Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS LAPORAN


HASIL OBSERVASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK
SISWA KELAS VII.A SMP SANTA THERESIA PANGKALPINANG

Oleh:
Gregorius Brian Antono, S.Pd.
2001719058

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dengan jelas mendefinisikan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi kurikulum inilah timbul dua

dimensi pada kurikulum itu sendiri. Dimensi pertama mengacu kepada rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan untuk

dimensi kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014 memenuhi

kedua dimensi tersebut dan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki

kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pada kurikulum 2013 ini, pembelajaran bahasa Indonesia mengalami

perubahan dari kurikulum sebelumnya yang kini disebut dengan pembelajaran

berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan

menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan

semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan

bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk

mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa

yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang

2
digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4)

bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia, dan cara

berpikir seperti itu direalisasikan melalui struktur teks.

Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama, yaitu konteks situasi dan

konteks budaya. Konteks situasi merupakan konteks yang terdekat yang menyertai

penciptaan teks, sedangkan konteks sosial atau konteks budaya lebih bersifat

institusional dan global. Teks dapat diungkapkan ke dalam berbagai jenis,

misalnya teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan

cerita pendek, dan lain-lain.

Peneliti menemukan sekelumit masalah terkait dengan pembelajaran

bahasa Indonesia di kelas VII.A yang lebih terkhusus pada pembelajaran teks

laporan hasil observasi. Di dalam proses pembelajaran teks ini, siswa mengalami

kesulitan dalam kompetensi dasar di bagian keterampilan siswa dalam menyusun

teks laporan hasil observasi. Di lapangan membuktikan bahwa tingkat

keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan di dalam kompetensi dasar

ini masih perlu ditingkatkan.

Kesulitan siswa dalam menyusun sebuah jenis teks laporan hasil observasi

dapat ditinjau dari beberapa hal. Kesulitan yang dimaksud tersebut sangat

bergantung dengan minat belajar siswa terhadap pembelajaran teks ini. Hasil

pengamatan yang diperoleh dari karya siswa dalam menyusun teks laporan hasil

observasi itu antara lain adalah siswa kurang jeli dalam memahami ketiga struktur

di dalam teks ini dan bagaimana siswa menuangkan beberapa ciri bahasa di dalam

tulisannya tersebut. Dari faktor inilah dapat dikategorikan bahwa tingkat

3
pencapaian ketuntasan belajar minimal (KBM) yang dicapai oleh siswa masih

sangat kurang dari standar KBM.

Dari fakta yang telah ditemukan di lapangan (di sekolah), melalui

penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba memberikan sesuatu yang berbeda

jika dibandingkan dengan pendekatan atau model pembelajaran yang sebelumnya.

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran sinektik

sebagai sebuah langkah dalam memaksimalkan tingkat pengetahuan dan tingkat

keterampilan siswa dalam menyusun teks laporan hasil observasi.

Dengan model ini pula, peneliti berupaya meningkatkan daya

pembelajaran siswa lebih bermakna. Siswa diharapkan dapat memecahkan suatu

masalah dengan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha

mengetahui pengetahuan yang diperlukan dan selanjutnya mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan.

Di samping itu, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif dalam bekerja, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja

kelompok. Sebagai suatu simpulan sederhana, dengan model ini peneliti mampu

melihat perubahan secara nyata bagi siswa dalam meningkatkan keterampilannya

menyusun teks laporan hasil observasi jika dibandingkan dengan model

pembelarajan sebelumnya.

Mengacu dari paparan yang dijelaskan di atas dan mengingat secara jelas

tingkat kebermanfaatan pembelajaran berbasis teks di dalam bahasa Indonesia ini

serta diharapkan ke depannya siswa mengaplikasikannya dalam dunia luar sesuai

4
dengan jalurnya maka peneliti memilih judul penelitian tindakan kelas

“Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi melalui

Model Pembelajaran Sinektik Siswa Kelas VII.A SMP Santa Theresia

Pangkalpinang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifkasi

masalah di dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

keterampilan menyusun teks laporan hasil observasi kelas VII.A SMP Santa

Theresia Pangkalpinang melalui model pembelajaran sinektik?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyusun teks laporan hasil

observasi melalui model pembelajaran sinektik siswa kelas VII.A SMP Santa

Theresia Pangkalpinang?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah di dalam penelitian tindakan kelas ini mencakup dua

lingkup. Ruang lingkup yang dimaksud adalah ruang lingkup wilayah penelitian

dan ruang lingkup materinya. Untuk ruang lingkup wilayah penelitian ditujukan

kepada siswa atau rombongan kelas yang mengalami kesulitan dalam menyusun

teks laporan hasil observasi. Di dalam penelitian ini siswa yang dimaksud adalah

kelas VII.A SMP Santa Theresia Pangkalpinang.

Selanjutnya ruang lingkup yang kedua adalah materi yang sukar dipahami

siswa yaitu terdapat pada kompetensi dasar 4.8 menyajikan rangkuman teks

laporan hasil observasi yang berupa buku pengetahuan secara lisan dan tulis

dengan memperhatikan kaidah kebahasaan atau aspek lisan. Oleh karena itu,

5
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan menyusun

teks laporan hasil observasi melalui model pembelajaran sinektik siswa kelas

VII.A SMP Santa Theresia Pangkalpinang”.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimanakah

peningkatan keterampilan menyusun teks laporan hasil observasi melalui model

pembelajaran sinektik siswa kelas VII.A SMP Santa Theresia Pangkalpinang?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap

strategi pembelajaran, khususnya model pembelajaran sinektik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

1) dapat meningkatkan inovasi metode pembelajaran di dalam kegiatan

proses belajar mengajar;

2) dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang prosedur

penelitian teks laporan hasil observasi;

3) merupakan tolok ukur keberhasilan siswa dalam meningkatkan

keterampilan siswa menyusun teks laporan hasil observasi.

b. Bagi siswa

1) dapat mengukur tingkat kompetensi siswa dalam memahami teknik

penyusunan teks laporan hasil observasi;

6
2) dapat memberikan pengetahuan secara mendalam kepada siswa terkait

model pembelajaran sinektik yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

c. Bagi sekolah

1) sebagai sarana evaluasi terhadap pelaksanaan kinerja sekolah dalam

meningkatkan pelayanan pendidikan bagi siswa;

2) sebagai alat penentu kebijakan sekolah, khususnya tentang upaya

meningkatkan sumber daya guru dan profesi guru.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Perlu diketahui bahwa penelitian ini dilandasi pada berbagai teori. Adapun

teori-teorinya adalah hakikat pembelajaran menyusun teks laporan hasil observasi,

dan hakikat model pembelajaran sinektik.

A. Hakikat Keterampilan Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi

Pada hakikatnya menulis merupakan kegiatan memberi bentuk kepada

segala sesuatu yang dipikirkan. Melalui pikiran, segala sesuatu yang dirasakan,

yaitu berupa rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang disusun sebaik-baiknya.

Jadi, dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang yang

membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang ada di pikirannya dengan

melibatkan perhatian para pembacanya.


Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu

menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu

gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan,

misalnya kemampuan memahami apa yang akan dikomunikasikan, penggunaan

unsure-unsur bahasa, kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk

karangan, dan juga pemilihan gaya bahasa yang tepat.


Ada 4 jenis tulisan menurut Gillie, Susan, dan Mumford (1996), yaitu

deskripsi, narasi, ekposisi dan persuasi. Deskripsi adalah penulisan dengan

penggambaran obyek dengan memanfaatkan lima panca indera, yaitu penglihatan,

pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa. Fokus penulisan tergantung pada hal

pancaindera mana, umur pembaca dan emosi pembaca yang akan ditunjukkan

kepada pembaca.

8
Narasi adalah bercerita. Penulisan ini digunakan untuk menjelaskan suatu

keadaan dan melestarikan sejarah dan juga untuk menghibur pembaca. Selain itu,

eksposisi adalah penulisan untuk untuk menjelaskan suatu proses atau ide-ide.

Dalam penulisan ini dibutuhkan hal yang rinci tentang suatu proses ataupun

penjelasan dari suatu definisi. Jenis tulisan yang keempat adalah persuasi. Jenis

tulisan ini berisi untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu.


Dalam proses menulis, penekanan terletak pada keseimbangan antara

proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan

melalui proses pramenulis, konsep revisi, dan tahap editing (Hermawan,

2015:144) . Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas siswa diharapkan dapat

menghasilkan tulisan yang berkualitas. Seiring pendapat Hermawan (2015:144),

kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus melalui beberapa tahap

yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, tahap perbaikan, dan tahap editing.
1. Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap berpikir sebelum menuliskan sesuatu. Tahap ini

meliputi memahami alasan menulis, pemilihan subjek yang diminati,

memperdalam subjek sehingga mendekati hal yang benar-benar diinginkan

Setelah memperdalam subjek, penulis mengumpulkan ide-ide. Satu hal dalam

tahap ini adalah perlu dipertimbangkannya calon pembaca yang akan membaca

tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu konsep yang penting untuk dapat

memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti.


Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami

untuk siswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua atau bahkan tulisan

tersebut adalah untuk ilmuwan. Dengan memahami calon pembacanya, penulis

akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga

pembacanya akan mudah memahaminya.


2. Tahap penulisan

9
Tahap ini ini berarti penulis mulai untuk mengorganisasi semua ide-ide

yang ada ke dalam kesatuan tulisan yang saling berkaitan. Ada tiga hal yang

dilakukan dalam tahap ini, yaitu memulai dan mengakhiri tulisan dengan jelas,

menuliskan suatu pernyataan atau suatu pendapat dengan jelas, dan menuliskan

kalimat-kalimat dengan lancar dimana unsur koherensi dan kohesi antar paragraf

harus diperhatikan.
Dengan melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan

akan dapat menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya. Tulisan yang

berkualitas juga memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola

pendahuluan, isi, dan kesimpulan.


Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk mau

membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada

pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk

bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin

disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik

tulisan tersebut.
Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah simpulan. Bagian ini adalah

menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi dengan

tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga berisi

tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek kembali

tulisannya.
3. Tahap perbaikan
Pada tahap ini seorang penulis dapat memberikan tambahan-tambahan

berupa ide dan hal-hal yang spesifik. Selain itu, penulis dapat menggunakan fakta-

fakta, gambaran fisik, dan pengalaman yang dapat meningkatkan ide pokok. Di

10
sinilah penulis berkesempatan untuk berpikir bagaimana membuat tulisannya

lebih menarik pembaca untuk membaca.


Di dalam tahap ini pula, penulis dapat mengecek ulang apakah sudah

tercapai tujuan dari suatu tulisan yang akan disampaikan oleh pembaca dengan

contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan ini, seorang penulis

dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya atau teman.


Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena teman

sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca dari

tulisan tersebut. Akan tetapi, hal ini bukan berarti semua masukan atau saran dari

teman tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan bagi

sempurnanya suatu tulisan.


4. Tahap editing
Seorang penulis dapat membaca kembali, mengubah dan memperkuat

tulisannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dari calon pembacanya dan

mempertimbangkan tujuan dari penulisan tersebut. Selain dua pertimbangan di

atas, penulis juga dapat mengecek tata bahasa dengan mengurangi kesalahan tata

bahasa, kosakata atau kesalahan susunan kalimat.

Teks laporan hasil observasi merupakan teks yang berisi penjabaran

umum/melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks laporan

(report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat klasifikasi mengenai

jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Jenis teks ini mendeskripsikan

atau menggambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta

kita.
Pada umumnya teks laporan hasil observasi memiliki bentuk yang hampir

sama dengan teks deskripsi, tetapi sebenarnya sifat kedua teks tersebut berbeda.

11
Teks laporan menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta apa adanya

tanpa ada opini/pendapat penulis. Kemudian, teks deskripsi menggambarkan

secara khusus (unik dan individual) dan menggambarkan sesuai dengan sudut

pandang penulis.
Struktur teks laporan hasil observasi adalah definisi umum, deskripsi

bagian, dan deskripsi manfaat. Sementara itu, ciri bahasa yang ada dalam teks

laporan hasil observasi adalah konjungsi, kalimat deskriptif, kata rujukan, kata

berimbuhan, frasa. Ciri-ciri teks laporan hasil observasi antara lain adalah:
a) harus mengandung fakta dan bersifat objektif;
b) harus ditulis sempurna dan lengkap;
c) tidak memasukkan hal-hal yang menyimpang, mengandung prasangka, atau

pemihakan;
d) disajikan secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot,

maupun susunan logis.

B. Hakikat Pendekatan Sinektik

Sinektik dalam bahasa Yunani synection memiliki arti menghubungkan

atau menyambung atau penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang

berbeda-beda. Menurut Azhar (2011:59) sinektik berarti strategi

mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk

memperoleh satu pandangan baru. Aunurrahman (2010: 162) berpendapat

sinektik merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh Azhar

pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas.

Lebih lanjut, Aunurrahman (2010: 146) menyatakan bahwa model

pembelajaran sinektik dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan

12
melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Lebih lanjut, pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat

rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan

kegiatan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau

di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Brady (dalam Aunurrahman, 2010:146) menyatakan bahwa model pembelajaran

dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing

guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Gordon (dalam Aunurrahman, 2010: 162-163) menggagas model

sinektik dalam empat gagasan yang intinya menampilkan perubahan pandangan

konvensional tentang kreativitas:

1) kreativitas itu penting bagi kehidupan sehari-hari bukan kegiatan yang luar

biasa seperti seni, musik, dan penemuan baru. Kreativitas berlangsung

pemecahan masalah, ekspresi-kreatif, empati, insight dalam hubungan sosial.

Proses kreativitas bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, malainkan dapat

dipelajari dan dimanfaatkan dalam kehidupan sekarang maupun yang akan

datang.

2) kreativitas tercipta disegala bidang dan menunjukkan adanya hubungan yang

erat dengan sains dan seni.

3) peningkatan berpikir kreatif individu dan kelompok melalui ide-ide dan

produk di berbagai hal.

Model pembelajaran ini merupakan upaya pemahaman menyusun teks

laporan hasil observasi melalui proses metafora dan analogi yang menekankan

keaktifan dan kreativitas siswa.

13
Prinsip yang harus dipegang dalam menggunakan model sinektik adalah

sebagai berikut.

1) Jangan membatasi pengalaman yang mungkin diperoleh siswa!

2) Hormati gagasan yang muncul!

3) Jangan takuti siswa dengan hal ujian!

4) Biarkan imajinasi siswa berkembang tanpa ada batasan!

5) Berikan ruang untuk beradu pendapat!

6) Pancing ide-ide kreatif dan produktif mereka!

Dalam model sinektik ini sangat menitikberatkan proses kreatif pada

unsur metafora, yang menurut Joyce dan Weil mampu memperkenalkan jarak

konseptual antara siswa dengan mata pelajaran yang menunjang motivasi dan

imajinasi serta memecahkan masalah (solving the problem) (Waluyo, 2001:

187). Menurut Waluyo (2001: 187), ada tiga langkah dalam model sinektik ini,

yaitu sebagai berikut.

1) Analogi Langsung (direct analogy)

Analogi langsung memerlukan penjajaran masalah yang dihayati setelah

membaca atau menonton sesuatu secara paralel. Pada analogi langsung

dibedakan objek atau konsep sederhana dan tekanan pada pertentangan. