Anda di halaman 1dari 9

RIBA

1. Pengertian Riba
Secara bahasa riba berarti al-ziyadah (tumbuh subur,tambahan), seperti
terdapat dalam ayat berikut ini
ْ ‫ﻧ َبﺘ‬ٝ َ ‫ت َوأ‬
)٥( ِ‫َت ِمن ُك ِل زَ ْوجِ بَﻬِﻴبِح‬ ْ ‫فَٳ ذَآ أ َﻧﺰَ ْلنا َﻋَلَﻴْﻬَا ا ْل َما ٓ َء ٱ ْﮬﺘَ َّز‬
ْ ‫ت َو َر َب‬
“kemudian apabila telah kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan
subur dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah
“(Q.S. al-Hajj:5)1
)٩٢( ‫أَن تَ ُكونَ أ ُ َّمةٌ ﮬِﻲَأَرﻰَ ِمن أ ُ َّم ٍة‬
“Disebabkan adanya suatu ummat (islam) yang bertambah banyak jumlahnya
dari ummat yang lain”. (Q.S. al-Nahl:92)2

Riba menurut para ulama mempunyai defenisi tersendiri. Ulama


Hanabillah mendefenisikan riba yaitu “Pertambahan sesuatu yang
dikhususkan”, sedangkan menurut ulama Hanafiyah riba yaitu “Tamnbahan
pada harta pengganti dalam pertukaran harta dengan harta”3.
Bila ditinjau dari segi fikih, menurut Qardhawi (2001) bunga bank sama
dengan riba yang hukumnya jelas-jelas haram. Suatu sistem ekonomi Islam
harus bebas dari bunga (riba). Hanya sistem ekonomi Islam yang hanya dapat
menggunakan modal dengan benar dan baik, karena dalam sistem ekonomi
kapitalis dijumpai bahwa manfaat keuntungan teknik yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja.
Al-qur’an memerintahkan untuk tidak menginginkan barang milik orang
lain secara bil al batil atau secara tidak benar. Salah satu sumber yang
menyebabkan tidak meratanya pendapatan adalah diterimanya keuntungan
moneter secara sepihak dalam transaksi yang diperlukan adanya dasar-dasar
yang jelas. Hal inilah yang dikenal dalam Islam yang dinamakan riba.
2. Larangan Riba

1
al-Qur’an, 22:5
2
Ibid., 16:92
3
Yazid, Muhammad, Ekonomi Islam (Surabaya:IMTIYAZ,2017) ha.l 75
a. Berdasarkan Al-Qur’an
Proses keharaman riba tidak langsung satu kali, tetapi berlangsung secara
bertahap, terkait dengan kondisi dan kesiapan masyarakat dalam menerima
suatu perintah. Hal ini dikarenakan agar tidak mengagetkan mereka yang telah
biasa melakukan perbuatan riba yang sudah menjadi kebiasaan sehingga
mendarah daging yang melekat dalam perekonomian jahiliyah. Ayat yang
diturunkan pertama dilakukan secara temporer yang pada akhirnya ditetapkan
permanen dan tuntas melalui empat tahap.
Tahap pertama adalah surat ar-Rum:39, ayat yang menerangkan tentang
asumsi manusia menganggap harta riba akan menambah hartanya, padahal di
sisi Allah SWT asumsi itu tdak benar, karena hartanya tidak bertambah
dikarenakan riba. Pada ayat ini tidaklah menyatakan larangan dan belum
mengharamkanya.
Surat ar-Rum ayat 39, artinya :

َّ َ‫َّللاِ ۖ َو َما آتَ ْﻴﺘ ُ ْم ِم ْن زَ كَاةٍ ت ُ ِريد ُونَ َوجْ ه‬


ِ‫َّللا‬ ِ َّ‫َو َما آت َ ْﻴﺘ ُ ْم ِم ْن ِربًا ِلﻴَ ْرب َُو فِﻲ أ َ ْم َوا ِل الن‬
َّ َ‫اس فَ ََل يَ ْربُو ِﻋ ْند‬
)٣٩( َ‫ض ِعفُون‬ ْ ‫فَأُو َٰلَئِكَ ُﮬ ُم ْال ُم‬
“Dan sesuatu riba (tambahn) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dn apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)4”

Tahap kedua, Allah menurunkan surat An-Nisa ayat 160-161.riba


digambarkan sebagai sesuatu pekerjaan yang batil. Ayat ini juga
menggambarkan dengan tegas lagi tentang riba melalui riwayat orang yahudi
walaupun tidak terus terang menyatakan larangan bagi orang islam. Namun
pada ayat selanjutnya akan dipertegaskan lagi larangan bagi kaum muslim.
Surat An-Nisa (4):161

4
al-Qur’an, 30:39
‫اط ِل ۚ َوأ َ ْﻋﺘَدْﻧَا ِل ْلكَافِ ِرينَ ِم ْن ُﻬ ْم َﻋذَابًا أ َ ِلﻴ ًما‬
ِ َ‫اس بِ ْالب‬
ِ َّ‫الربَا َوقَدْ ﻧُ ُﻬوا َﻋ ْنهُ َوأ َ ْك ِل ِﻬ ْم أ َ ْم َوا َل الن‬
ِ ‫َوأَ ْخ ِذ ِﮬ ُم‬
)١٦١(
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahl sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dank arena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
di antara mereka itu siksa yang pedih”. (an-Nisa :161)5

Tahap ketiga, dalam surah Ali-Imran ayat 130-131 yang isinya tentang
pelarangan riba secara tegas, jelas, pasti, tuntas, dan mutlak mengharamkannya
dalam berbagai bentuknya, tidak dibedakan besar kecilnya. Bagi yang
melakukan riba telah melakukan kriminalitas. Dalam ayat ini jika ditemukan
melakukan tindakan kriminalitas, maka akan diperangi oleh Allah SWT dan
Rasulnya.

َ َّ‫) َواتَّقُوا الن‬١٣٠( َ‫َّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


‫ار‬ َّ ‫ضا َﻋفَةً ۖ َواتَّقُوا‬ ِ ‫َيا أَيُّ َﻬا ا َّلذِينَ آ َمنُوا ََل ت َأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الر َبا أ‬
َ ‫ض َعافًا ُم‬
)١٣٢( َ‫سو َل لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫) َوأ َ ِطﻴعُوا‬١٣١( َ‫َّت ِل ْلكَافِ ِرين‬
َّ ‫َّللاَ َو‬ ْ ‫الَّﺘِﻲ أ ُ ِﻋد‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Dan peliharalahdirimu dari api neraka, yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi
rahmat..” (Ali-Imran:130-1326)

Tahap keempat merupakan larangan Allah SWT secara menyeluruh


untuk tidak melakukan riba, termasuk sisa-sisa riba yang dipraktikan pada masa
itu. Hal ini dapat dilihat dari Firman Allah dalam surah al-Baqarah (2): 278-279

‫) فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْفعَلُوا فَأْذَﻧُوا‬٢٧٨( َ‫الربَا إِ ْن ُك ْنﺘ ُ ْم ُمؤْ ِمنِﻴن‬ َّ ‫يَا أَيُّ َﻬا الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َوذَ ُروا َما بَ ِق‬
ِ َ‫ﻲ ِمن‬
ْ ُ ‫وس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم ََل ت َْظ ِل ُمونَ َو ََل ت‬
)٢٧٩( َ‫ظلَ ُمون‬ ُ ‫سو ِل ِه ۖ َوإِ ْن ت ُ ْبﺘ ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬ َّ َ‫ب ِمن‬
ُ ‫َّللاِ َو َر‬ ٍ ‫بِ َح ْر‬

