja adalah 10 mg/m³ atau 30 dalam juta partikel perkaki kubik / 30 jppkk.
2.5. Padi
Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-
tropis. Padi tumbuh subur pada kondisi lahan 15º garis lintang utara dan 10º garis selatan
katulistiwa. Untuk padi di sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat
penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus
memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air
tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk
(danau). Dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi
sawah. Pada dasarnya padi adalah tanaman yang agak toleran (moderately tolerant) terhadap
keasinan. Sifat toleran tanaman padi bervariasi selama periode tumbuh. Tanaman padi lebih
dapat bertahan pada tingkat keasinan (salinitas) tertentu selama musim hujan dari pada musim
Debu kilang padi menurut asalnya terdiri dari 2 macam yaitu debu yang berasal dari biji
padi dan debu yang berasal dari biji beras. Debu yang berasal dari biji padi sudah terdapat di
udara sebelum di sentuh oleh mesin sewaktu dituang kedalam corong penggilingan. Debu yang
berasal dari biji beras partikel-partikelnya terbentuk dari proses penggilingan, lalu menyebar di
Debu padi bersifat respirable dimana mempunyai ukuran yang dapat terhirup dan masuk
ke dalam saluran pernapasan. Lambat laun debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan
tersebut akan mengganggu kesehatan karena dapat tertahan pada saluran pernapasan itu sendiri.
Debu tersebut juga akan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis atau saluran napas kecil
paling ujung sampai ke alveoli atau gelumbung-gelembung udara yang merupakan akhir dari
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pertanian salah satu pertama yang dikenal
dengan resiko gangguan (bahaya kerja) adalah penyakit akibat kerja. Mula-mula tahun 1555 oleh
Olaus Magnus yang mengingatkan tentang bahaya menghirup debu biji-bijian salah satunya biji
padi. Pada tahun 1569 Paracelcus menulis buku “Von der Bergsucht und Anderen
berbagai penyakit dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dapat menimbulkan
pertanian yaitu padi telah dikenal secara dini, tetapi penanggulangannya tidak diperhatikan
secara baik. Pemeriksaan terhadap bahaya-bahaya kesehatan paru pada pertanian telah jauh
ketinggalan dibanding bahaya-bahaya industri baja dan industri-industri lainnya. Masalah klinis
pada pekerja-pekerja pertanian saat ini adalah masalah penyakit saluran pernapasan.
(Antaruddin, 2003)
Debu Padi
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Alat Pelindung Diri (APD) Faal Paru
4. Riwayat Merokok
5. Riwayat Penyakit