Laporan Pendahuluan Strauma Nodusa Non Toksisk
Laporan Pendahuluan Strauma Nodusa Non Toksisk
I. Definisi
Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun folikel tumbuh
semkin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler
(Smeltzer & Suzanne, 2012).
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Hartini, 2010).
Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut
sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di
daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
Strauma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya
nodul (Tonacchera, Pirichhera & Vitty, 2009), biasanya di anggap membesar bila
kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal stuma nodusa non toksik merupakan struma
nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Hermes & Huysmans, 2009).
II. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik
jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium
membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistem kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior
hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan
sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid. Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi
TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme
tubuh.Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk
mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan
proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid
stimuliting hormon dari hipofise (Saputra, 2014).
2. Fisiologi
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan
pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan
reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi
panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan
berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-
hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat
lahir dan bayi.
III. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (substansi dalam kol, lobak, dan
kacang kedelai).
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (Triocarbamide, sulfonylurea dan
litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid (Brunicardi et al, 2010).
IV. Patofisiologi
Yodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium
dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan
menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diidotironiin membentuk T4 dan T3. T4 menunjukkan pengaturan umpan
balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang T3
merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis
T4 dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
V. Manifestasi Klinis
1. Gangguan menelan
2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi
3. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar , gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan). Pada pemeriksaan status lokalis
struma nodusa, dibedakan dalam hal :
a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
b. Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras
c. Nyeri pada penekanan : Ada atau tidak ada
d. Perlekatan dengan sekitarnya : Ada atau tidak ada
e. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tyroid : Ada atau tidak ada
VI. Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi
rapuh, keropos dan mudah patah.
Komplikasi tiroidektomi
1. Perdarahan
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
VII. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat
diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan
untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil
atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar
hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid yang
terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat
diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3
hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin
tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan
pembedahan.
2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium
radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko
kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk
kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan
empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
b. Status Kesehatan
Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan
dan bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
TD : biasanya normal
N : biasanya normal
R : biasanya normal
S : biasanya normal
Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas
Mata
Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi : Tidak ada gangguan
Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada gangguan
Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
Leher
Palpasi : Ada pembesaran tiroid, ada benjolan, sulit menelan
Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Tidak ada gangguan
Perkusi : Sonor
Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi: bising usus 3-15 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Genetalia dan Anus
Inspeksi : Bersih
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan
Batasan Karakteristik :
Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot
- Respon autonomik(seperti berkeringat, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Tingkah laku distraksi, contoh jalan-jalan, menemui orang lain dan atau
aktivitas berulang-ulang
- Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah
Hidayat, Syamat, dkk, 2006. Edisi Revisi Buku Ilmu Penyakit Dalam,EGC : Jakarta.
Manjoer, Arief, dkk, 2009.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapius :
Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2007). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2009).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC