Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STRAUMA NODUSA NON TOKSISK ( SNNT)

I. Definisi
Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun folikel tumbuh
semkin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler
(Smeltzer & Suzanne, 2012).
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Hartini, 2010).
Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut
sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di
daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
Strauma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya
nodul (Tonacchera, Pirichhera & Vitty, 2009), biasanya di anggap membesar bila
kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal stuma nodusa non toksik merupakan struma
nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Hermes & Huysmans, 2009).
II. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas
dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik
jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium
membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistem kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior
hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan
sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid. Apabila
terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi
TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme
tubuh.Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.Fungsi
utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk
mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan
proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid
stimuliting hormon dari hipofise (Saputra, 2014).

2. Fisiologi
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan
pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan
reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi
panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan
berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-
hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat
lahir dan bayi.

III. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (substansi dalam kol, lobak, dan
kacang kedelai).
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (Triocarbamide, sulfonylurea dan
litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid (Brunicardi et al, 2010).

IV. Patofisiologi
Yodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium
dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan
menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diidotironiin membentuk T4 dan T3. T4 menunjukkan pengaturan umpan
balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang T3
merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis
T4 dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

V. Manifestasi Klinis
1. Gangguan menelan
2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi
3. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar , gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan). Pada pemeriksaan status lokalis
struma nodusa, dibedakan dalam hal :
a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
b. Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras
c. Nyeri pada penekanan : Ada atau tidak ada
d. Perlekatan dengan sekitarnya : Ada atau tidak ada
e. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tyroid : Ada atau tidak ada

VI. Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi
rapuh, keropos dan mudah patah.

Komplikasi tiroidektomi
1. Perdarahan
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
VII. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat
diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan
untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil
atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar
hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid yang
terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat
diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3
hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin
tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan
pembedahan.

2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium
radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil
penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko
kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk
kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan
empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.

3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid


Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk
menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan
untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar
tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil
(PTU) dan metimasol/karbimasol.

VIII. Pemeriksaan Penunjang


1. Pada palpasi teraba batas yang jelas , bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal
2. Human thyrologbulin ( untuk keganasan tyroid)
3. Pada pemeriksaan lab , ditemukan serum T4 (Troksin) dan T3 ( tryodotironin) dlam
batas normal, nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11
4. Pada pemeriksaan USG ( Ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul
5. Kepastian histologi dapat ditegakan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang hanya
dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman
6. Pemerksaan sidik tyroid
a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya hal ini menunjukan fungsi yang rendah
b. Nodus panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada bsekitarnya
keadaan ini memperlihatkan aktifitas yang lebih
c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya ini berarti
fungsi nodul sama dengan bagian tyroid yang lain
ASUHAN KEPERAWATAN
STRAUMA NODUSA NON TOKSIK (SNNT)
I. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no rm,
diagnose medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab,
alama, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

b. Status Kesehatan
Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan
dan bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.

Riwayat penyakit sekarang


Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan
trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

Riwayat penyakit dahulu


Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.

Riwayat kesehatan keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
TD : biasanya normal
N : biasanya normal
R : biasanya normal
S : biasanya normal
Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas

 Mata
Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi : Tidak ada gangguan

 Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada gangguan

 Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi

 Leher
Palpasi : Ada pembesaran tiroid, ada benjolan, sulit menelan

 Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi: Tidak ada gangguan
Perkusi : Sonor

 Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi: bising usus 3-15 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
 Genetalia dan Anus
Inspeksi : Bersih

 Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan

 Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat.

Batasan Karakteristik :
Subjektif
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat

Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot
- Respon autonomik(seperti berkeringat, perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Tingkah laku distraksi, contoh jalan-jalan, menemui orang lain dan atau
aktivitas berulang-ulang
- Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah

Faktor Yang Berhubungan : Agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis)

2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
- Dispneu, Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.

