Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN BERBASIS


ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN OBJECTIVES MATRIX
(Studi Kasus: PT. Bank X (Persero) Tbk. Malang)

THE USING OF BALANCED SCORECARD METHOD TO IMPROVE


COMPANY’S PERFORMANCE BASED ON
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AND OBJECTIVES MATRIX
(Case Study: PT. Bank X (Persero) Tbk. Malang)

Firdanis Setyaning Handika1), Nasir Widha Setyanto2), Remba Yanuar Efranto3)


Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: firdanis.handika@yahoo.co.id1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), remba@ub.ac.id3)

Abstrak

PT. Bank X (Persero) Tbk. merupakan salah satu bank pemerintah di Indonesia. Dalam mengevaluasi
performansi perusahaan, PT. Bank X (Persero) Tbk. telah melakukan pengukuran kinerja. Namun,
pengukuran kinerja yang selama ini dilakukan hanya berdasarkan pada aspek finansial. Pengukuran kinerja
secara finansial tidaklah cukup mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, sehingga dibutuhkan
metode pengukuran kinerja yang lebih komprehensif sebagai tolok ukur pencapaian target perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Balanced Scorecard. Metode ini mempertimbangkan
kinerja finansial dan nonfinansial dalam pengukuran kinerjanya. Dengan demikian, Balanced Scorecard
dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara komprehensif dan pada akhirnya perusahaan dapat
memperoleh gambaran mengenai performansinya secara akurat. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga
didukung oleh metode Analytical Hierachy Process (AHP) dan Objectives Matrix (OMAX). Hasil dari
penelitian ini adalah nilai indeks total kinerja perusahaan sebesar 8,95. Sesuai dengan Traffic Light System
pada OMAX, nilai tersebut berada dalam kategori hijau dan menunjukkan bahwa kinerja PT. Bank X
(Persero) Tbk. secara keseluruhan sudah mencapai performansi yang diharapkan.

Kata kunci: Bank, Pengukuran Kinerja, Balanced Scorecard, AHP, OMAX

1. Pendahuluan (2002) merupakan bagian dari sistem


Tingkat pertumbuhan ekonomi yang pengendalian manajemen yang mencakup baik
semakin tinggi tiap tahunnya, mendorong tindakan yang mengimplikasikan keputusan
terjadinya persaingan bisnis pada industri perencanaan maupun penilaian kinerja pegawai
perbankan di Indonesia. Dalam lingkungan serta operasinya. Gaspersz (2005) menyatakan
bisnis yang sangat kompetitif tersebut, bahwa pengukuran kinerja memainkan peran
perusahaan dituntut untuk menempuh langkah- yang sangat penting bagi peningkatan
langkah strategis agar dapat bersaing dalam perusahaan ke arah yang lebih baik. Berkaitan
kondisi apapun serta memiliki keunggulan yang dengan pengukuran kinerja, pemilihan ukuran-
dapat membedakan antara perusahaan satu ukuran kinerja yang tepat dan berkaitan
dengan perusahaan lainnya, sehingga dapat langsung dengan tujuan-tujuan strategis
memberikan pelayanan yang terbaik kepada perusahaan adalah sangat penting, karena
pelanggan. Oleh karena itu, diperlukan suatu banyak perusahaan yang hanya sekedar
sistem pengukuran kinerja untuk mengevaluasi melaksanakan pengukuran terhadap hal-hal
kinerja perusahaan agar dapat menjamin apakah yang tidak penting dan tidak berkaitan langsung
perusahaan tersebut berjalan dengan benar dengan tujuan-tujuan strategis perusahaan.
dalam upaya mencapai tujuan. Bank adalah badan usaha yang
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat
(1993), kinerja adalah rekaman hasil kerja yang dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/
dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran atau bentuk-bentuk lainnya (Kasmir, 2003).
kinerja menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan Untuk dapat menjamin kinerja perusahaan

144
berlangsung dengan baik, maka bank juga perlu Matrix (OMAX). Pengukuran kinerja ini
mengadakan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat memberikan rekomendasi upaya perbaikan
dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya, yang dapat digunakan sesuai dengan hasil
sehingga aktivitas perusahaan dapat dipantau pengukuran kinerja yang dilakukan. Dengan
secara periodik. PT. Bank X (Persero) Tbk. adanya rekomendasi perbaikan tersebut,
sebagai salah satu bank pemerintah, juga telah perusahaan dapat mengetahui akar penyebab
melakukan pengukuran kinerja untuk permasalahan yang terjadi dan
mengevaluasi kinerja perusahaan. Akan tetapi, mempertimbangkan langkah-langkah yang
pengukuran kinerja yang selama ini dilakukan diperlukan untuk mencegahnya terulang
hanya berdasarkan pada aspek finansial. kembali.
Menurut Kaplan dan Norton (2000), Berdasarkan latar belakang masalah
pengukuran kinerja berdasarkan aspek finansial tersebut, maka rumusan masalah yang akan
menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada diteliti sebagai berikut:
keuntungan jangka pendek serta kurang mampu 1. Bagaimanakah hasil pengukuran kinerja
mengukur kinerja harta-harta tak tampak pada PT. Bank X (Persero) Tbk. dengan
(intangible assets) dan harta-harta intelektual menggunakan metode Balanced
(sumber daya manusia). Pengukuran kinerja Scorecard?
dengan cara ini juga kurang mampu bercerita 2. Rekomendasi upaya perbaikan seperti
banyak mengenai masa lalu perusahaan serta apakah yang dapat diberikan pada PT.
tidak mampu menuntun perusahaan ke arah Bank X (Persero) Tbk. untuk dapat
yang lebih baik. Selain itu, Mulyadi dan meningkatkan kinerjanya?
Setyawan (1999) juga menyatakan bahwa
pengukuran kinerja finansial tidak dapat 2. Metode Penelitian
memotivasi pegawai dalam melakukan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai
perbaikan. langkah-langkah yang dilakukan dalam
PT. Bank X (Persero) Tbk. sebenarnya penelitian. Secara sistematis, tahapan yang
juga telah melakukan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
dilihat dari aspek lain, hanya saja pengukuran berikut:
tersebut belum dijadikan sebagai bahan 1. Penentuan Indikator Kinerja
pertimbangan dalam pengukuran kinerja Dalam menentukan indikator kinerja,
perusahaan. Padahal dengan dilakukannya peneliti terlebih dahulu melakukan
pengukuran kinerja yang mempertimbangkan brainstorming dengan pihak manajemen
aspek lain, perusahaan tidak hanya dapat perusahaan. Setelah melakukan tahapan
mengevaluasi kinerja finansialnya saja, tetapi tersebut, maka terbentuklah indikator-
juga dapat mengevaluasi kinerjanya secara indikator kinerja untuk kuesioner tertutup
keseluruhan. Berdasarkan kondisi tersebut, yang disebarkan kepada manajer-manajer
pengukuran kinerja pada PT. Bank X (Persero) di PT. Bank X (Persero) Tbk.
Tbk. harus diperbaiki agar perusahaan dapat 2. Pembuatan Kuesioner Validasi
bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis Pada tahap ini, indikator kinerja yang
yang sangat kompetitif. diperoleh dari kegiatan brainstorming,
Dewasa ini, disadari bahwa pengukuran kemudian disusun berdasarkan pengukuran
kinerja finansial tidaklah cukup kinerja Balanced Scorecard untuk
menggambarkan kinerja perusahaan yang kemudian divalidasikan.
sesungguhnya, maka digunakan metode 3. Penyebaran Kuesioner Validasi
pengukuran kinerja Balanced Scorecard. Kuesioner validasi diberikan kepada 6
Metode ini memiliki keunggulan yaitu lebih manajer PT. Bank X (Persero) Tbk. Hal ini
komprehensif, adaptif, dan responsif terhadap disebabkan responden yang mengisi
perubahan lingkungan bisnis (Barbara kuesioner harus memahami kondisi dari
Gunawan, 2000). Sehingga, diharapkan dapat objek penelitian karena peran dan fungsi
memperbaiki metode pengukuran kinerja yang pokoknya yang mencakup dari semua
telah ada sebelumnya pada PT. Bank X perspektif yang digunakan dalam
(Persero) Tbk. pengukuran kinerja.
Penggunaan metode Balanced Scorecard 4. Pembuatan Kuesioner Pembobotan
ini juga didukung dengan metode Analytical Indikator-indikator kinerja yang diperoleh
Hierarchy Process (AHP) dan Objectives berdasarkan hasil kuesioner validasi,

145
kemudian disusun dalam bentuk kuesioner terhadap pencapaian kinerja perusahaan.
pembobotan untuk dilakukan pembobotan Pembobotan ini dilakukan dengan
terhadap indikator kinerja. menggunakan metode AHP. Menurut Saaty
5. Pengumpulan Data (1993), metode ini dapat digunakan dalam
Adapun data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang kompleks dan
penelitian ini antara lain: tidak terstruktur, dimana data yang ada bersifat
a. Laporan keuangan kualitatif. Adapun beberapa kelebihan AHP
b. Data jumlah nasabah antara lain (Saaty, 1993):
c. Data kepegawaian 1. Unity (kesatuan), AHP membuat
d. Data pelatihan pegawai permasalahan yang luas dan tidak
e. Data absensi keterlambatan pegawai terstruktur menjadi suatu model yang
6. Pengolahan Data fleksibel dan mudah dipahami.
Pada tahap ini, terlebih dahulu dilakukan 2. Process repetition (pengulangan proses),
pengolahan data dari hasil kuesioner AHP mampu membuat orang menyaring
pembobotan. Berdasarkan pembobotan definisi dari suatu permasalahan dan
yang telah dilakukan responden, maka mengembangkan penilaian serta pengertian
dapat dihitung nilai bobot untuk masing- mereka melalui proses pengulangan.
masing indikator kinerja dan kemudian 3. Judgement and consencus (penilaian dan
dilakukan perhitungan terhadap skor konsensus), AHP tidak mengharuskan
pencapaian kinerja perusahaan secara adanya suatu konsensus, tapi
keseluruhan. Berdasarkan perhitungan menggabungkan hasil penilaian yang
tersebut, dapat diidentifikasi penyebab berbeda.
belum tercapainya target dari indikator 4. Tradeoffs, AHP mempertimbangkan
kinerja, yang selanjutnya dapat diberikan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
rekomendasi perbaikan. sehingga orang mampu memilih altenatif
7. Kesimpulan dan Saran terbaik berdasarkan tujuan mereka.
Kesimpulan dan saran didapatkan dari 5. Synthesis (sintesis), AHP mengarah pada
analisis hasil pengolahan data terhadap perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
pengukuran kinerja di PT. Bank X diinginkannya masing-masing alternatif.
(Persero) Tbk. 6. Complexity (kompleksitas), AHP
memecahkan permasalahan yang kompleks
3. Hasil dan Pembahasan melalui pendekatan sistem dan
Bagian ini berisi penjelasan mengenai
pengintegrasian secara deduktif.
pengolahan data serta analisis dari hasil
7. Interdependence (saling ketergantungan),
penelitian yang telah dilakukan.
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen
sistem yang saling bebas dan tidak
3.1 Validasi Rancangan Indikator Kinerja
memerlukan hubungan linier.
Peneliti membuat beberapa indikator
kinerja yang kemudian dikategorikan ke dalam 8. Hierarhy structuring (struktur hirarki),
4 perspektif Balanced Scorecard, yaitu AHP mewakili pemikiran alamiah yang
financial, customer, internal business process, cenderung mengelompokkan elemen
dan learning and growth. Selanjutnya, sistem ke level-level yang berbeda dari
rancangan tersebut disusun dalam bentuk masing-masing level berisi elemen yang
kuesioner yang diberikan kepada manajer PT. serupa.
Bank X (Persero) Tbk. Setelah melakukan 9. Measurement (pengukuran), AHP
penyebaran, peneliti merekap hasil jawaban menyediakan skala untuk mengukur
responden. Berdasarkan hasil rekapan, terdapat intangible dan metode untuk membuat
13 strategy objectives, 16 program inisiatif, dan prioritas.
22 aktivitas yang teridentifikasi sebagai 10. Consistency (konsistensi), AHP
indikator kinerja perusahaan yang ada di PT. mempertimbangkan konsistensi logis
Bank X (Persero) Tbk. dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
3.2 Pembobotan Dalam melakukan pembobotan, nilai
Pembobotan dilakukan untuk mengetahui bobot dikatakan konsisten atau dapat diterima
kontribusi masing-masing indikator kinerja jika memenuhi batas maksimal nilai rasio

146
inkonsistensi (CR) yang diijinkan yaitu ≤ 0,1 pembobotan antar strategy objectives
(Suryadi dan Ramdhani, 1998). Berdasarkan untuk perspektif customer, C1, C2, dan
hasil perhitungan, diperoleh nilai bobot di C3 berturut turut memiliki nilai bobot
tingkat perspektif, strategy objectives, program sebesar 0,41; 0,26; 0,33 dengan nilai CR
inisiatif, dan aktivitas sebagai berikut: sebesar 0,05.
1. Pembobotan Perspektif
Hasil pembobotan Balanced Tabel 2. Pembobotan Antar Strategy Objectives
Scorecard dalam setiap perspektif dengan PT. Bank X (Persero) Tbk.
menggunakan AHP, dapat ditampilkan Strategy Objectives
Kode Bobot CR
Perspektif Financial
pada Tabel 1.
Peningkatan
F1 0,26
profitabilitas
Tabel 1. Pembobotan Antar Perspektif
Peningkatan
PT. Bank X (Persero) Tbk.
F2 produktivitas 0,41 0,05
Perspektif Bobot CR
pendapatan
Financial 0,16
Pengendalian biaya
Customer 0,28 F3 0,33
operasional
Internal Business 0,02
0,39
Process
Strategy Objectives
Learning and Growth 0,16 Kode Bobot CR
Perspektif Customer
Peningkatan jumlah
Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa C1 0,41
nasabah
perspektif internal business process Peningkatan
memiliki tingkat kepentingan yang harus C2 0,26 0,05
kepuasan nasabah
lebih diprioritaskan karena memiliki bobot Peningkatan
C3 0,33
yang lebih tinggi dibanding tiga perspektif kesetiaan nasabah
lainnya. Dengan adanya tingkat prioritas
yang lebih tinggi pada perspektif internal Strategy Objectives
business process, bukan berarti Kode Perspektif Internal Bobot CR
mengesampingkan ketiga perspektif Business Process
lainnya, hanya saja lebih memprioritaskan Peningkatan quality
I1 0,30
relationships
peningkatan kinerja pada perspektif
Peningkatan kualitas
tersebut dan didukung dengan peningkatan I2 0,20
proses operasional
kinerja dari perspektif lainnya. 0,09
Penciptaan program
Pembobotan keempat perspektif memiliki I3 0,30
kerja yang tepat
nilai CR sebesar 0,02 sehingga dapat Peningkatan citra
disimpulkan konsisten karena memenuhi I4 0,20
perusahaan
batas maksimal nilai CR yang diijinkan
yaitu sebesar 0,1. Strategy Objectives
2. Pembobotan Strategy Objectives Kode Perspektif Learning Bobot CR
Setelah dilakukan pembobotan and Growth
untuk setiap perspektif, langkah Peningkatan skill dan
L1 0,41
selanjutnya adalah dilakukan pembobotan kompetensi pegawai
strategy objectives. Adapun hasil dari Peningkatan
L2 0,26
komitmen pegawai 0,05
pembobotan antar strategy objectives
Peningkatan kinerja
berdasarkan perhitungan dengan L3 IT dalam menunjang 0,33
menggunakan AHP, dapat ditunjukkan kegiatan operasional
pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, setiap
strategy objectives memiliki tingkat Pada pembobotan antar strategy
kepentingan yang berbeda-beda. Hal ini objectives untuk perspektif internal
dapat dilihat dari beragamnya bobot yang business process, I1, I 2, I3, I4 berturut
dihasilkan. Pada pembobotan antar turut memiliki nilai bobot 0,30; 0,20; 0,30;
strategy objectives untuk perspektif 0,20 dengan nilai CR sebesar 0,09.
financial, F1, F2, dan F3 memiliki nilai Sedangkan pada pembobotan antar
bobot berturut-turut yaitu 0,26; 0,41; 0,33 strategy objectives untuk learning and
dengan nilai CR sebesar 0,05. Selanjutnya, growth, L1, L2, dan L3 memiliki nilai

