Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

PENGELOLAAN ANASTESI REGIONAL TINDAKAN DEBRIDEMENT


ULKUS DIABETIKUM REGIO PEDIS SINISTRA PADA SEORANG
WANITA USIA 60 TAHUN: LAPORAN KASUS

PENYUSUN:

Muhammad Dwiki Tafwidhi S. Ked J510195043

PEMBIMBING:
dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp.An

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Pengelolaan Anastesi Regional Tindakan Debridement Ulkus Diabetikum Regio Pedis
Sinistra pada Seorang Wanita Usia 60 Tahun: Laporan Kasus
Penyusun : Muhammad Dwiki Tafwidhi, S. Ked J510195043
Pembimbing : dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An

Magetan, ...,...................2019
Penyusun,

Muhammad Dwiki Tafwidhi, S. Ked


Menyetujui,
Pembimbing

dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
PENGELOLAAN ANASTESI REGIONAL TINDAKAN DEBRIDEMENT ULKUS
DIABETIKUM REGIO PEDIS SINISTRA PADA SEORANG WANITA USIA 60
TAHUN: LAPORAN KASUS

Muhammad Dwiki Tafwidhi *, Mochamad Fauzi Hanafia


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi RSUD dr. Sayidiman Magetan

Abstrak
Regional anastesi adalah salah satu teknik nastesi untuk anggota/daerah tubuh tertentu,
khususnya daerah lengan, abdomen bagian bawah ataupun tungkai. Jenis jenis dari regional
anastesi adalah anastesi spinal (subarachnoid block), anastesi epidural, anastesi kaudal.
Subarachnoid Spinal Block, sebuah prosedur anestesi yang efektif dan bisa digunakan
sebagai alternatif dari anestesi umum. Umumnya digunakan pada operasi bagian bawah tubuh
seperti ekstremitas bawah, perineum, atau abdomen bawah. Prinsip yang digunakan adalah
menggunakan obat analgetik local untuk menghambat hantaran saraf sensorik untuk
sementara (reversible). Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut
terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi
infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Ulkus diabetikum dapat dicegah
dengan melakukan intervensi sederhana sehingga kejadian angka amputasi dapat diturunkan
hingga 80%. Dilaporkan kasus seorang pasien wanita usia 60 tahun dengan diagnosis
diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus diabetikum pada regio pedis sinistra. Dilakukan tindakan
debridement. Jenis debridement yang dilakukan adalah surgical debridement. Tindakan ini
dilakukan dengan membuang jaringan nekrotik dan hiperkeratosis hingga mencapai jaringan
yang sehat.

Kata Kunci: anastesi regional, ulkus pedis diabetikum, debridement, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN terhambat sebagian. Dan pada teknik


Regional anastesi adalah salah satu anestesi ini, pasien tetap sadar.[2]
teknik nastesi untuk anggota/daerah tubuh Anestesi spinal (subaraknoid) adalah
tertentu, khususnya daerah lengan, anestesi regional dengan tindakan
abdomen bagian bawah ataupun tungkai. penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam
Jenis jenis dari regional anastesi adalah ruang subaraknoid. Anestesi
anastesi spinal (subarachnoid block), spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
anastesi epidural, anastesi kaudal. analgesi/blok spinal intradural atau blok
Subarachnoid Spinal Block, sebuah intratekal. Anestesi spinal dihasilkan bila
prosedur anestesi yang efektif dan bisa kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke
digunakan sebagai alternatif dari anestesi dalam ruang sub arachnoid di daerah
umum. Umumnya digunakan pada operasi antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-
bagian bawah tubuh seperti ekstremitas L5. Kelebihan utama tehnik ini adalah
bawah, perineum, atau abdomen bawah.[1] kemudahan dalam tindakan,peralatan yang
Prinsip yang digunakan adalah minimal, memiliki efek minimal pada
menggunakan obat analgetik local untuk biokimia darah, menjaga level optimal dari
menghambat hantaran saraf sensorik untuk analisa gas darah, pasien tetap sadar
sementara (reversible).Fungsi motoric juga selama operasi dan menjaga jalan nafas,

1
serta membutuhkan penanganan post Gold standard untuk terapi ulkus kaki
operatif dan analgesia yang minimal.[1] diabetik meliputi debridement luka,
Diabetes melitus merupakan suatu tatalaksana infeksi, prosedur
kelompok penyakit metabolik dengan revaskularisasi atas indikasi, dan off-
karakteristik hiperglikemia yang terjadi loading ulkus. Debridement harus
karena kelainan sekresi insulin, kerja dilakukan pada semua luka kronis untuk
insulin, atau kedua-duanya. Diabetes membuang jaringan nekrotik dan debris.[4]
melitus tipe 2 disebabkan oleh berbagai Tindakan debridemen merupakan salah
faktor antara lain : bertambahnya usia satu terapi penting pada kasus ulkus
harapan hidup dengan individu >40 tahun, diabetika. Debridemen dapat didefinisikan
obesitas, kurangnya aktifitas fisik, diet sebagai upaya pembersihkan benda asing
tinggi gula, riwayat keluarga diabetes dan jaringan nekrotik pada luka. Luka
melitus, dislipidemia, riwayat melahirkan tidak akan sembuh apabila masih
bayi >4 kg dan riwayat diabetes melitus didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
pada saat kehamilan. [3] fistula atau rongga yang memungkinkan
Pada diabetes melitus tipe 2, pada kuman berkembang. Metode debridement
awalnya kelainan terletak pada jaringan yang sering dilakukan yaitu surgical
perifer (resistensi insulin) dan kemudian (sharp), autolitik, enzimatik, kimia,
disusul dengan disfungsi sel beta pankreas, mekanis dan biologis. Metode surgical,
defek pada fase pertama sekresi insulin, autolitik dan kimia hanya membuang
yaitu antara lain, sekresi insulin oleh jaringan nekrosis (debridement selektif),
pankreas mungkin cukup atau kurang sedangkan metode mekanis membuang
namun terdapat keterlambatan sekresi jaringan nekrosis dan jaringan hidup
insulin, jumlah reseptor di jaringan perifer (debridement non selektif). [6]
kurang antara 20.000 sampai 30.000, Surgical debridement adalah metode
kadang-kadang jumlah reseptor cukup yang paling efisien dan langsung untuk
tetapi kualitas reseptornya jelek sehingga membersihkan luka, yang
kerja insulin tidak efektif, terdapat dipertimbangkan sebagai gold standard.
kelainan di pasca reseptor menyebabkan Tindakan ini dilakukan menggunakan
proses glikolisis intraseluler terganggu dan blade scalpel, selanjutnya semua jaringan
adanya kelainan campuran[3] nekrotik dibuang hingga jaringan dasar
Ulkus diabetikum adalah salah satu ulkus yang sehat. Bau adalah indikator
bentuk komplikasi kronik Diabetes yang baik untuk menilai keberhasilan
mellitus berupa luka terbuka pada debridement, jika luka tidak berbau, bisa
permukaan kulit karena adanya komplikasi menjadi tanda bahwa tindakan
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler debridement berhasil. Jika dicurigai
insusifiensi dan neuropati, yang lebih terdapat iskemia berat, debridement yang
lanjut terdapat luka pada penderita yang agresif harus ditunda hingga pemeriksaan
sering tidak dirasakan, dan dapat vaskular dilakukan, dan jika diperlukan,
berkembang menjadi infeksi disebabkan prosedur revaskularisasi dapat dilakukan.
oleh bakteri aerob maupun anaerob. Ulkus Metode anestesi yang digunakan pada
diabetika disebabkan adanya tiga faktor beberapa kasus adalah teknik regional
yang sering disebut Trias yaitu : Iskemik, anestesi yaitu block spinal
Neuropati, dan Infeksi. Prevalensi ulkus anesthesia/BSA. [5]
kaki diabetik pada populasi diabetes Pada laporan ini akan membahas
adalah 4 – 10%, lebih sering terjadi pada tentang pemberian regional anestesi pada
pasien usia lanjut. Sebagian besar (60- pasien kaki diabetik yang dilakukan
80%) ulkus akan sembus sendiri, 10-15% tindakan debridement.
akan tetap aktif, dan 5-25% akan berakhir
pada amputasi dalam kurun waktu 6-18
bulan dari evaluasi pertama. Tujuan utama
dari tatalaksana ulkus kaki diabetik adalah LAPORAN KASUS
untuk penyembuhan luka yang lengkap. Seorang wanita berusia 60 tahun

2
datang ke IGD RSDS Magetan, dengan rate 20x/menit, SpO2 98%, suhu
keluhan utama nyeri pada kaki akibat 36,3o C. Pada pemeriksaan fisik
adanya luka. Keluhan utama dirasakan didapatkan Pada pemeriksaan fisik
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah didapatkan paru kanan dan kiri simteris,
sakit. Pasien mengeluhkan nyeri yang fremitus kanan dan kiri sama, kedua
semakin memberat hingga sekarang lapang paru sonor, suara dasar paru
sehingga mengganggu aktivitas sehari- vesikuker, tidak ditemukan suara
hari. Keluhan disertai dengan adanya luka. tambahan baik itu ronkhi maupun
Luka awalnya kecil dibagian telapak kaki whezzing, pada pemeriksaan cor
dan tidak dirasakan oleh pasien tetapi didapatkan iktus kordis tidak tampak,
semakin lama luka tersebut semakin teraba di SIC V midclavicula sinistra,
membesar dan meluas bahkan lukanya batas jantung dalam batas normal, tidak
sampe ke punggung kaki kiri, kulit ada suara tambahan pada jantung,
berubah menjadi kehitaman disertai keluar pemeriksaan abdomen dinding perut
nanah dan bau yang tidak sedap. Pasien sejajar dari dinding abdomen, terdengar
mengekuhkan sering kram, gatal, kebas suara peristaltic, timpani dan tidak ada
dan panas pada kaki. Pasien mengaku awal nyeri tekan, pemeriksaan pada ekstremitas
terjadinya luka sejak 5 tahun yang lalu, didapatkan luka pada punggung kaki yang
namun pasien hanya melakukan perawatan cukup luas, basah dan berbau gangrene.
di klinik saja. Keluhan disertai dengan Luka sedalam kurang lebih 1 cm hingga
lemas (+), mual (-), muntah (-), sering terlihat tendo pasien (Derajat Wagner II).
merasa lapar (+), sering merasa haus (+), Pemeriksaan penunjang
sering kencing malam hari (+), pandangan menunjukkan anemia sedang Hb: 7,9,
mata kabur (+), kaki kesemutan (+), batuk Leukosit meningkat 13.64; GDS 172;
(-), sesak napas (-), nyeri dada (-), sering Natrium 137, Kalium 3,6; Clorida 103;
gatal di daerah kemaluan (-), BAK dan Albumin 2.1; Ureum 101,2; Kreatinin
BAB tidak ada keluhan. 4,15. Pasien dipersiapkan untuk menjalani
Pada pemeriksaan didapatkan surgical debridement dengan anestesi
kondisi umum tampak sedang, compos regional subarakhnoid. Operasi
mentis, E4V5M6, berat badan pasien 60 diperkirakan memakan waktu kurang lebih
kg, tinggi badan 155 cm, tekanan darah 1-2 jam dengan perkiraan perdarahan
120/80 mmHg, nadi 84x/menit, respiratory sebanyak 100 cc.

KASUS sebelum masuk rumah sakit. Pasien


1. IDENTITAS PASIEN mengeluhkan nyeri yang semakin
Nama : Ny. S memberat hingga sekarang sehingga
Jenis Kelamin : Perempuan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Usia : 65 tahun Keluhan disertai dengan adanya
Diagnosis :DM tipe 2, ulkus luka. Luka awalnya kecil dibagian
pedis sinistra, anemia, hipoalbumin, telapak kaki dan tidak dirasakan
Azotemia renal oleh pasien tetapi semakin lama
2. ANAMNESIS luka tersebut semakin membesar
Dilakukan anamnesis dan dan meluas bahkan lukanya sampe
pemeriksaan fisik di bangsal IRNA 3 ke punggung kaki kiri, kulit berubah
a. Keluhan utama menjadi kehitaman disertai keluar
Terdapat luka di pungggung dan nanah dan bau yang tidak sedap.
telapak kaki kiri Pasien mengekuhkan sering kram,
b. Riwayat penyakit sekarang gatal, kebas dan panas pada kaki.
Seorang wanita berusia 60 tahun Pasien mengaku awal terjadinya
datang ke IGD RSDS Magetan, luka sejak 5 tahun yang lalu, namun
dengan keluhan utama nyeri pada pasien hanya melakukan perawatan
kaki akibat adanya luka. Keluhan di klinik saja. Keluhan disertai
utama dirasakan sejak 1 minggu dengan lemas (+), mual (-), muntah

3
(-), sering merasa lapar (+), sering beraktivitas dengan anggota
merasa haus (+), sering kencing keluarga di rumah saja.
malam hari (+), pandangan mata 3) Riwayat berolahraga : Pasien
kabur (+), kaki kesemutan (+), jarang berolahrga.
batuk (-), sesak napas (-), nyeri dada 3. AMPLE
(-), sering gatal di daerah kemaluan
A: Tidak ada riwayat alergi obat-
(-), BAK dan BAB tidak ada
obatan dan makanan
keluhan.
M: Pasien mengkonsumsi obat-obatan
c. Riwayat penyakit dahulu :
diabetes
1) Riwayat alergi : Disangkal
P: Asma (-), TB (-), hipertensi (-), DM
2) Riwayat diabetes mellitus :
(+)
Diakui 15 tahun ini
L: Pasien direncanakan puasa 6 jam
3) Riwayat penyakit paru kronis :
sebelum tindakan operasi
Disangkal
E: Tidak ada riwayat operasi
4) Riwayat penyakit jantung :
sebelumnya
Disangkal
5) Riwayat hipertensi : tidak diakui 4. PEMERIKSAAN FISIK
6) Riwayat penyakit hati : a. Status Generalis (Saat Masuk
Disangkal Rumah Sakit)
7) Riwayat penyakit ginjal : 1) Keadaan Umum: Cukup
Disangkal 2) Kesadaran: Compos mentis
8) Riwayat asma: Disangkal (GCS: E4V5M6)
9) Riwayat mondok di RS : Diakui 3) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d. Riwayat kebiasaan 4) Nadi : 84 kali/menit
1) Riwayat merokok: Disangkal 5) Respirasi : 20 kali/menit
Riwayat minum alcohol : 6) Suhu : 36,3 oC
Disangkal Riwayat konsumsi 7) SPO2 : 98%
obat penenang: Disangkal b. Pemeriksaan Fisik
2) Riwayat konsumsi narkotika : 1) Status Gizi
Disangkal a) BB : 60 kg
e. Riwayat Keluarga b) TB : 155 cm
1) Riwayat asma : Disangkal c) IMT : 25.0 kg/m2 (obese)
2) Riwayat diabetes mellitus : 2) Jalan Napas
Disangkal a) Kepala: Keterbatasan
3) Riwayat penyakit paru kronis :
membuka mulut (-), gigi
Disangkal
4) Riwayat penyakit jantung : palsu (-), gigi goyah (-).
Disangkal b) Leher : Gerakan Leher
5) Riwayat hipertensi : Disangkal normal (fleksidan ekstensi),
6) Riwayat penyakit hati : deviasi trakea(-), kesulitan
Disangkal menelan(-)
7) Riwayat penyakit ginjal :
c) Paru-paru : dbn
Disangkal
8) Riwayat asma: Disangkal 3) Kardiovaskular : dbn
f. Riwayat Kebiasaan/Pola Hidup 4) Abdomen : dbn
1) Riwayat diet : Pasien makan dan 5) Sistem Saraf : dbn
minum tidak pilih-pilih, makan 6) Sistem Muskuloskeletal
dan minum apa saja yang a) Ekstremitas atas : dbn
disediakan. b) Ekstremitas bawah : terdapat
2) Riwayat aktivitas : Sehari-hari
luka di punggung dan
pasien hanya melakukan
kesibukan dirumah saja dan telapak kaki kiri
c. Pemeriksaan Penunjang

4
 Darah Rutin dan Kimia Darah fisik ASA II (Pasien dengan penyakit
sistemik ringan dan tidak ada
Pemeriksaa
n 14-09-19 Rujukan keterbatasan fungsional).
8. PENATALAKSANAAN
Hemoglobin 7,9 14-17,5 Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, maka :
Hematokrit 25,4 40-52 a. Diagnosis pre operatif: ulkus
Leukosit 13,64 4,4-11,3 diabetikum regio pedis sinistra
b. Status Operatif: ASA II, Mallampati
Eritrosit 2,98 4.5-5.9 II
Trombosit 366 139-335 c. Jenis Operasi : surgical
debridement
GDS 172 <140 d. Jenis Anastesi : Regional Anestesi
Natrium (Subarakhnoid)
137 136-146
9. PREMEDIKASI
Kalium 3,6 3,5 -5,0 a. Terapi dari bangsal:
Clorida - Infus PZ 20 tpm
103 98-106
- Infus Albumin 1 flash
Ureum 101,2 10-25 - Infus Metronidazol 1 flash
- Injeksi gastridin /12 jam
Kreatinin 4,15 0,7-1,20 - Injeksi antrain / 8 jam
- Injeksi ceftriaxon / 12 jam
- Asam Folat 2x1
- Lantus 10-10-10 ( jika GDS > 200)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Transfusi 2 kolf PRC
10. PREOPERASI
-EKG 1) Intravena fluid drip (IVFD) PZ
dengan menggunakan IV cath no
20, dan dipasang dengan
menggunakan three way.
2) Surgical debridement
3) Informed Consent Operasi
4) Informed Consent Pembiusan
11. MASUKAN ORAL
Puasa selama 6 Jam. Minuman air
putih diperbolehkan sampai 3 jam
sebelum induksi
12. PRE ANESTESI
a. Persiapan peralatan anestesi
6. DIAGNOSIS 1) Menghidupkan mesin anestesi
- DM Tipe 2 dan mempersiapkan sirkuit
- Ulkus Pedis Sinistra anestesi, face mask sesuai
- Hipoalbumin ukuran, tensimeter, oksimeter,
- Anemia cek ulang tabung O2, N2O dan
- Azotemia renal anestesi inhalasi (isofluran dan
7. STATUS FISIK ASA sevofluran).
Perempuan 60 tahun dengan ulkus 2) Mempersiapkan peralatan spinal
anestesi (spinal set) seperti jarum
diabetikum regio pedis sinistra, status
spinal no. 25, handscoen steril,
5
kasa steril diberi alcohol 1 buah 4) Induksikan lidodex 2 mg, lalu
diberi povidone iodin 3 buah, langsung baringkan pasien untuk
lidodex 2 ml menghindari sakit kepala pada
3) Ringer laktat dan PZ 500cc pasien.
persiapan diguyur. b. Intraoperatif
4) Mempersiapkan stetoskop,
1). Maintenance
laringoskop (lampu menyala
dengan terang), ETT (kinking) a) Inhalasi : O2 sebanyak 4
sesuai ukuran kelingking pasien L/menit.
(disiapkan tiga ukuran 6, 6,5, 7 b) Cairan : Cairan RL diguyur
pastikan balonnya sebanyak 500cc.
mengembang), stilet, guedel 14. PASCA OPERASI
sesuai ukuran pasien (diukur 1. Posisi : supine
mulai dari sudut mulut ke kanalis 2. Pemantauan: Tekanan Darah, Nadi,
auditivus eksterna), plester, dan Suhu, RR, Saturasi O2
suction. 3. Keadaan pasca operasi
b. Persiapan pasien
a. Mual/ muntah : Tidak ada
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas
b. Sianosis : Tidak Ada
pasien
c. Skala nyeri : 2
2) Konfirmasi jenis operasi dan
4. Obat-Obatan pasca operasi
pemeriksaan lokasi operasi
a. infus RL 20 tpm
3) Pemantauan peralatan yang
b. Inj. Antrain 3 x 1 gr
menempel pada pasien
c. Inj. ondansentron 4mg
(sphygmomanometer digital,
5. Komplikasi pasca operasi : Tidak
oxymetri)
ada
4) Pemeriksaan akses IV
6. Pasien diperbolehkan makan:
c. Persiapan Obat
apabila pasien sudah sadar penuh
1) Benzodiazepin: Midazolam
dan pasien tidak mual dan muntah
2) Analgetik: Ketorolac, Fentanyl
apabila makanan masuk secara oral.
3) Anti emetik : Ondansetron
7. Pengelolaan nyeri 24 jam pertama:
4) Muscle relaksan : antracurium
Inj. Antrain 3 x 1 gr
besilat
8. Evaluasi komplikasi pasca anestesi
5) Hipnotik : Propofol
a. Komplikasi dini
1. hipotensi
13. INDUKSI ANESTESI 2. blok spinal tinggi /total
a. Regional anestesi 3. mual dan muntah
1) Pasien duduk dengan kepala 4. penurunan panas tubuh
tertunduk kebawah dan seperti b.Komplikasi lanjut
terunduk sehingga daerah spinal 1. Post dural Puncture Headache
menonjol. (PDPH)
2) Cari posisi L4 daerah spinal 2. nyeri punggung (Backache)
dengan menarik garis lurus dari 3. cauda equine sindrom
SIAS, kemudian tandai sebagai 4. meningitis
tempat penusukan. 5. retensi urine
3) Memasukkan jarum spinal ke 6. spinal hematom
area yang telah ditandai, lalu 7. kehilangan penglihatan pasca
menunggu sampai LCS keluar operasi
sebagai pertanda jarum spinal 15. PROYEKSI KASUS
telah memasuki ruang sub- A. PRE OPERATIF
arachnoid di spinal.

6
Pada kasus ini Pasien seorang loading ulkus. Debridement harus
perempuan, 60 tahun, dengan keluhan dilakukan pada semua luka kronis untuk
luka di punggung kaki kiri basah, membuang jaringan nekrotik dan debris.
5. Subarachnoid Block (SAB)/Spinal
bernanah dan bau busuk. Dilakukan
Anestesi. Teknik ini dilakukan dengan
surgical debridement dengan anestesi memasukkan obat lokal anestesi ke
regional subarakhnoid. dalam ruang subarachnoid sehingga
didapatkan anestesi pada segmen yang
B. DURANTE OPERATIF terblok, ke bawah. Anestesi spinal
Selama operasi tanda vital pasien (anestesi subaraknoid) disebut juga
dipantau setiap 5 menit. Tekanan darah sebagai blok spinal intradural atau blok
intratekal.
pasien dalam retang 160-120/80-60.
6. Indikasi dari SAB adalah untuk
Saturasi oksigen 100%. Nadi dalam pembedahan, daerah tubuh yang
rentang 70-80. dipersyarafi cabang T4 kebawah (daerah
papila mamae kebawah). Dengan durasi
C. PASCA OPERASI operasi yang tidak terlalu lama,
Setelah debridement selesai maksimal 2-3 jam.
dilakukan, dilakukan pemantauan akhir 7. Obat–obatan yang dapat digunakan
TD, Nadi, respirasi dan SpO2. sebagai agen anestesi lokal secara umum
Debridement dilakukan selama 30 terbagi menjadi 2 golongan, yaitu
menit dengan perdarahan ± 15 cc. golongan Ester, seperti prokain, kokain,
Pasien kemudian dibawa ke ruang dan tetrakain; dan golongan Amide
pemulihan (Recovery Room). Selama seperi prilokain, lidokain, bupivacaine,
di ruang pemulihan, jalan nafas dalam dan lain-lain.
keadaan baik, pernafasan spontan dan 8. Menurut berat ringannya lesi, kelainan
adekuat serta kesadaran kompos mentis. ulkus diaberikum dibagi menjadi enam
derajat menurut Wagner, yaitu :