5
Al-Qur’an, 2:161
6
Ibid., 3:130-132
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketauhilah, bahwa Allah dn Rasul-Nya akan memerangimu.dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”(Al-Baqarah:278-2797)

Dalam hal keharaman riba tersebut diatas, ulama berbeda pendapat,


namun secara garis besarnya pandangan mereka terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama mengatakan hukum riba adalah haram, baik itu banyak
ataupun sedikit kadarnya. Kelompok ini didukung oleh para ulama
fikih,termasuk ulama kontemporer dan lainnya. Beda halnya dengan kelompok
kedua yang mengharamkan riba dalam bentuk berlipat ganda saja. Namun dari
beberapa wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an, maka
bisa kita simpulkan bahwasanya riba itu dilarang secara tegas8.
b. Berdasarkan As-Sunnah
Larangan riba juga dipertegaskan dalam hadis Rasulullah SAW.
dalam hadis juga dijelaskan secara gamblang larangan riba bagi umat
Islam.
Beberapa hadist penting tentang riba antara lain:
1) Rasulullah SAW telah mengutuk, baik bagi pembayar maupun
penerima riba. (HR. Aun Ibn Hanifah yang meriwayatkan dari
ayahnya)
2) Rasulullah SAW mengutuk orang-orang yang menerima dan
member riba, orang yang mencatatkan urusan riba, dan menjadi
saksi dan selanjutnya beliau mengatakan bahwa mereka
semuanya sama (dalam melakukan perbuatan dosa). (HR.
Abdullah Ibnu Mas’ud)

7
al-Qur’an, 2:278-279
8
Veithzal, Andi Bchari, Islamic Economics (Jakarta:PT Bumi Aksara,2009)hal.270
3) Dalam menunaikan haji yang terakhir, Rasulullah bersabda yang
maksudnya:
“Segala bentuk riba adalah diharamkan, sesungguhnya modal
yang kamu memiliki adalah untukmu, kamu tidak akan dianiaya
dn tidak akan menganiaya. Allah telah menurunkan perintah-Nya
bahwa riba diharamkan sama sekali. Saya bermula dengan
(junlah) bunga ( yang dipinjamkan kepada banyak orang)ndari
Abbas yang membatalkan semuanya. “ selanjutnya beliau atas
nama pamannya”Abbas, telah membatalkan seluruh total bunga
terhadap pinjaman modal dari peminjam.”
Dari hadis Rasullallah SAW, juga dengan tegas melarang praktik
riba. Riba dalam suatu pinjaman tidak hanya ada apabila pemberi
pinjaman menekankan pengembalian uang yang dipinjamkan dengan
jumlah yang lebih besar juga keuntungan lain yang diperoleh dari
pinjaman tersebut9.

3. Macam-macam Riba
Riba dilihat dari asal transaksinya dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu riba yang berasal dari transaksi utang piutang dan jual beli.
a. Riba dari Utang Piutang
Riba ini bisa terjadi diakibatkan adanya transaksi utang piutang
antara kedua belah pihak. Riba yang berasal dari utang piutang
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Riba Qardh
Adalah suatu tambahan atau kelebihan yang telah
disyaratkan dalam perjanjian antar pihak pemberi dan
peminjam. Dalam perjanjian disebutkan bahwa pihak

9
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta:Kencana,2011) hal.21
pemberi pinjaman meminta tambahan sejumlah tertentu
kepada pihak peminjam pada saat peminjam akan
mengembalikan pinjamannya.
2) Riba Jahiliyah
Merupakan riba yang timbul sebab adanya
keterlambatan pembayaran dari sipeminjam sesuai dengan
waktu pengembalian yang telah diperjanjikan. Dalam hal
ini si peminjam akan dikenakan pembayararan dengan
jumlah tertentu karena tidak mampu membayar sesuai
dengan waktu yang disepakati dan tambahan tersebut
dinamakan riba.
b. Riba dari Transaksi Jual dan Beli
Riba juga bisa disebabkan dari transaksi pertukaran barang atau
jual beli. Riba ini dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Riba Fadhl
Yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan
kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukarkan termasuk dalam jenis barang ribawi,
dua pihak melakukan transaksi pertukaran barang
sejenis, namun satu pihak akan memberikan barang
ini dengan jumlah,kadar, atau takaran yang lebih
tinggi. Maka, kelebihan dari transaksi tersebut
dinamakan riba.
2) Riba Nasi’ah
Merupakan pertukaran antar jenis barang ribawi
yang satu dengan yang lainnya. Pihak satu akan
mendapatkan barang yang jumlahya lebih besar
disebabkan adanya perbedaan waktu dalam
penyerahan barang tersebut.
HAK TERHADAP HARTA

Kata hak berasal dari bahasa arab “ha>q” yang memiliki beberapa makna.
Diantaranya, hak bermakna “ketetapan” atau kepastian. Sedangkan secara istilah,
pengertian hak adalah himpunan kaidah dan nash-nash syari’at yang harus dipatuhi
untuk membuat pergaulan manusia yang berkaitan dengan perorangan ataupun
berkaitan dengan harta benda10.

Harta (al-amwal) adalah, secara ekonomi merupakan barang yang dapat dimiliki,
dikuasai, diusahakan dapat dialihkan baik benda berwujud, maupun tidak berwujud,
baik benda yang terdaftar maupun tidak terdaftar, baik benda yang bergerak
ataupun tidak bergerak dan barang yang mempunyai nilai ekonomis11.

Harta secara ekonomi islam itu semata-mata milik Allah, manusia hanya sebagai
turunan saja atau pemilik majazi, hal ini berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an
yakni Al-Maidah 5:17

)١٧( ‫ض َوما َ بَﻴْنَهُ َما‬ ِ ‫َو ِلِلِ ُم ْلكُ ٱلسَّمَٰ َوا‬


ِ ‫ت َوٱﻷَ ْر‬
“kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya “(Al-Maidah:17)12

Konsep Harta dalam Tinjauan Ekonomi Islam peristilahan harta dalam


pengertian bahasa (etimology) dari bahasa Arab al-mal yang artinya condong,
cenderung, dan miring. Sedangkan menurut istilah disampaikan oleh mazhab
Hanifiyah harta ialah sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan
untuk disimpan hingga dibutuhkan. Menurut para fuqaha harta bersendi pada dua
istilah, yaitu :

1. Wujud (‘aniyah)
Ialah bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan

10
Abdul Latief, “Kajian Fiqih Muamalah”, dalam http://asaku09.blogspot.in/2010/12/hak-atas-harta
(29 Maret 2018, pkl 20:15)
11
Nawawi, Ismail, Isu-Isu Ekonomi Islam (Jakarta:VIV Press Jakarta,2013).47
12
Al-Qur’an, 5:17
2. Kebiasaan dalam masyarakat (‘urf)
Ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau
sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali
menginginkan manfaatnya

Menurut Zuhaily, ia mendefenisikan harta adalah segala sesuatu yang dapat


memberikan ketenangan dan dimiliki oleh manusia dengan sebuah upaya, baik
sesuatu berupa zat materi, lainnya atau memberikan manfaat seperti rumah, mobil,
dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa harta merupakan materi yang
berwujud yang disenangi manusia dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan
sebagai alat pemuas kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Dalam pengertian ini
yang dimaksud adalah harta yang bersifat ekonomi sebagai alat pemuas untuk
kebutuhan manusia.

Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Walaupun begitu islam
memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan kepentingan
orang lain ataupun masyarakat umum. Prinsip utama dalam islam adalah
memberikan kepada individu hak-hak mendasar dengan suatu cara yang tidak
merusak keseimbangan dalam distribusi kekayaan. Pada satu sisi, islam
memberikan kepada individu hak kepemilikan perorangan dan hak untuk
menikmati kekayaanya.

Di sisi lain, islam mengikat hak-hak tersebut dengan ikatan moral dan
perundang-undangan suapaya kekayaan tidak menumpuk pada satu kelompok saja,
tapi beredar pada semua orang, sehingga masing-masing mendapatkan bagian yang
adil dan pantas. Misalnya kewajiban mengeluarkan zakat terhadap orang-orang
kaya yang diberikan kepada orang-orang tidak mampu. Berdasarkan prinsip ini
sistem ekonomi Islam berbeda dengan prinsip sistem ekonomi kapitalis yang
memberikan kebebasan secara mutlak kepada individu untuk memiliki dan
memanfaatkan kekayaannya dan sistem ekonomi sosialis yang menafikan hak
kepemilikan individu13.

13
Rozalinda, Ekonomi Islam (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014).24

Anda mungkin juga menyukai

  • Angel
    Angel
    Dokumen1 halaman
    Angel
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Chukkae Echa
    Chukkae Echa
    Dokumen2 halaman
    Chukkae Echa
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Chukkae
    Chukkae
    Dokumen1 halaman
    Chukkae
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Matahari Yang Aneh
    Matahari Yang Aneh
    Dokumen1 halaman
    Matahari Yang Aneh
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Mbak Kokom
    Mbak Kokom
    Dokumen1 halaman
    Mbak Kokom
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Analisisi
    Analisisi
    Dokumen13 halaman
    Analisisi
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
    Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
    Dokumen1 halaman
    Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Drama
    Drama
    Dokumen1 halaman
    Drama
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Alkomaro
    Alkomaro
    Dokumen1 halaman
    Alkomaro
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Ayah
    Ayah
    Dokumen1 halaman
    Ayah
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • My Unun
    My Unun
    Dokumen1 halaman
    My Unun
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Hapoy Birthday Mbak Nuvi
    Hapoy Birthday Mbak Nuvi
    Dokumen1 halaman
    Hapoy Birthday Mbak Nuvi
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Chukkae
    Chukkae
    Dokumen1 halaman
    Chukkae
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uts Perbankan Syariah
    Tugas Uts Perbankan Syariah
    Dokumen1 halaman
    Tugas Uts Perbankan Syariah
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Chukkae
    Chukkae
    Dokumen1 halaman
    Chukkae
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • BMT
    BMT
    Dokumen6 halaman
    BMT
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Landasan Hukum Akutansi
    Landasan Hukum Akutansi
    Dokumen4 halaman
    Landasan Hukum Akutansi
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • BMT
    BMT
    Dokumen6 halaman
    BMT
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • BMT
    BMT
    Dokumen6 halaman
    BMT
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uts Perbankan Syariah
    Tugas Uts Perbankan Syariah
    Dokumen1 halaman
    Tugas Uts Perbankan Syariah
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Analisis Unun Dan Wilda
    Tugas Analisis Unun Dan Wilda
    Dokumen12 halaman
    Tugas Analisis Unun Dan Wilda
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Kesimpulan Hadis Dhouf
    Kesimpulan Hadis Dhouf
    Dokumen1 halaman
    Kesimpulan Hadis Dhouf
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Riba Haram
    Riba Haram
    Dokumen5 halaman
    Riba Haram
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Mencintai Sendiri
    Mencintai Sendiri
    Dokumen2 halaman
    Mencintai Sendiri
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Vitaaa
    Vitaaa
    Dokumen2 halaman
    Vitaaa
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Ruang Rindu 1
    Ruang Rindu 1
    Dokumen1 halaman
    Ruang Rindu 1
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Ruang Rindu 1
    Ruang Rindu 1
    Dokumen1 halaman
    Ruang Rindu 1
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat
  • Ruang Rindu 1
    Ruang Rindu 1
    Dokumen1 halaman
    Ruang Rindu 1
    wilda tsaniyah
    Belum ada peringkat