PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat
kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma .Urine atau urin
merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal
melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan
kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).Jumlah kalsium
yang diekskresikan dalam urine merupakan refleksi dari sejumlah kalsium
yan diserap dari diet
1
osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara
transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal.
Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal
dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di
sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle,
khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang
memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine
primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan
tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer
(Budiyanto, 2013).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder
selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di
dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak
bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke
kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut
akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam
urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung
zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan
hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal
urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu
cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan
(pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas
kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam
diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara
lain : (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila
terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan
bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan
warna abnormal; (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti
warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal; (3) Hasil yang
datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui
2
apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak (Ganong
2002).
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mengidentifikasi hasil analisa kualitatif urin.
Tujuan Khusus :
1. Analisa Kualitatif Urin
a. Untuk mengetahui kandungan Kalsium didalam urin
b. Untuk mengetahui kandungan Fosfat didalam urin
c. Untuk mengetahui kandungan Sulfat didalam urin
d. Untuk mengetahui kandungan Amoniak didalam urin
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
tubuh organism. Oleh sebab itu, pemasukan garam-garam ammonium ekresi
amoniak juga meningkat.
5
BAB III
PRINSIP DAN METODE
b. Bahan Praktikum
Urin
Kalium oksalat
Asam asetat encer
HNO3 pekat
Ammonium molibdat
HCl
6
BaCl
Fenolptalin
NaOH
c. Cara Kerja
1) Uji Kalsium
Kedalam 15 ml urin tambahkan 2 ml NH3 pekat lalu
didihkan. Kalsium dan Magnesium fosfat di endapkan , saring
endapannya, endapan dilarutkan dalam asam asesat encer.
Kemudian ambil 1 ml larutan tersebut dan tambahkan 1 ml
Kalsium oksalat. terbenutknya endapan putih menunjukkan adanya
kalsium.
2) Uji Fosfat
1 ml larutan ( dari endapan pada uji 1 yang dilarutkan asam asetat
encer ) tambahkan 1 ml HNO3 pekat dan 3 ml ammonium
molibdat. Panaskan sampai mendidih. Terjadinya warna kuning
jernih atau endapan menunjukkan adanya sulfat.
3) Uji Sulfat
2 ml urin tambahkan 1 ml HCL pekat dan 2 ml BaCL2.
Terbentunya endapan putih disebabkan BaSO4 yang tidak larut
dalam HCL pekat. Ini menunjukkan adanya sulfat.
4) Uji Amoniak
7 ml urin tambahkan 4 tetes fenolptalin. kemudian tambahkan
NaOH sebanyak 5 tetes. Didihkan urin. Ambil tabung lain yang
sudah diberi fenolptalin pada bagian luarnya letakan diatas uap urin
yang di didihkan tadi. Lapisan tipis pada tabung menunjukkan
warna merah muda disebabkan adanya kontak uap amoniak ( dalam
urin ) dengan fenolptalin.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
1. Analisa Kualitatif Urin
Ginjal adalah organ tubuh yang berbentuk “kacang polong” yang
terdiri dari system tubulus dan glemorolus yang berfungsi membuang
cairan proses metabolisme tubuh yang tidak berguna dalam bentuk urine.
8
Ginjal manusia terdiri dari dua buah, terletak pada sebelah kiri dan kanan
pada bagian belakang tubuh. Posisi ginjal kiri dan kanan tidak simetris,
posisi ginjal kiri terletak pada kira-kira 2-3 cm di atas garis horisontal
posisi ginjal kanan. (1)
Ginjal memiliki bagian-bagian tertentu yang melakukan fungsi
tertentu, sehingga ciri-ciri dan lokasi penyakit ginjal dapat diketahui
dengan memperhatikan aspek-aspek cara pembentukan urine dan cara
pengaturan metabolisme. (2)
Urine merupakan cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat
perantaraan ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui
urine yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik .
Komposisi urine sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat
alami diet yang dilakukan oleh individu. Komposisi urine normal
mengandung senyawa yang dinamakan komponen normal. Dalam keadaan
patologis, senyawa-senyawa lain dapat dijumpai dalam urine (komponen
abnormal). Perubahan yang besar dapat terjadi pada komponen urine
normal. (2)
Unit fungsional ginjal disebut nefron dan dalam satu ginjal ada 1 -
1,5 juta nefron. Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik dan
eksretorik. Selain membersihkan tubuh dari zat sampah yang bernitrogen
dan hasil metabolisme lain, ginjal dengan cara cermat melakukan fungsi
homeostasis cairan, elektrolit, dan asam basa. Ginjal menerima sekitar satu
liter darah atau 500 ml plasma per menit. Dengan menggunakan proses-
proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi diproduksi sekitar 500-2000 ml
urine setiap hari. Glomerulus berfungsi dalam filtrasi. Fungsi utama
tubulus proksimal adalah reabsorpsi. (3)
Secara bersama masing-masing nefron melakukan penapisan,
rearsobsi dan ekskresi sehingga terbentuk urine yang harus dikeluarkan.
Terbentuknya urine menunjukkan bahwa ginjal mempunyai kemampuan
untuk beraktivitas. (1)
Darah yang mengalami filtrasi dalam glomerulus juga
mengantarkan oksigen dan zat-zat gizi untuk ginjal, sehingga darah
9
mengalami berbagai macam perubahan metabolik yang disebabkan oleh
fungsi sel-sel ginjal. (3)
Air bersama zat larut bermolekul kecil mudah sekali menembus
filtrasi glomerulus. Sel-sel darah dan protein-protein darah dirintangi
masuk ke dalam filtrat. Tiap menit dihasilkan kira-kira 100 ml filtrat, itu
berarti 140 L cairan setiap hari. Glukosa, ureum, natrium, kalium,
bikarbonat, chlorida, ratusan jenis enzim dan hormon serta zat-zat larut
lain mempunyai konsentrasi yang sama dalam plasma dan filtrat
glomerulus. Selanjutnya susunan filtrat tersebut berubah karena sel epitel
merubah susunan filtrat glomerulus untuk mencapai homeostasis dan
ekskresi. (3)
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi. Yang
dikembalikan ke aliran darah ialah banyak air bersama glukosa, asam
amino, asam urat dan juga sedikit protein yang berhasil menembus filtrasi
glomelurus; tubulus proksimal juga mengembalikan banyak elektrolit,
natrium, chlorida dan bikarbonat. Lengkung Henle akhirnya melaksanakan
reasorpsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus mengatur
konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan hidrogen.
Pengaturan akhir yang menyangkut ekskresi air dilakukan oleh ductus
colligens. (3)
Fungsi ginjal : (1)
10
c) Pengaturan tekanan darah, pengaturan tekanan dalam tubuh, tidak
hanya dilakukan oleh ginjal saja tetapi juga oleh saraf dan hormon
sebagai pengatur tekanan darah jangka pendek dan pengaturan secara
mekanis yaitu dengan pergeseran cairan kapiler dan vaskuler stres
relaxtion sebagai pengatur jangka menengah, sedangkan ginjal sendiri
sebagai pengatur tekanan jangka panjang. Kegagalan ginjal dalam
mengatur tekanan darah, menunjukkan indikasi kerusakan nefron atau
menunjukkan perubahan koefisien filtrasi glomerolus. Indikasi/penyakit
tersebut adalah sebagian dari indikasi/penyakit ginjal yang disebabkan
kegagalan fungsi ginjal.
d) Kalau semua bagian berfungsi normal, maka ginjal memerankan fungsi
sebagai berikut : glomerulus memperbolehkan semua zat yang harus
diekskresi lewat dan mencegah hilangnya protein dan sel-sel; Tubulus
mereabsorpsi zat larut yang harus dipertahankan, mengatur kadar
natrium, kalium, dan bikarbonat, serta mencegah eksresi atau menahan
ion H+ sesuai dengan kebutuhan. Duktus koligen dibantu oleh keadaan
hipertonik dalam medulla, mengatur banyaknya air yang harus ditahan
dan dikeluarkan.
11
Sedangkan reabsorpsi kalsium oleh tubulus kontortus proksimal tidak secara
langsung dipengaruhi oleh hormon paratiroid. (7)
12
air disingkirkan, menghasilkan serum intratubular produk kalsium-fosfat
yang lebih tinggi pada tubulus distal dibandingkan tubulus proksimal. (10)
13
Pengamatan terhadap adanya nitrogen dilakukan pada uji amoniak.
Pada uji amoniak digunakan indikator fenolftalein (PP) yang ditambahkan
pada urine. Dalam percobaan ditambahkan NaOH yang bertujuan agar
tercipta suasana basa. Karena urea baru mengalami dekomposisi dan
menghasilkan amoniak pada pH di atas 8,5. Percobaan menunjukkan hasil
positif yaitu terdapat lapisan tipis berwarna merah muda pada tabung
disebabkan adanya kontak antara uap amoniak dengan fenolftalein. Karena
itulah diperlukan indikator PP untuk menujukkan ada tidaknya amoniak
dengan perubahan warna menjadi merah muda.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka simpulan dari
praktikum ini sebagai berikut.
a. Komponen yang ditemukan dalam urine probandus antara lain: kalsium,
fosfat, sulfat , dan amoniak.
b. Hasil positif didapatkan dari uji kalsium, fosfat, sulfat
c. Untuk hasil uji amoniak didapatkan hasil positif pada tabung reaksi yang
saat dipanaskan yaitu ada warna merah muda saat tabung didihkan
B. Saran
Saat melakukan praktikum tentang analisis kualitatif urine, praktikan
diharapkan dapat memperhatikan prosedur yang ada dalam buku petunjuk
praktikum. Hal ini mungkin dianggap mudah namun dapat berpengaruh sekali
terhadap hasil yang didapatkan pada praktikum. Oleh sebab itu, pemahaman
dari prosedur yang dijalankan dapat mengurangi kesalahan hasil praktikum
yang didapat.Ketelitian dan kerapian praktikan dalam mengerjakan percobaan
ini juga sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi data yang didapat.
Selain itu, pembagian tugas saat praktikum juga harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan selesai
dalam waktu yang tepat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Bahan yang dipakai dalam uji kuantitatif Urin : Asam asetat encer,
NaOH,Indikator PP,BaCL2,Kalsium Oksalat, dan Amonium Molibdat
17
1. UJI KALSIUM
Urin diukur 7,5 ml kemudian tambahkan
1 ml NH3 pekat
Proses pendidihan
18
Larutan yang ditabung ke 2 ditambahkan
dengan 1 ml (20 tetes) kalsium oksalat
19
2. UJI FOSFAT
Ambil 1 ml larutan yang dari endapan
pada uji 1 yang dilarutkan dalam asam
asetat encer
20
Terdapat hasil larutan berwarna kuning
jernih atau endapan putih yang
menunjukkan adanya fosfat
21
3. UJI SULFAT
Ambil 2 ml urin dengan menggunakan
gelas ukur
22
Hasil Uji Sulfat (tabung reaksi no.4)
23
4. UJI AMONIAK
Ambil urin 7 ml
24
Hasil Lapisan tipis pada tabung
adalah negatif (-) tidak menunjukkan
amoniak ( dalam urin ) dengan
fenolptalin.
25