KESIMPULAN a. Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka,


kulit masih utuh dengan
1. Regional anestesi adalah salah satu kemungkinan disertai dengan
teknik anestesi untuk anggota/daerah kelainan bentuk kaki "claw,callus"
tubuh tertentu, khususnya daerah lengan b. Derajat I : ulkus superficial terbatas
dan abdomen bagian bawah/tungkai. pada kulit
2. Tipe regional anestesi terdiri adalah a) c. Derajat II : ulkus dalam, menembus
Blokade neuroaxial sentral: epidural; tendon atau tulang
spinal; b) Blok saraf perifer: minor d. Derajat III : abses dalam dengan atau
(single nerve); mayor (multiple nerve tanpa osteomilitas
atau pleksus); c) Infiltrasi; d) Topikal. e. Derajat IV : ulkus pada jari kaki atau
3. Ulkus kaki diabetik adalah kaki pada bagian distal kaki atau tanpa selulitas
pasien dengan diabetes melitus yang f. Derajat V : ulkus pada seluruh kaki
mengalami perubahan patologis akibat atau sebagian tungkai
infeksi, ulserasi yang berhubungan
dengan abnormalitas neurologis,
penyakit vaskular perifer dengan derajat
bervariasi, dan atau komplikasi
metabolik dari diabetes pada ekstrimitas
bawah.
4. Gold standard untuk terapi ulkus kaki
diabetik meliputi debridement luka,
tatalaksana infeksi, prosedur
revaskularisasi atas indikasi, dan off-

7
DAFTAR PUSTAKA
5. Kasper, et al. Harrison’s Principles of
1. Medscape Reference [Internet] internal Medicine 16th edition. McGraw-
Subarachnoid Spinal Block [Updated on Hill Medical Publishing Division. 2005.
Aug, 5, 2013] Available at
http://emedicine.medscape.com/article/2 6. Giurini JM dan Lyons TE. 2005.
000841-overview. Diabetic Foot Complications: Diagnosis
2. S, Kristanto, Anestesia Regional; and Management. Lower Extremity
Anestesiologi.- Bagian Anestesiologi Wounds. Vol 4 (3):171–82.
dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia – Jakarta : CV. 7. Suhartono T, Pemayun TGD, Nugroho
Infomedika, 2004; 123 KH. Naskah Lengkap Kursus
Manajemen Holistik “Kaki Diabetik”.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Simadibrata M, Setiati S.Buku Ajar Ilmu Diponegoro.2007.
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta:
Interna publishing; 2009.

4. Suhartono T, Pemayun TGD, Nugroho


KH. Naskah Lengkap Kursus
Manajemen Holistik “Kaki Diabetik”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.2007.

Anda mungkin juga menyukai