Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa
adaptasi atau perubahan fisiologi Bayi Baru Lahir. Hal ini sebagai dasar
dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL
harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta)
menjadi mandiri secara fisiologi. Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir
adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam
uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini
disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi
akan sakit (Muslihatun, 2010).

Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar


uterus di antaranya perubahan sistem kardiovaskular, sistem pernapasan/
respirasi, metabolisme, suhu tubuh, perubahan sistem muskeletal,
perubahan sistem neurologi, perubahan sistem intergumentari, sistem
gastrointestinal, sistem kekebalan tubuh/imun. Adapun gangguan
-gangguan yang timbul setelah bayi lahir : Nanah (pus) atau bau busuk
dari pusar (tali pusat), suhu badan rendah, serangan kejang (konvulasi) ,
berat bayi tidak bertambah, muntah (vomitus), bayi berhenti menghisap
susu.
Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
kehidupannya agar tidak ada gangguan selama proses adaptasi bayi. Jadi
penting bagi seorang bidan untuk memahami tentang adaptasi fisiologi
Bayi Baru Lahir.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pengkajian masalah dalam makalah ini,
penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:

1
1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi neonatal bayi baru lahir
normal?
2. Bagaimana perubahan fisiologi pada bayi baru lahir terhadap
kehidupan di luar uterus?
3. Apa saja gangguan yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir
terhadap kehidupan di luar uterus?
4. Bagaimana penilaian awal, langkah esensial, serta pengkajian
terkait dengan bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus?

C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari adaptasi neonatal bayi baru lahir


normal.
2. Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada bayi baru lahir
terhadap kehidupan luar uterus.
3. Untuk mengetahui gangguan yang mungkin terjadi pada bayi baru
lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
4. Untuk mengetahui penilaian awal, langkah esensial serta
pengkajian terkait dengan bayi baru lahir terhadap kehidupan di
luar uterus.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
semakin bertambahnya informasi mengenai Adaptasi Fisiologis Bayi
Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Rahim.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Adaptasi Neonatal Bayi Baru Lahir Normal


Adaptasi neonatal adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Adaptasi bayi
baru lahir adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan ekstrauterine.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram. (Departemen Kesehatan : 2005)
Ciri-ciri bayi baru lahir normal dan sehat adalah berat badan bayi
normal antara 2500-4000 gram, panjang badan antara 48-52 cm, lingkar
kepala bayi 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, detak jantung 120-
140x/menit, frekuensi pernapasan 40-60x/menit, rambut lanugo (bulu
badan yang halus) sudah tidak terlihat, rambut kepala sudah muncul,
warna kulit badan kemerahan, muda dan licin. Memiliki kuku yang agak
panjang dan lemas, reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika
diberikan inisiasi menyusui dini (IMD), reflek gerak memeluk dan
menggenggam sudah baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Keluarnya mekonium menjadi indikasi bahwa fungsi
pencernaan bayi sudah normal. Feses bayi berwarna hitam kehijau-hijauan
dengan konsistensi likuid atau lengket seperti aspal. Pada anak laki-laki
testis sudah turun, sedangkan pada anak perempuan labia mayora sudah
melindungi labia minora.

B. Perubahan Fisiologi pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di


Luar Uterus

1. Sistem kardiovaskular

3
Setelah bayi lahir, sistem kardiovaskular mengalami perubahan
yang mencolok, dimana foramen ovale, duktus anterious, dan duktus
venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan arteri
hepatika menjadi ligamen. Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir
membuat paru-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskular
pulmoner, sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner
menurun menyebabkan tekanan arterium kanan menurun, aliran darah
pulmoner kembali meningkat, masuk ke jantung bagian kiri, sehingga
tekanan darah dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini
menyebabkan foramen ovale menutup.
Denyut jantung bayi saat lahir berkisar antara 120-160 kali/menit,
kemudian menurun 120-140 kali/menit. Tekanan darah bayi berubah dari
hari ke hari. Tekanan sistolik bayi sering menurun sekitar 15 mmhg
selama 1 jam setelah kelahiran.

2. Sistem Pernapasan / respirasi


Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas melalui paru-
paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx
yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai
sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL
sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem
kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya nafas

4
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan
di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskular dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur
dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernapasan. Berkurangnya O2 akan
mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan
(lemak lesitin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-
34 minggu kehamilan). Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,

5
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan
ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada
saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi
yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan
dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru
basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari
paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

3. Sistem Metabolisme
Sistem metabolisme neonatus, pada jam pertama energi didapatkan
dari pembakaran karbohidrat, pada hari kedua berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih hari ke-6 energi dari
lemak 60% dan dari karbohidrat 40%. Dalam waktu 1-2 jam setelah lahir
akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi pada
jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam
lemak, sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg per 100 ml. Apabila
karena sesuatu hal, misalnya bayi dari ibu yang menderita DM dan
BBLR, perubahan glukosa menjadi glikogen akan meningkat atau terjadi
gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus, maka kemungkinan bayi akan mengalami
hipoglikemia. Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,
meliputi : kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,
lunglai dan menolak makanan.

6
4. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu sendiri, sehingga
menimbulkan stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan ruangan rahim ibu yang hangat menuju
lingkungan luar rahim yang jauh lebih dingin ditambah air ketuban
menguap lewat kulit, mengakibatkan mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Hasil penggunaan lemak coklat
akan meningkatkan panas sampai 100%, untuk mendapatkan lemak
coklat, bayi harus menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang
akan merubah lemak menjadi panas. Jika bayi kedinginan, dia akan
mengalami hypoglikemia, hipoksia, asidosis. Sehingga upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama bidan untuk
meminimalkan kehilangan panas tubuh bayi.

5. Perubahan Sistem Muskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap setelah lahir, tetapi tumbuh
melalui proses hipertropi. Tumpang tinding atau molase dapat terjadi
pada waktu lahir karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya
mengalami osifikasi. Molase dapat menghilang beberapa hari setelah
melahirkan. Ubun-ubun besar akan tetap terbuka sampai usia 18 bulan.
Pada bayi baru lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan
dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat lengkungan pada
telapak kaki. Ekstermitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari tangan
dan jari kaki. Garis telapak kaki dan tangan sudah terlihat.Asuhan yang
diberikan : Memeriksa struktur tulang tengkorak dan sutura, apakah ada
molase atau tidak.

6. Perubahan Sistem Neurologi


Sistem neurologi belum matang saat lahir. Reflek dapat
menunjukan normal dari integritas sistem syaraf dan sistem muskeletal.

7
Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen
dalam jumlah besar untuk proses metabolisme yang adekuat. Kebutuhan
yang besar ini menandakan diperlukannya suatu pengkajian cermat
tentang kemampuan bayi dalam mempertahankan kelancaran jalan nafas
dan juga pengkajian kondisi-kondisi pernafasan yang membutuhkan
oksigen. Kebutuhan akan glukosa perlu dipantau dengan cermat pada
bayi baru lahir yang mengalami hipoglikemia. Asuhan yang diberikan :
Memeriksa refleks-re fleks pada bayi, seperti : reflex moro, refleks tonik
neck, refleks palmar, refleks plantar, refleks swallowing, refleks rooting.

7. Perubahan Sistem Intergumentasi


Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan
sedikit vernik kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur, kulit tembus
pandang dan banyak verniks. Verniks kaseosa berfungsi dengan dermis
dan berfungsi sebagai pelindung. Pada saat lahir vernik tidak semua
dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Kulit
bayi sangat sensitive dan sangat mudah rusak. Bayi baru lahir tidak
memerlukan bedak atau krim, karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi
Ph kulit bayi. Kulit bayi yang cukup bulan berwarna kemerahan,
beberapa jam setelah lahir kulit berwarna normal. Kulit sering terlihat
berbecak terutama didaerah ekstermitas. Tangan dan kaki terlihat
sianosis. Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan vasomotor, status
kapiler, kadar hemoglobin yang tinggi.
Lemak subkutan yang berakumulasi selama trimester terakhir
berfungai menyekat bayi. Kulit mungkin agak ketat. Keadaan ini
mungkin disebabkan oleh retensi cairan. Lanugo halus dapat terlihat
diwajah, bahu, dan punggung.
Asuhan yang diberikan :
1) Memeriksa kukut bayi setelah lahir.
2) Apabila bayi sianosis atau sukar bernafas, berilah oksigen
dengan kateter nasal.
3) Jangan membersihkan seluruh verniks.

8
8. Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan, untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna, yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas
lambung masih terbatas < 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi
sendiri penting, contohnya memberi ASI on demand.

9. Sistem Kekebalan tubuh / imun


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Jika sistem imun matang,
akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan
alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalam alami :
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. Fungsi saringan-saringan saluran napas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

C. Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Bayi Baru Lahir Terhadap


Kehidupan di Luar Uterus

Gangguan-gangguan ini dapat terjadi akibat adanya hal yang tidak


beres selama perkembangan bayi dalam rahim atau akibat luka pada bayi
ketika ia dilahirkan. Jika bayi memperlihatkan salah satu dari tanda-tanda
berikut ini, mungkin ada sesuatu yang tidak beres pada diri bayi :

9
a) Jika bayi tidak dapat bernapas segera setelah lahir.
b) Jika nadi atau denyut jantungnya tidak dapat diraba atau didengar,
atau <100 / menit.
c) Jika wajah dan tubuhnya tampak putih, biru atau kuning setelah ia
mulai bernapas.
d) Jika lengan atau tungkainya terkulai, tidak dapat menggerakkannya
sendiri atau tidak bergerak ketika anda memijatnya.
e) Jika bayi merintih atau mengalami kesukaran bernafas sesudah 15
menit pertama.

Sebagian dari gangguan ini dapat disebabkan oleh luka otak pada
saat lahir. Gangguan ini hampir tidak pernah disebabkan oleh infeksi
(kecuali ketuban pecah >24 jam sebelum bayi lahir). Obat-obatan umum
mungkin tidak akan menolong. Usahakan untuk mendapatkan
pertolongan dokter. Dan jika bayi tidak buang air kecil atau tidak
menunjukkan gerakan usus (kentut, buang air besar) dalam 2 hari
pertama, mintalah juga pertolongan dokter.

1) Gangguan-gangguan yang timbul setelah bayi dilahirkan (pada hari-


hari atau minggu-minggu pertama) :

a. Nanah (pus) atau bau busuk dari pusar (tali pusat) merupakan
tanda yang berbahaya. Amati tanda-tanda tetanus atau suatu
infeksi bakteri dalam darah.
b. Suhu badan rendah (dibawah 35 derajat celcius) atau panas
tinggi (diatas 39 derajat celsius) berbahaya bagi bayi baru lahir.
Tanggalkan seluruh pakaiannyaa, dan basahi bayi dengan air
dingin, lihatlah juga tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi).
Jika menemukan tanda-tanda ini, berikan air susu ibu juga
minuman rehidrasi kepada bayi.
c. Serangan kejang (konvulasi).
Jika bayi menderita panas, atasi seperti yang diatas, dan harus
memeriksa kemungkinan kekurangan air atau dehidrasi.
Serangan kejang yang dimulai pada hari kelahirannya mungkin

10
disebabkan oleh luka otak pada saat lahir. Jikalau serangan
kejang dimulai beberapa hari kemudian, carilah dengan
seksama tanda-tanda tetanus atau peradangan selaput otak.
d. Berat bayi tidak bertambah.
Selama hari-hari pertama, kebanyakan berat bayi akan turun
sedikit. Hal ini merupakan keadaan wajar. Setelah minggu
pertama, seorang bayi yang sehat harus bertambah beratnya
sekitar 200 g/minggu. Menjelang minggu kedua, bayi yang
sehat harus mempunyai berat sama seperti berat saat lahir. Jika
bayi tidak bertambah atau kehilangan beratnya, periksa tanda-
tanda infeksi atau gangguan lainnya. Jika tidak ditemukan
penyebabnya, mintalah pertolongan dokter.
e. Muntah (vomitus).
Jika bayi yang sehat bersendawa, kadang-kadang sedikit susu
ikut keluar dan ini merupakan hal wajar. Bantu bayi dengan
mengeluarkan udara setelah menyusu dengan menyandarkan
bayi pada bahu, dan menepuk-nepuk punggungnya secara
perlahan-lahan. Jika bayi muntah saat berbaring setelah
diberikan susu, cobalah dudukkan tegak untuk sementara setiap
kali setelah menyusu.
Bayi yang muntah hebat, banyak,sering, berat badannya turun,
maka bayi itu sakit. Jika menderita mencret, mungkin akan
mengalami infeksi usus, infeksi bakteri dalam darah,
peradangan selaput otak (meningitis), dan infeksi lainnya dapat
menyebabkan muntah. Jika muntahnya kuning atau hijau,
mungkin terdapat penyumbatan susu , terutama perut sangat
membesar atau bayi tidak dapat kentut/bab. Bawalah segera
bayi ke pusat kesehatan atau rumah sakit.
f. Bayi berhenti menghisap susu.
Jika bayi tidak mau menghisap susu >4 jam, keadaan ini
merupakan tanda bahaya, atau jika bayi tampak sangat ngantuk
atau sakit, atau jika menangis, bergerak-gerak berbeda dengan
keadaan wajarnya. Tanda-tanda tersebut dapat bermacam-

11
macam sebab, penyebab paling sering dan berbahaya dalam 2
minggu pertama kehidupannya ialah infeksi bakteri dalam
darah (Bayi berhenti menyusu selama hari kedua sampai hari
kelima kehidupannya) dan tetanus (Bayi berhenti menyusu
selama hari kelima sampai hari kelima belas).

1. Jika bayi berhenti menyusu atau tampak sakit :


 Perhatikan apakah bayi mengalami kesulitan bernafas. Jika
hidungnya tersumbat, hisaplah keluar. Pernapasan yang cepat (50
kali atau lebih per menit), warna kulit yang biru, rintihan dan
cekungan pada kulit di antara tulang-tulang rusuk yang terjadi
setiap kali bernapas, merupakan tanda-tanda radang paru-paru
(pneumonia). Bayi yang menderita radang paru-paru sering tidak
batuk, kadang-kadang tidak satupun tanda-tanda umum dijumpai.
 Perhatikan warna kulit bayi. Bila bibir dan wajah biru,
kemungkinan menderita radang paru-paru (pneumonia). Jika wajah
dan bagian putih mata mulai menjadi kuning (ikterus), warna
kuning yang timbul antara hari kedua dan kelima biasanya tidak
parah. Berikan ASI sebaik-baiknya. Lepaskan seluruh pakaiannya
kecuali daerah mata dan kemaluan ditutupi, lakukan penjemuran
dengan sinar matahari.
 Raba ubun-ubunnya.
Jika ubun-ubunnya cekung, bayi mungkin menderita kekurangan
cairan (dehidrasi), jika ubun-ubunnya menonjol, bayi mungkin
menderita peradangan selaput otak (meningitis). Jika bayi
menderita keduanya sekaligus, ubun-ubun mungkin teraba normal.
 Perhatikan gerakan bayi dan air muka (ekspresi-mimiknya).
Jika bayi disentuh atau digerakkan otot-otot wajah dan tubuh
mendadak mengencang atau kaku, tanda ini menunjukkan tetanus,
periksa refleks-refleks lututnya. Jika kedua mata bayi berputar
kebelakang ketika melakukan gerakan mendadak atau keras, dapat
disebabkan oleh peradangan selaput otak (meningitis), tetapi
kekurangan air dan demam merupakan penyebab lebih umum.

12
2. Infeksi bakteri dalam darah (Septicemia) :
Bakteri yang memasuki kulit atau tali pusat bayi pada saat lahir
seringkali masuk kedalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh . Oleh
karenanya penyebaran ini memerlukan waktu satu atau dua hari, infeksi
bakteri dalam darah (septicemia) lebih sering dijumpai setelah hari kedua
kehidupan bayi. Tandanya :
 Tidak mau menghisap ASI
 Tampak sangat ngantuk, pucat (kekurangan darah)
 Muntah atau mencret
 Panas atau temperatur rendah (dibawah 35 derajat celsius)
 Perut membesar
 Kulit kuning (ikterik)
 Serangan kejang (konvulsi)
 Sewaktu-waktu bayi menjadi biru.

Pengobatannya :
 Suntikan ampicillin 125 mg 3xsehari
 Atau suntikan penicillin 150 mg (250.000 unit) penicillin kristal
3xsehari, bersama dengan steptomycin 20 mg. Untuk setiap kg
berat bayi (60 mg bagi bayi yang beratnya 3 kg) sekali sehari.
Jangan terlalu banyak memberikan steptomycin.
 Jaga agar bayi mendapatkan cairan yang cukup (ASI).

D. Penilaian Awal, Langkah Essensial, serta Pengkajian Terkait dengan


Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah
lahir, yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine
ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap
untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan.

1. Penilaian awal
Dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi apakah :
 Bayi dinyatakan cukup bulan jika usia gestasinya lebih kurang 36 –
40 minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk
beradaptasi di luar rahim (uterus).
 Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium.

13
Tinja bayi pada 24 jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari
berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang berada di
dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium
mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
 Bayi menangis atau bernapas.
Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan dalamnya
pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung,
retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi
pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi
segera menangis kuat pada saat lahir.

 Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif.


Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut
memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada
rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk
mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi dan
fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi
menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot
yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
 Warna kulit bayi normal.
Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat,
kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya
edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah –
merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak
subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada
kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi
lebih kemerahan ketika bayi menangis.

14
Apgar score merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah
lahir, meliputi lima variabel (pernapasan, frekuensi jantung, warna, tonus
otot dan iritabilitas reflek).
Prosedur penilaian APGAR
 Pastikan pencahayaan baik
 Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat &
simultan. Jumlahkan hasilnya
 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
 Ulangi pada menit kelima
 Ulangi pada menit kesepuluh
 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Evaluasi nilai APGAR

No. Nilai Apgar 0 1 2

1 Appereance Seluruh Badan merah Seluruh tubuh


tubuh biru ekstremitas kemerahan
atau putih biru

2 Pulse (nadi) Tidak ada < 100 / menit >100 / menit

3 Greemace Tidak ada Perubahan Bersin /


mimik menangis
(menyeringai)

4 Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas Gerakan


sedikit fleksi aktif /
ekstremitas
fleksi

15
5 Respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis
(pernapasan) teratur kuat / keras

Penilaian :
 Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
 tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
2. Pengukuran Antropometri

Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti


berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2500-
3500 gram, apabila ditemukan berat badan <2500 gram, maka dapat
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan
tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir >3500 gram,
maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia. Pengukuran
antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal,
panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar
kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada
normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih
besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrocefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi
tersebut mengalami mikrosefalus.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adaptasi neonatal adalah proses penyesuaian fungsional neonatus


dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Yakni
kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan ekstrauterine.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir diantaranya
perubahan sistem kardiovaskular, pernapasan, metabolisme, suhu tubuh,
muskeletal, neurologi, intergumentari, sistem gastrointestinal ,sistem
kekebalan tubuh / imun . Adapun gangguan -gangguan yang timbul
setelah bayi dilahir : Nanah (pus) atau bau busuk dari pusar (tali pusat)

17
,Suhu badan rendah ,Serangan kejang (konvulasi) ,Berat bayi tidak
bertambah ,Muntah (vomitus) ,Bayi berhenti menghisap susu.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah


pengetahuan semua mahasiswa tentang adaptasi fisiologis pada bayi baru
lahir. Dan semoga dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat.

Daftar Pustaka

Ai, Lia, Hj. Maemunah dan Hj. Lilik. 2009. Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan).
Jakarta : CV. Trans Info Media

Wagiyo dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi
Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Annisa, Herni dan Stepahanie. 2017. Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : CV. Andi Offset

David, Carol, dan Jane. 2010. Apa yang Anda kerjakan bila tidak ada Dokter.
Yogyakarta : CV. Andi Offset

18
Sembiring, julina Br. 2017. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : CV. Budi Utama

Muslihatun, WN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :


Fitramaya.

19

Anda mungkin juga menyukai