147
bobot sebesar 0,41; 0,26; 0,33 dengan Program Inisiatif
nilai CR sebesar 0,05. Kode Perspektif Learning Bobot CR
Secara keseluruhan strategy objectives and Growth
memiliki nilai CR di bawah 0,1. Hal ini L1a Mengevaluasi
1,00 0
menunjukkan nilai tersebut konsisten pelaksanaan training
Meminimalkan
karena berada di bawah batas maksimal
absensi
nilai CR yang diijinkan yaitu 0,1. L2a 0,33
keterlambatan
3. Pembobotan Program Inisiatif 0
pegawai
Langkah selanjutnya adalah Mengevaluasi tingkat
dilakukan pembobotan antar program L2b 0,67
turn over pegawai
inisiatif dalam setiap strategy objectives. Mengoptimalkan
L3a 1,00 0
Adapun hasil pembobotan antar program kinerja IT
inisiatif dengan menggunakan AHP, dapat
ditunjukkan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, diketahui bahwa masing-
masing program inisiatif memiliki tingkat
Tabel 3. Pembobotan Antar Program Inisiatif kepentingan yang berbeda, dimana
PT. Bank X (Persero) Tbk. semakin besar bobotnya menunjukkan
Program Inisiatif bahwa program inisiatif tersebut semakin
Kode Bobot CR
Perspektif Financial
penting. Keseluruhan program inisiatif
Meningkatkan
F1a 0,33 memiliki nilai CR di bawah 0,1 sehingga
keuntungan cabang
Meningkatkan 0 dapat disimpulkan nilai tersebut konsisten.
F1b keuntungan unit 0,67 4. Pembobotan Aktivitas
bisnis Setelah pembobotan program
Meningkatkan inisiatif, selanjutnya dilakukan
F2a pertumbuhan 1,00 0 pembobotan antar aktivitas dalam setiap
pendapatan program inisiatif. Adapun hasil
Mengendalikan biaya pembobotan antar aktivitas dengan
F3a 1,00 0
operasional menggunakan AHP, dapat ditampilkan
pada Tabel 4.
Program Inisiatif
Kode Bobot CR
Perspektif Customer Tabel 4. Pembobotan Antar Aktivitas
Meningkatkan jumlah PT. Bank X (Persero) Tbk.
C1a 1,00 0
nasabah Aktivitas Perspektif
Meningkatkan Kode Bobot CR
C2a 1,00 0 Financial
kualitas layanan Rekapitulasi jumlah
Meningkatkan F1a1 1,00 0
C3a 1,00 0 fee base income
kesetiaan nasabah Rekapitulasi selisih
antara contribution
Program Inisiatif F1b1 1,00 0
margin dan fee base
Kode Perspektif Internal Bobot CR income
Business Process Rekapitulasi
Meningkatkan persentase
I1a frekuensi rapat 0,67 F2a1 1,00 0
pertumbuhan
evaluasi perusahaan pendapatan
0
Meningkatkan Rekapitulasi
I1b frekuensi pertemuan 0,33 F3a1 persentase cost 1,00 0
informal efficiency ratio
Meningkatkan
I2a kualitas proses 1,00 0 Aktivitas Perspektif
operasional Kode Bobot CR
Customer
Meningkatkan Rekapitulasi jumlah
I3a program kerja yang 1,00 0 C1a1 nasabah baru melalui 0,50
terlaksana walk in customer
Meningkatkan 0
Rekapitulasi jumlah
konsistensi C1a2 nasabah baru melalui 0,50
I4a 1,00 0
penghargaan yang marketing
diterima

148
Tabel 4. Pembobotan Antar Aktivitas yang mana semakin besar nilai bobotnya
PT. Bank X (Persero) Tbk. maka aktivitas tersebut semakin penting.
Keseluruhan aktivitas pada Tabel 4
Evaluasi indeks memiliki nilai CR di bawah 0,1 yang
C2a1 0,67
kualitas layanan menunjukkan bahwa nilai tersebut
Rekapitulasi respond 0
konsisten karena berada di bawah batas
C2a2 time terhadap keluhan 0,33
nasabah maksimal nilai CR yang diijinkan yaitu
Rekapitulasi jumlah sebesar 0,1.
C3a1 nasabah yang tidak 1,00 0
aktif 3.3 Perhitungan Skor Pencapaian Kinerja
Perusahaan
Aktivitas Perspektif Perhitungan skor pencapaian masing-
Kode Internal Business Bobot CR masing indikator kinerja dilakukan dengan
Process menggunakan metode Objectives Matrix
Mengadakan rapat (OMAX). OMAX menggabungkan kriteria-
I1a1 0,67
internal setiap bagian kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk
0
Mengadakan rapat yang terpadu dan berhubungan satu sama lain.
I1a2 0,33
antar bagian Model ini melibatkan seluruh jajaran di
Mengadakan kegiatan
I1b1 0,50 perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan.
bakti sosial
0 Kebaikan model OMAX dalam pengukuran
Mengadakan kegiatan
I1b2 0,50 produktivitas perusahaan antara lain (Riggs,
kerohanian
Evaluasi persentase 1986):
I2a1 0,33 1. Relatif sederhana dan mudah dipahami.
CIF Clean 0
I2a2 Evaluasi audit rating 0,67 2. Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan
Evaluasi persentase keahlian khusus.
I3a1 program kerja yang 1,00 0 3. Datanya mudah diperoleh.
terlaksana 4. Lebih fleksibel, tergantung pada masalah
Evaluasi konsistensi yang dihadapi
I4a1 jumlah penghargaan 1,00 0 5. Kemampuan untuk menormalisasi satuan-
yang diterima satuan dari spesifikasi pengukuran yang
berbeda.
Aktivitas Perspektif
6. Orientasi keluaran dibandingkan secara
Kode Learning and Bobot CR
Growth
sederhana dengan aktivitas pengukuran.
Evaluasi jumlah Perhitungan skor pencapaian kinerja ini
L1a1 training yang 0,67 dihasilkan dengan membandingkan hasil
terlaksana pencapaian terhadap target. Adapun skema
0 penilaian berdasarkan model OMAX dapat
Evaluasi jumlah
L1a2 pegawai yang 0,33 ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan
mengikuti training Gambar 1, terdapat tiga bagian pada skema
Rekapitulasi penilaian dengan model OMAX yaitu Defining,
persentase Quantifying, dan Monitoring.
L2a1 1,00 0
keterlambatan 1. Bagian A, merupakan bagian Defining atau
pegawai
menentukan faktor-faktor yang
Evaluasi persentase
L2b1
turn over pegawai
1,00 0 mempengaruhi kinerja perusahaan. Baris
Evaluasi persentase
kedua, yaitu Performance, merupakan
L3a1 1,00 0 hasil pencapaian kinerja perusahaan.
kinerja IT
2. Bagian B, merupakan bagian Quantifying.
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa Pada tahap pengukuran ini ditentukan
terdapat 22 aktivitas yang teridentifikasi pembagian level dari pencapaian kinerja.
dalam sistem pengukuran kinerja di PT. 3. Bagian C, merupakan bagian Monitoring
Bank X (Persero) Tbk. Dari 22 aktivitas sebagai analisis terhadap level, weight, dan
tersebut, masing-masing memiliki tingkat value untuk masing-masing indikator
kepentingan yang berbeda. Pembobotan kinerja. Baris level atau score diisikan
pada aktivitas tersebut dihitung dari skala sesuai dengan posisi level pencapaian yang
nilai prioritas yang diberikan responden, telah ditentukan pada bagian B. Baris