3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan


Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended
Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

4. Hambatan Komunikasi Verbal


Definisi : Penurunan, keterlambatan atau tidak adanya kemampuan untuk
menerima, memproses, menghantarkan dan menggunakan sistem symbol.
Batasan Karakteristik :
- Kesulitan mengungkapkan pikiran secara verbal
- Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat
- Tidak dapat berbicara
- Dispnea
- Ketidakmampuan dalam mengungkapkan eskpresi tubuh
- Verbalisasi yang tidak sesuai
- Bicara pelo
- Kesulitan dalam berbicara
Faktor yang Berhubungan :
- Perubahan pada sistem saraf pusat
- Gangguan Persepsi
- Defek anatomis
- Hambatan fisik
- Efek samping obat

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Batasan Karakteristik :
- Penurunan produktivitas
- Mengekspresikan kekhawatiran
- Gerakan yang tidak relevan
- Gelisah
- Insomnia
- Resah, stress
Faktor yang Berhubungan :
- Terpajan toksin
- Ancaman perubahan status kesehatan
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman kematian
III. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan agen b. Pain control - Lakukan pengkajian nyeri
penyebab cedera c. Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal
menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
b. Melaporkan bahwa nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
berkurang dengan tim kesehatan lain tentang
menggunakan ketidakefektifan kontrol nyeri
manajemen nyeri masa lampau
c. Mampu mengenali nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat
(skala, intensitas, mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi dan tanda suhu ruangan, pencahayaan
nyeri) dan kebisingan
d. Menyatakan rasa - Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri - Pilih dan lakukan penanganan
berkurang nyeri (farmakologi, non
e. Tanda vital dalam farmakologi dan inter personal)
rentang normal - Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
2. Bersihan jalan a. Respiratory status : a. Airway suction
tidak efektif Ventilation - Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan b. Respiratory status : tracheal suctioning
dengan obstruksi Airway patency - Auskultasi suara nafas sebelum
trakea c. Aspiration Control dan sesudah suctioning
- Informasikan pada klien dan
Kriteria Hasil : keluarga tentang suctioning
a. Mendemonstrasikan batuk - Minta klien nafas dalam
efektif dan suara nafas sebelum suction dilakukan.
yang bersih, tidak ada - Berikan O2 dengan
sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
(mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion
sputum, mampu bernafas nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada - Gunakan alat yang steril sitiap
pursed lips) melakukan tindakan
b. Menunjukkan jalan nafas - Anjurkan pasien untuk istirahat
yang paten (klien tidak dan napas dalam setelah kateter
merasa tercekik, irama dikeluarkan dari nasotrakeal
nafas, frekuensi - Monitor status oksigen pasien
pernafasan dalam rentang - Ajarkan keluarga bagaimana
normal, tidak ada suara cara melakukan suksion
nafas abnormal - Hentikan suksion dan berikan
c. Mampu oksigen apabila pasien
mengidentifikasikan dan menunjukkan bradikardi,
mencegah factor yang peningkatan saturasi O2, dll.
dapat menghambat jalan b. Airway Management
nafas - Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

3. Ketidakseimbangan a. Nutritional Status : food a. Nutrition Management


nutrisi kurang dari and Fluid Intake - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan - Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah
pembesaran tiroid - Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi yang
ditandai sulit badan sesuai dengan dibutuhkan pasien.
menelan tujuan - Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan - Anjurkan pasien untuk
- Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi vitamin C
- Tidak ada tanda tanda - Berikan substansi gula
malnutrisi - Yakinkan diet yang dimakan
- Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat untuk
berat badan yang berarti mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
b. Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4. Hambatan a. Kemampuan Komunikasi
komunikasi verbal b. Kemampuan Menerima
berhubungan
dengan kerusakan Kriteria Hasil :
anatomi a. Penggunaan bahasa lisan
b. Penggunaan bahasa non-
verbal
c. Menginterpretasikan
bahasa lisan
d. Menginterpretasikan
bahasa non-verbal

5. Cemas a. Anxiety control a. Anxiety reduction (penurunan


berhubungan b. Coping kecemasan)
kurang - Gunakan pendekatan yang
pengetahuan akibat Kriteria Hasil : menenangkan
nyeri a. Klien mampu - Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala prosedur
cemas - Temani pasien untuk
b. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengugkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk - Berikan informasi faktual
mengontrol cemas mengenai diagnosis, tindakan
c. Vital sign dalam batas prognosis
normal - Identifikasi tingkat kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi - Bantu pasien mengenal situasi
wajah, bahasa tubuh dan yang menimbulkan kecemasan
tingkat aktivitas - Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya kecemasan ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
- Kolaborasi:Berikan obat
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamat, dkk, 2006. Edisi Revisi Buku Ilmu Penyakit Dalam,EGC : Jakarta.
Manjoer, Arief, dkk, 2009.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapius :
Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2007). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2009).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai