Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN PELAKSANAAN BULAN ELIMINASI KAKI GAJAH (BELKAGA)

DI KABUPATEN SIKKA
BULAN OKTOBER TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN
Filariasis atau sering disebut Penyakit Kaki Gajah ialah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk. Cacing tersebut berada di kelenjar getah bening,
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak serta kelenjar getah bening
besar lainnya.
Kelenjar getah bening tersebut dapat mengalami kerusakan dan
terganggu fungsinya untuk menanggulangi infeksi bakteri dan jamur pada
luka yang terjadi pada kaki atau tangan. Gejala yang timbul adalah
peradangan kelenjar getah bening (limfangitis, limfadenitis dan
adenolimfangitis) disertai demam dan gejala akut lainnya, kemudian akan
timbul gejala kronis berupa pembesaran kaki dan tangan yang tidak bisa
sembuh seumur hidup.
Indonesia menetapkan Eliminasi Filariasis sebagai salah satu
prioritas nasional pengendalian penyakit menular, dengan menerapkan dua
strategi utama yaitu memutuskan rantai penularan filariasis dengan
program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di
Kabupaten/Kota Endemis Filariasis dan upaya pencegahan serta
membatasi kecacatan dengan melaksanakan program Penatalaksanaan
Penderita Filariasis.
Kabupaten Sikka merupakan salah satu kabupaten yang endemis
Filariasis dimana sampai tahun 2014 jumlah penderita filariasis klinis yang
dilaporkan berjumlah 348 orang yang tersebar pada 47 desa endemis.
Untuk menghentikan penularan filariasis, maka pada tahun 2015
Kabupaten Sikka akan melaksanakan Bulan Eliminasi kaki Gajah dengan
Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis .
Diharapkan agar seluruh Kecamatan hingga tingkat desa melaksanakan
Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) Filariasis sehingga Kabupaten
Sikka berhasil mencapai eliminasi filariasis pada tahun 2020.

A. Penderita Klinis Kronis Penyakit Kaki Gajah

Penderita kaki gajah menderita cacat seumur hidup, stigma sosial dan
dampak ekonomi yang berat

Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing filaria, yang biasanya


terdapat pada saluran getah bening penderita, terutama di kelenjar getah
bening lipat paha dan ketiak. Cacing filaria tersebut berpasangan dan
memproduksi ribuan anak cacing (mikrofilaria) setiap hari selama hidupnya
yang dapat mencapai lebih dari 5 tahun. Anak-anak cacing berada pada
peredaran darah tepi pada malam hari, tetapi pada siang hari bersembunyi
pada organ-organ dalam. Anak cacing menular ke orang lain melalui gigitan
nyamuk, dan oleh karena itu setiap penduduk yang tinggal di daerah
endemis filariasis berisiko tinggi tertular penyakit ini, sampai upaya
menghentikan penularan filariasis dilaksanakan.
Setiap orang yang tertular cacing filaria dapat menderita filariasis
dengan gejala kaki atau tangan terus membesar dan cacat seumur hidup,
walaupun nantinya cacing filaria sudah tidak ditemukan dalam tubuhnya.
Hal ini disebabkan karena rusaknya kelenjar getah bening dimana cacing
filaria berada, yang berakibat mudah mengalami luka infeksi, peradangan
dan pembesaran kaki atau tangan.
Lebih dari 14 ribu penderita kaki gajah di Indonesia menunjukkan
gejala cacat kaki atau tangan membesar. Penderita kaki gajah dapat
mengalami stigma, tersingkir dari lingkungannya dan menghadapi
kesulitan sosial dan ekonomi yang berat bagi dirinya dan keluarganya.
B. Eliminasi Filariasis Indonesia dan Dunia

Indonesia menetapkan Eliminasi Filariasis sebagai salah satu


prioritas nasional penanggulangan penyakit menular. Upaya
penanggulangan filariasis telah dilaksanakan sejak tahun 1975, terutama
di daerah-daerah endemis filariasis tinggi.

C. Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis

Setiap penduduk Indonesia yang tinggal di daerah endemis filariasis


berisiko tinggi tertular penyakit ini, dan terjadi siklus penularan dari satu
orang ke orang lain, sampai upaya penghentian penularan filariasis
dilaksanakan
Pemberian obat secara massal terhadap penduduk yang tinggal di
kabupaten/kota endemis filariasis dapat mematikan semua anak cacing
yang ada di dalam peredaran darah setiap penduduk dalam waktu
bersamaan, dan mencegah cacing filaria (cacing dewasa) menghasilkan
anak-anak cacing baru (mandul sementara). Oleh karena itu, pemberian
obat secara massal dapat menghentikan rantai penularan filariasis antar
penduduk selama setahun pasca pemberian obat massal.
Pemberian obat pencegahan filariasis tahun pertama saja tidak cukup
mematikan cacing filariasis, pada tahun-tahun berikutnya, cacing filariasis
akan kembali subur dan berkembangbiak dengan menghasilkan ribuan
anak cacing setiap hari dalam peredaran darahnya yang siap ditularkan.
Untuk menghentikan siklus hidup cacing filariasis secara permanen,
pemberian obat pencegahan secara massal (POPM filariasis) tersebut harus
dilaksanakan sekali setiap tahun selama minimal 5 tahun berturut-turut di
seluruh wilayah kabupaten/kota endemis filariasis.
D. Keuntungan Ganda Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis
Terhadap Pengendalian Kecacingan
Cacingan atau Soil Transmitted Helmintihiasis (STH) merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyebab cacingan di
Indonesia antara lain adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing
tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing cambuk
(Trichuris trichuria) dan cacing kremi (Oxyuris vermicularis). Kecacingan
pada usia anak-anak dapat menimbulkan gangguan gizi, malnutrisi,
anemia, pendek (stunting) sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan.
Pemberian obat albendazole pada POPM Filariasis mempunyai
manfaat ganda, yaitu dapat mematikan atau memandulkan cacing dewasa
filaria dan juga sekaligus dapat mematikan cacing perut seperti cacing
gelang, cacing tambang, cacing cambuk dan cacing kremi. Dengan
demikian, POPM Filariasis disamping bermanfaat untuk pencegahan
filariasis juga bermanfaat untuk mencegah cacingan.

E. Bulan Eliminasi Kaki Gajah

Bulan Eliminasi Kaki Gajah Tahun 2015 adalah bulan dimana setiap
penduduk yang tinggal di kabupaten/kota endemis filariasis di seluruh
wilayah Indonesia serentak minum obat pencegahan filariasis.
Bulan Eliminasi Kaki Gajah diharapkan dilaksanakan setiap tahun sampai
eliminasi filariasis Indonesia tercapai. Setiap kabupaten/kota endemis
filariasis wajib melaksanakan POPM filariasis sekali setahun selama
minimal 5 tahun berturut-turut sebagai upaya menghentikan penularan
cacing filaria di daerah tersebut
Bulan Eliminasi Kaki Gajah untuk mempercepat pencapaian
Eliminasi Filariasis di Indonesia dengan menerapkan strategi :
1. Menjadikan eliminasi filariasis sebagai gerakan berskala nasional
2. Melaksanakan POPM filariasis di semua kabupaten/kota endemis
filariasis secara serentak
3. Meningkatkan jumlah penduduk minum obat dari 20 juta tahun 2013
menjadi 50 juta pada tahun 2015 dan 120 juta pada tahun 2020.
4. Mengefektifkan koordinasi pelaksanaan kegiatan POPM filariasis secara
nasional, baik saat perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
5. Efisiensi dan efektifitas kampanye dan penggerakan masyarakat agar
tercapai cakupan pemberian obat pencegahan massal (POPM) di setiap
desa yang tinggi sebagai persyaratan suksesnya upaya eliminasi
filariasis

II. Tujuandan Sasaran


A. Tujuan

Bulan Eliminasi Kaki Gajah Tahun 2015 bertujuan untuk


terselenggaranya kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Filariasis terhadap seluruh penduduk sasaran di Kabupaten/Kota Endemis
Filariasis secara serentak di seluruh wilayah Indonesia, dengan cakupan
pengobatan yang tinggi dan merata, agar terhentinya secara efektip mata
rantai penularan filariasis di seluruh wilayah Indonesia
Cakupan POPM filariasis setiap desa/kelurahan atau wilayah setingkat
desa adalah minimal sebesar 80 % total penduduk wilayah tersebut.

B. Penduduk Sasaran

Penduduk yang mendapat obat massal pencegahan filariasis adalah


semua penduduk yang tinggal di Kabupaten/Kota Endemis Filariasis di
seluruh Indonesia, dan dilaksanakan secara massal bersamaan.
Kabupaten/Kota endemis filariasis dimaksud terdiri atas :
1. Kabupaten/Kota endemis filariasis yang melaksanakan POPM filariasis
tahun pertama dari rencana POPM filariasis sekali setiap tahun selama
minimal lima tahun berturut-turut
2. Kabupaten/Kota endemis filariasis yang telah melaksanakan POPM
filariasis tahun sebelumnya dari rencana POPM filariasis sekali setiap
tahun selama minimal lima tahun berturut-turut
3. Kabupaten/Kota endemis filariasis yang telah selesai melaksanakan
POPM filariasis sekali setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut,
tetapi masih diperlukan tambahan POPM filariasis

Penduduk yang ditunda pemberian obat pencegahan filariasis adalah :


1. Anak berusia kurang dari 2 tahun atau orangtua berusia lebih dari 70
tahun
2. Ibu hamil
3. Penderita gagal ginjal/cuci darah
4. Penderita epilepsi atau anak berusia lebih dari 6 tahun dengan riwayat
sering mengalami kejang
5. Penderita sakit berat sehingga mengharuskan ditempat tidur, demam
tinggi, batuk darah, kanker, anak marasmus atau kwasiorkor.
6. Penderita filariasis klinis kronis sedang mengalami serangan akut
(demam tinggi)

Penduduk kelompok khusus yang memerlukan pemeriksaan dokter dan


minum obat didepan dokter
1. penderita hipertensi
2. penderita sakit jantung
3. Penderita sakit hati

Apabila banyak penduduk yang ditunda pengobatannya, maka semakin


besar jumlah penduduk yang menjadi sumber penularan, dan oleh karena
itu mata rantai penularan filariasis di wilayah tersebut tidak dapat
dihentikan.
III. Kebijakan dan Strategy
A. Kebijakan
POPM filariasis di semua Kabupaten/Kota endemis filariasis tahun
2015 dilaksanakan secara serentak pada bulan Oktober 2015
B. Strategi
1) Advokasi dan Sosialisasi (Promosi)

2) Menggerakkan masyarakat minum obat untuk mencegah penyakit


kaki gajah (Mobilisasi sosial)

3) Mendekatkan pelayanan ke masyarakat dengan mendirikan Pos-


Pos Minum Obat di setiap desa, dusun, pemukiman, dan lokasi-
lokasi strategis lainnya

4) Meningkatkan peran lintas sektor dan masyarakat, terutama


jajaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Agama, TNI/POLRI, Media, organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan
sebagainya

IV. Pelaksanaan Kegiatan


A. Waktu
Bulan Eliminasi Kaki Gajah dilakukan secara serentak di kabupaen/kota endemis filariasis di
seluruh wilayah Indonesia selama bulan Oktober 2015. Waktu pelayanan minum obat di
Pos-Pos Minum Obat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
B. Tempat Pelayanan
Pemberian obat pencegahan massal filariasis dilaksanakan di Pos-Pos Minum Obat,
dan harus diikuti dengan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mencari dan
memastikan setiap penduduk telah minum obat.
Pos Minum Obat bisa didirikan di beberapa tempat di setiap Desa, dengan
perhitungan setiap Pos Minum Obat melayani rata-rata 100-150 rumah/keluarga,
tergantung jarak, kepadatan dan sarana transportasi. Pos Minum Obat ini
ditempatkan ditempat yang strategis, antara lain di Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, posyandu, pos pelayanan kesehatan di Desa, Balai Desa, kantor RW,
kantor RT, Sekolah, tempat kerja, dan sebagainya. Pos Minum Obat yang dipilih ini
harus dapat diterima masyarakat, dan mudah dijangkau, sehingga masyarakat bisa
datang ke Pos Minum Obat tidak berjalan terlalu jauh.
Agar masyarakat datang ke Pos Minum Obat, dibuat tanda pada lokasi Pos Minum
Obat dengan tampilan yang menarik, rambu-rambu menuju Pos Minum Obat juga
dipasang di lokasi-lokasi strategis, sehingga dapat memudahkan masyarakat
menemukan Pos Minum Obat.
Aparat pemerintah, masyarakat dan lembaga sosial kemasyarakatan, misal PKK, Darma
Pertiwi, Darma Wanita, berpartisipasi agar Pos Minum Obat menjadi meriah dan pelayanan
pembagian obat sukses. Mobilisasi sosial sangat diperlukan, terutama mengumumkan dan
menginformasikan tentang pelaksaan Pos Minum Obat.
Pemberian obat pencegahan massal filariasis dilaksanakan di Pos-Pos Minum Obat, dan
harus diikuti dengan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mencari dan memastikan
setiap penduduk telah minum obat.
Pos Minum Obat bisa didirikan di beberapa tempat di setiap Desa, dengan perhitungan
setiap Pos Minum Obat melayani rata-rata 100-150 rumah/keluarga, tergantung jarak,
kepadatan dan sarana transportasi. Pos Minum Obat ini ditempatkan ditempat yang
strategis, antara lain di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, posyandu, pos pelayanan
kesehatan di Desa, Balai Desa, kantor RW, kantor RT, Sekolah, tempat kerja, dan
sebagainya. Pos Minum Obat yang dipilih ini harus dapat diterima masyarakat, dan mudah
dijangkau, sehingga masyarakat bisa datang ke Pos Minum Obat tidak berjalan terlalu
jauh.
Agar masyarakat datang ke Pos Minum Obat, dibuat tanda pada lokasi Pos Minum Obat
dengan tampilan yang menarik, rambu-rambu menuju Pos Minum Obat juga dipasang di
lokasi-lokasi strategis, sehingga dapat memudahkan masyarakat menemukan Pos Minum
Obat.
Aparat pemerintah, masyarakat dan lembaga sosial kemasyarakatan, misal PKK, Darma
Pertiwi, Darma Wanita, berpartisipasi agar Pos Minum Obat menjadi meriah dan
pelayanan pembagian obat sukses. Mobilisasi sosial sangat diperlukan, terutama
mengumumkan dan menginformasikan tentang pelaksaan Pos Minum Obat.
Penyuluhan atau pengumuman berisi tentang :
- Waktu pelaksanaan pelayanan di Pos Minum Obat
- Lokasi pelaksanaan pelayanan minum obat
- Keuntungan dan kerugian setiap penduduk minum obat pencegahan massal filariasis
secara serentak
Masyarakat juga diingatkan agar :
(1) Datang dan minum obat pencegahan filariasis di Pos Minum Obat, serta meneruskan
minum obat yang sama sekali setiap tahun selama minimal 5 tahun berturut-turut.
(2) Masyarakat melaporkan jika menemukan anggota masyarakat yang menderita kaki gajah
dengan gejala kaki atau tangan membesar, ada benjolan di selangkang lipat paha, buah pelir
atau buah dada yang membesar
C. Pelayanan
Terdiri atas Jenis Pelayanan, dan Tenaga Pelaksana Pos Minum Obat dan
Kemitraan
1. Jenis Pelayanan
Setiap penduduk sasaran mendapat obat pencegahan filariasis berupa obat
kombinasi DEC 6 mg/kg berat badan dan albendazole 400 mg dosis tunggal
Dosis Minum Obat Menurut Golongan Umur adalah sebagai berikut :

2.
D.
V.

Anda mungkin juga menyukai