149
weight diisi sesuai dengan bobot masing- Tabel 5. Skema Pengukuran Kinerja Perusahaan
masing indikator. Sedangkan baris value Indeks
Perspektif
Strategy Program
Aktivitas
Total Objectives Inisiatif
merupakan hasil penilaian atau perkalian
antara baris level dengan baris bobot. F1a F1a1
F1 (3,72) (3,72)
(7,65) F1b F1b1
Financial (9,59) (9,59)
(8,64) F2 F2a F2a1
(8,18) (8,18) (8,18)
F3 F3a F3a1
(10) (10) (10)
C1a1
C1 C1a (10)
(10) (10) C1a2
(10)
Customer C2a1
(9,10) C2 C2a (8,34)
(10) (10) C2a2
(10)
C3 C3a C3a1
(7,28) (7,28) (7,28)
I1a1
I1a (10)
Gambar 1. Skema penilaian berdasarkan model (10) I1a2
OMAX 8,95
I1 (10)
(9,67) I1b1
I1b (8)
Index merupakan hasil penjumlahan Internal (9) I1b2
Business (10)
seluruh nilai value dari setiap kriteria yang Process I2a1
(9,90) I2 I2a (10)
menyatakan indikator pencapaian kinerja (10) (10) I2a2
perusahaan. Peningkatan kinerja dapat (10)
I3 I3a I3a1
ditentukan dari besarnya kenaikan indikator (10) (10) (10)
pencapaian bila dibandingkan dengan I4 I4a I4a1
(10) (10) (10)
pengukuran periode sebelumnya. Dalam skema L1a1
penilaian OMAX, terdapat Traffic Light System L1 L1a (8)
(8) (8) L1a2
yang berfungsi sebagai tanda apakah indikator Learning (8)
kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. and L2a L2a1
Growth L2 (5,50) (5,50)
Traffic Light System ini direpesentasikan dalam (7,23) (8,52) L2b L2b1
tiga warna yaitu: (10) (10)
L3 L3a L3a1
1. Warna hijau, dengan ambang batas 8 (5,25) (5,25) (5,25)
sampai dengan 10 yang berarti
achievement dari suatu indikator kinerja Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui skema
sudah tercapai pengukuran kinerja PT. Bank X (Persero) Tbk.
2. Warna kuning, dengan ambang batas 4 secara keseluruhan. Setelah melakukan
sampai 7 yang berarti achievement dari pengukuran kinerja dari sisi aktivitas, langkah
suatu indikator kinerja belum tercapai selanjutnya adalah melakukan pengukuran
meskipun nilai sudah mendekati target kinerja dari sisi program inisiatif, strategy
3. Warna merah, dengan ambang batas lebih objectives, serta perspektif, yang pada akhirnya
kecil atau sama dengan 3 yang berarti akan diperoleh nilai indeks total kinerja
achievement dari suatu indikator kinerja perusahaan.
benar-benar di bawah target yang telah
ditetapkan dan memerlukan perbaikan 3.4 Analisis Hasil Pengukuran Kinerja
dengan segera Setelah dilakukan scoring system dengan
Dari hasil perhitungan yang menggunakan OMAX, maka didapatkan nilai
ditampilkan pada Lampiran 1, diperoleh skema indeks total sebesar 8,95. Berdasarkan Traffic
pengukuran kinerja secara keseluruhan yang Light System, nilai tersebut berada pada
ditampilkan pada Tabel 5. kategori hijau yang mengindikasikan bahwa
secara keseluruhan indikator kinerja PT. Bank
X (Persero) Tbk. sudah mencapai target yang
telah ditetapkan. Dengan tercapainya target dari
indikator kinerja secara keseluruhan, maka
tujuan perusahaan tercapai dan pada akhirnya
dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat

150
mencapai visinya. Dengan menggunakan sistem
pengukuran kinerja berdasarkan Balanced Tabel 7. Daftar Program Inisiatif Kategori Kuning
Scorecard yang didukung dengan model Kode Program Inisiatif
penilaian OMAX, perusahaan dapat memantau C3a Meningkatkan kesetiaan nasabah
semua aspek kinerjanya dan segera melakukan Meminimalkan absensi
L2a
keterlambatan pegawai
tindakan perbaikan untuk membenahi kinerja
L3a Mengoptimalkan kinerja IT
perusahaan yang pencapaiannya masih jauh di
bawah target.
Tabel 8. Daftar Program Inisiatif Kategori Merah
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Kode Program Inisiatif
bahwa pengukuran kinerja Balanced Scorecard Meningkatkan keuntungan
dapat mendukung pengukuran kinerja secara F1a
cabang
finansial yang ada di PT. Bank X (Persero)
Tbk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5, dimana Program inisiatif yang termasuk dalam
pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa kinerja kategori hijau mengindikasikan bahwa
yang dilihat dari ketiga perspektif dalam performa program inisiatif tersebut sudah
Balanced Scorecard dapat mendukung kinerja mencapai target yang telah ditetapkan oleh
finansial di perusahaan. Sehingga pencapaian perusahaan sehingga harus tetap dipertahankan
kinerja dari aspek finansial secara keseluruhan bahkan ditingkatkan agar pencapaian dari
dapat mencapai target yang telah ditetapkan masing-masing program inisiatif dapat melebihi
sebelumnya. target yang diharapkan untuk tahun-tahun
Jika hasil pengukuran kinerja dilihat dari berikutnya. Selanjutnya, program inisiatif yang
sisi program inisiatif, masing-masing program termasuk dalam kategori kuning
inisiatif memiliki level pencapaian yang mengindikasikan bahwa program inisiatif
berbeda-beda yang dikategorikan sesuai dengan tersebut belum mencapai suatu performa yang
Traffic Light System. Sehingga berdasarkan diharapkan meskipun hasilnya sudah mendekati
pengkategorian tersebut, dapat diketahui bahwa target yang ditetapkan. Sedangkan program
program inisiatif yang termasuk dalam kategori inisiatif yang berwarna merah mengindikasikan
hijau sebanyak 12 program inisiatif, kategori program inisiatif tersebut memiliki performa
kuning sebanyak 3 program inisiatif, dan jauh di bawah target yang telah ditetapkan.
kategori merah sebanyak 1 program inisiatif, Untuk program inisiatif yang berada pada
yang berturut-turut dapat ditunjukkan pada kategori kuning dan merah perlu dilakukan
Tabel 6 hingga Tabel 8. identifikasi untuk mengetahui akar penyebab
belum tercapainya target dari program inisiatif
Tabel 6. Daftar Program Inisiatif Kategori Hijau tersebut serta diberikan tindakan perbaikan.
Kode Program Inisiatif
Namun program inisiatif yang berada pada
Meningkatkan keuntungan unit
F1b
bisnis
kategori merah harus mendapatkan prioritas
Meningkatkan pertumbuhan terlebih dahulu dalam tindakan perbaikannya.
F2a Rekomendasi perbaikan tersebut diharapkan
pendapatan
F3a Mengendalikan biaya operasional bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
C1a Meningkatkan jumlah nasabah meningkatkan kinerja dari program inisitif yang
C2a Meningkatkan kualitas layanan belum mencapai target.
Meningkatkan frekuensi rapat
I1a
evaluasi perusahaan 3.5 Ringkasan Rekomendasi Perbaikan
Meningkatkan frekuensi Program inisiatif yang termasuk dalam
I1b
pertemuan informal kategori merah dan kuning, merupakan program
Meningkatkan kualitas proses inisiatif yang memerlukan tindakan perbaikan.
I2a
operasional Namun program inisiatif kategori merah harus
Meningkatkan program kerja mendapatkan prioritas dalam tindakan
I3a
yang terlaksana
perbaikannya. Rekomendasi perbaikan tersebut
Meningkatkan konsistensi
I4a diharapkan nantinya bisa menjadi bahan
penghargaan yang diterima
Mengevaluasi pelaksanaan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja
L1a program inisiatif yang belum mencapai target
training
Mengevaluasi tingkat turn over yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun
L2b rekomendasi perbaikan untuk program inisiatif
pegawai

151
kategori merah dan kuning dapat ditunjukkan adalah dengan mengetahui
pada Lampiran 2. kebutuhan nasabah agar produk
yang ditawarkan nantinya sesuai
4. Penutup dengan kebutuhan serta memberikan
Dari hasil pengolahan dan analisis hasil penjelasan secara detail mengenai
yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat poduk maupun layanan kepada
beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu: nasabah. Selain itu, dapat juga
1. Dari hasil pengukuran kinerja yang dilakukan dengan membentuk suatu
dilakukan di PT. Bank X (Persero) Tbk. tim marketing yang bertugas
dengan menggunakan metode Balaced mendata nasabah yang sudah tidak
Scorecard, terdapat 16 pogram inisiatif aktif serta melakukan pendekatan
yang teridentifikasi, terdiri atas 4 pogram kepada nasabah tersebut sehingga
inisiatif financial, 3 pogram inisiatif aktif kembali.
customer, 5 pogram inisiatif internal 2) Meminimalkan absensi
business process, 4 pogram inisiatif keterlambatan pegawai
learning and growth. Hasil scoring dengan Rekomendasi perbaikan untuk
menggunakan metode OMAX diperoleh meminimalkan absensi
nilai indeks total kinerja sebesar 8,95. keterlambatan pegawai adalah
Berdasarkan Traffic Light System nilai dengan memberikan sanksi pada
tersebut berada pada kategori hijau pegawai yang terlambat sesuai
sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja dengan kriteria keterlambatan yang
PT. Bank X (Persero) Tbk. secara dilakukan.
keseluruhan sudah mencapai performansi 3) Mengoptimalkan kinerja IT
yang diharapkan. Dari 16 program inisiatif, Rekomendasi perbaikan untuk
sebanyak 12 program inisiatif masuk mengoptimalkan kinerja IT adalah
dalam kategori hijau, 3 program inisiatif dengan mempekerjakan teknisi yang
dalam kategori kuning dan 1 program bertugas memantau sistem
inisiatif dalam kategori merah. komunikasi di dalam perusahaan
2. Rekomendasi perbaikan diberikan untuk serta menggunakan sistem
program inisiatif yang pencapaiannya jauh komunikasi gabungan untuk
di bawah target yang diharapkan atau menghindari kinerja IT yang belum
hampir mendekati target namun belum optimal akibat adanya gangguan
mencapai target tersebut, yaitu 1 program pada sistem komunikasi yang
inisiatif yang berada pada kategori merah digunakan.
dan 3 program inisiatif yang berada pada
kategori kuning. Adapun rekomendasi Daftar Pustaka
perbaikan untuk masing-masing program
inisiatif tersebut diantaranya: Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, Allan J. (1993),
a. Program inisiatif yang berada pada Investment, The McGraw-Hill Companies Inc.,
kategori merah yaitu meningkatkan Singapore.
keuntungan cabang. Rekomendasi
perbaikan yang dapat diusulkan yaitu Gaspersz, Vincent (2005), Sistem Manajemen
memberikan penjelasan mengenai Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard
produk maupun layanan secara detail dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan
serta mempromosikan produk dan Pemerintah, PT. Gramedia Pustaka Utama,
layanan lainnya kepada nasabah. Selain Jakarta.
itu, PT. Bank X (Persero) Tbk. segera
melakukan perluasan jaringan di luar Gunawan, Barbara (2000), Menilai Kinerja
negeri agar tetap dapat melayani dengan Balanced Scorecard, Jurnal
kebutuhan nasabahnya. Manajemen, No.145, hlm 36-40, Semarang.
b. Rekomendasi perbaikan untuk program
inisiatif kategori kuning antara lain: Kaplan, Robert S. & Norton, David P. (2000),
1) Meningkatkan kesetiaan nasabah Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi
Rekomendasi perbaikan untuk Menjadi Aksi, terjemahan Peter R. Yosi Pasla,
meningkatkan kesetiaan nasabah Erlangga, Jakarta.

152
Kasmir (2003), Bank dan Lembaga Keuangan Suryadi, K. & Ramdhani, M. Ali (1998), Sistem
Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta. Pendukung Keputusan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mulyadi & Setyawan, Johny (1999), Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Yuwono, Sony, dkk. (2002), Petunjuk Praktis
Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Penyusunan Balanced Scorecard, PT.
Aditya Media, Yogyakarta. Gramedia, Jakarta.
Riggs, James L. (1986), Production System:
Planning, Analysis, and Control, John Wiley &
Sons, Singapore.

Saaty, T. Lorie (1993), Proses Hirarki Analitik


untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi
yang Kompleks: Pengambilan Keputusan bagi
Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.

153
Lampiran 1. Perhitungan Indeks Total Kinerja

Perspektif SO Prg. In Akt.


Indeks
Kode Bobot Value Kode Bobot Value Kode Bobot Value Kode Value
Total
A B C D E F G H I J K
∑(BxC) - - ∑(ExF) - - ∑(HxI) - - ∑K - -
F1a 0,33 3,72 F1a1 3,72
F1 0,26 7,65
F1b 0,67 9,59 F1b1 9,59
F 0,16 8,64
F2 0,41 8,18 F2a 1,00 8,18 F2a1 8,18
F3 0,33 10,00 F3a 1,00 10,00 F3a1 10,00
C1a1 5,00
C1 0,41 10,00 C1a 1,00 10,00
C1a2 5,00
C 0,28 9,10 C2a1 6,70
C2 0,26 10,00 C2a 1,00 10,00
C2a2 3,30
C3 0,33 7,28 C3a 1,00 7,28 C3a1 7,28
I1a1 6,70
I1a 0,67 10,00
I1a2 3,30
8,95 I1 0,30 9,67
I1b1 4,00
I1b 0,33 9,00
I1b2 5,00
I 0,39 9,90
I2a1 3,30
I2 0,20 10,00 I2a 1,00 10,00
I2a2 6,70
I3 0,30 10,00 I3a 1,00 10,00 I3a1 10,00
I4 0,20 10,00 I4a 1,00 10,00 I4a1 10,00
L1a1 5,36
L1 0,41 8,00 L1a 1,00 8,00
L1a2 2,64
L 0,16 7,23 L2a 0,33 5,50 L2a1 5,50
L2 0,26 8,52
L2b 0,67 10,00 L2b1 10,00
L3 0,33 5,25 L3a 1,00 5,25 L3a1 5,25

154
Lampiran 2. Ringkasan Rekomendasi Perbaikan

Rekomendasi
No. Perspektif Program Inisiatif Kategori Akar Masalah
Perbaikan
- Nasabah kurang - Memberikan
memahami produk penjelasan produk
yang digunakannya atau layanan secara
- Kurangnya informasi detail
F1a : Meningkatkan mengenai produk dan - Mempromosikan
1. Financial Merah
keuntungan cabang layanan produk / layanan
- Jaringan di luar negeri lainnya secara rutin
masih terbatas - Memperluas jaringan
di luar negeri dengan
segera
- Nasabah kurang - Menanyakan
memahami produk kebutuhan nasabah
yang digunakannya dan menawarkan
- Nasabah memiliki produk yang sesuai
kepentingan tertentu kebutuhan
- Memberikan
C3a : Meningkatkan penjelasan produk/
2. Customer Kuning
kesetiaan nasabah layanan secara detail
- Membentuk suatu tim
marketing yang
bertugas mendata dan
melakukan
pendekatan kepada
nasabah
L2a : - Kemacetan pada jam - Memberikan sanksi
Meminimalkan sibuk sesuai dengan kriteria
absensi Kuning - Pegawai berangkat keterlambatan
keterlambatan mendekati jam masuk
pegawai kerja
Learning - Terjadinya error pada - Mempekerjakan
3. & sistem komunikasi di teknisi yang
Growth dalam perusahaan memantau kinerja
L3a :
- Adanya gangguan sistem komunikasi
Mengoptimalkan Kuning
pada sistem perusahaan
kinerja IT
komunikasi yang - Menggunakan sistem
digunakan komunikasi lebih dari
satu jenis

155

Anda mungkin juga menyukai