PENDAHULUAN
1
1.2.9. Untuk mengetahui mengenai pemeriksaan penunjang intoksikasi
1.2.10. Untuk mengetahui mengenai pencegahan intoksikasi
1.2.11. Untuk mengetahui mengenai asuhan keperawatan kasus intoksikasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Macam-Macam Intoksikasi
1. Keracunan Korosif
Keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk
alkali, pembersih toilet, deterjen.
2. Keracunan Non-Korosif
Keracunan yang disebabkan oleh zat non-korosif meliputi makanan,
obat-obatan, gas.
2. Bahan Kimia
a) Peptisida golongan organofosfat
b) Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a) Jamur
b) Keracunan Singkong
c) Tempe Bongkrek
d) Bayam beracun
e) Kerang
4
2.4. Faktor Risiko Intoksikasi
1. Produsen makanan kurang / tidak menyadari dan memahami sepenuhnya
arti kebersihan dan keselamatan makanan. Hal ini di sebabkan antara lain
oleh latar belakang pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung.
2. Produsen menutup diri terhadap kontak dengan pihak luar dan instansi
yan berwenang dalam masalah kesehatan dan keselamatan makanan yang
di sebabkan, antara lain oleh faktor – faktor psikologi dan rahasia usaha.
5
gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan
efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian
depresi SSP ).
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negative
c. Sesak nafas
6
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung
2. Keracunan gas
a. CO : Edem paru, depresi pernapasan, syok, koma
b. Toksit iritan: Edem paru
c. Hidrokarbon: Depresi pernapasan
7
- Kerusakan ginjal dengan zat gula dalam kencing
- Kerusakan hati
- Kegagalan jantung
- Oedema paru-paru
- Pembentukan methemoglobine
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2,
hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan
saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari
pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan
meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan
dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda
usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
8
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan
dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun
dengan karbon aktif dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis
basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi.
d. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi
ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik.Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan
ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit
dasar jantung iskemik.
9
2.10. Pencegahan Intoksikasi
a. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak
aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit,
pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan
pemanasan 120 C
b. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh
dari jangakauan anak – anak
c. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
d. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
e. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
f. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa
2. Pengkajian primer
a. A (airway) : terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi
hipersaliva
b. B (breathing) :terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas
cepat dan dalam
c. C (Circulation) : apabila terjadi keracunan karena zat korosif
maka pencernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama
lambung
d. D (disability) : bisa menyebabkan pingsan atau hilang
kesadaran apabila keracunan dalam dosis yang banyak
e. E (eksposure) : nyeriperut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
10
f. F (fluid/folley Catheter) : jika pasien tidak sadarkan diri kateter
diperlukan untuk pengeluaran urin
3. Pengkajiansekunder
a. Data subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung
- Riwayat kesehatan sebelumnya :riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindromatoksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Data objektif
- Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeriperut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan
- Susunan saraf pusat : pernafasancepatdan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma
- BMR meningkat : takipnea, takikardi, panas dan berkeringat
- Gangguan metabolism karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis
- Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia
- Gangguan elektrolit : hyponatremia, hypernatremia, hipokalsemia
4. Polaaktivitassehari-hari
Meliputinutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, aktifitas fisik, personal
hygiene
5. Data psikososial
Meliputi status emosi, konsep diri (body image, self ideal, self
eksterm, role, identity), interaksi social, spiritual
11
6. Pemeriksaan fisik
Meliputikeadaanumum, kesadaran, tanda-tanda vital, kepala, leher,
abdomen, ekstremitas, genetalia
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darah, urin, feses)
b. Pemeriksaan khusus seperti kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai
bawah 50%. Kadar meth-Hb darah :keracunan nitrit. Kadar
barbiturate plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan
barbiturate.
8. Pemeriksaan toksikologi
- Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et
repertum)
- Bahan diambil dari:
a. Muntahan penderita/bahan kumbah lambung yang pertama (100ml)
b. Urine sebanyak 100ml
c. Darah tanpa anti koagulan 10 ml
12
- Jalan nafas bersih beracun yang terlibat
1 2 3 4 5 - Hubungi pusat pengendali
- Saturasi oksigen racun yang dilanjutkan
1 2 3 4 5 dengan pengobatan seperti
- Gangguan kesadaran apa yang diarahkan
berkurang
1 2 3 4 5 Bantuan Ventilasi (3390)
- Mendesah menghilang - Pertahankan kepatenan
1 2 3 4 5 jalan nafas
- Sputum tidak ada - Monitor pernafasan dan
1 2 3 4 5 status oksigenasi
- Pernafasan cuping - Beri obat (misalnya,
hidung dan pernafasan bronkodilator dan inhaler)
bibir tidak ada yang meningkatkan patensi
1 2 3 4 5 jalan nafas dan pertukaran
gas
Keparahan Syok :
Anafilaktik (0417) Manajemen Anafilaksis (6412)
Setelah dilakukan tindakan - Berikan oksigen
keperawatan selama 60 menit konsentrasi tinggi (10-
diharapkan keadaan klien 15L/menit)
membaik - Monitor tanda-tanda syok
Kriteria Hasil (misalnya, kesulitas
- Laju jantung tidak bernafas, kejang)
meningkat - Yakinkan pasien dan
1 2 3 4 5 keluarga
- Sesak nafas tidak ada - Konsultasikan pada tenaga
1 2 3 4 5 kesehatan lain dan rujuk,
- Kram perut dan muntah jika memang diperlukan
tidak ada
1 2 3 4 5
13
- Tingkat kesadaran tidak
mengalami penurunan
1 2 3 4 5
b. Defisiensi Volume Hidrasi (0602) Monitor Cairan (4130)
Cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Tentukan apakah pasien
dengan Asupan Cairan keperawatan 3x24 jam mengalami kehausan atau
Kurang Akibat Efek diharapkan cairan pasien gejala perubahan cairan
Toksis (00027) dapat terpenuhi. Dengan - Periksa tugor kulit pasien
kriteria hasil : - Monotor berat badan
- Tugor kulit - Monitor asupan dan
1 2 3 4 5 pengeluaran
- Membran mukosa - Monitor membran mukosa
lembab - Konsultasikan kedokter jika
1 2 3 4 5 cairan belum terpenuhi
- Intake cairan
1 2 3 4 5 Manajemen Muntah (1570)
- Output cairan - Monitor keseimbangan
1 2 3 4 5 cairan dan elektolit
- Haus - Posiskan untuk mencegah
1 2 3 4 5 aspirasi
- Identifikasi fakor yang dapat
menyebabkan muntah
- Monitor efek manajemen
muntah secarah menyeluruh.
14
toleransi makanan yang
dimiliki pasien.
- Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi.
- Monitor kalori dan asupan
makanan.
c. Intoleran aktivitas b.d Status Pernafasan (0415) Terapi Oksigen (3320)
ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan asuhan - Bersihkan
suplai dan kebutuhan keperawatan selama kurang mulut,hidung,dan sekresi
oksigen (00092) lebih 30 menit diharapkan trakea dengan tepat
pola nafas klien kembali - Pertahankan kepatenan
efektif jalan nafas
Dengan kriteria hasil : - Monitor aliran oksigen
- Frekuensi pernafasan - Monitor efektifitas
1 2 3 4 5 oksigen
- Irama pernafasan - Konsultasi dengan tenaga
1 2 3 4 5 medis lainnya mengenai
- Kepatenan Jalan nafas penggunaan oksigen
1 2 3 4 5 tambahan selama
- Tambahan suara nafas kegiatan dan atau tidur
1 2 3 4 5 - Pantau adanya keracunan
- Tidak ada tambahan
oksigen dan kejadian
otot bantu pernafasan
atelektasis
1 2 3 4 5
d. Ketidakefektifan Status pernafasan : kepatenan Penghisapan lendir pada jalan
jalan nafas (0410) nafas (3160)
bersihan jalan nafas b.d
Setelah dilakukan tindakan - Tentukan perlunya
mucus berlebihan asuha keperawatan 3x24 jam suksion mulut atau
diharapkan mucus pada jalan trachea
(00031)
nafas pasien berkurang - Auskultasi suara nafas
Dengan criteria hasil : setelah dilakukan atau
- Frekuensi pernafasan sesudah dilakukan
1 2 3 4 5 suksion
- Irama pernafasan - Monitor status oksigen
1 2 3 4 5 pasien
- Kedalaman inspirasi
1 2 3 4 5
- Kemampuan untuk
mengeluarkan secret
15
1 2 3 4 5 - Monitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi
- Monitor adanya nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Intoksikasi atau keracunan adalah masalah serius yang disebabkan
masuknya zat atau bahan yang mengandung racun. Intoksikasi sendiri
dibedakan menjadi dua, yakni korosif dan non-korosif. Meski berbeda namun
pada kasus yang ada, penanganannya cenderung sama, dalam
kegawatdaruratan, primary assessment tetap menggunakan pengkajian ABCDE
untuk mengetahui apakah kondisi klien masih dapat diselamatkan ataukah
16
tidak, selanjutnya dari primary assessment baru dapat digunakan pengkajian
yang seperti biasa digunakan, seperti pengkajian KMB ataupun pengkajian
Keperawatan Dasar.
3.2. Saran
Diharapkan agar perawat memahami betul akan intoksikasi, karena jika
perawat tidak paham akan intoksikasi, maka racun akan menyebar ke tubuh
pasien dan menyebabkan luka yang lebih serius lagi pada pasien. pertolongan
kegawatdaruratan sangat penting untuk meminimalisir penyebaran racun dan
nyawa pasien. jika perawat tidak tahu tindakan dan asuhan keperawatan apa
yang harus dilakukan, maka akan menghambat pertolongan pada kasus
intoksikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddrart, (2013).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
3. Jakarta : EGC
17
18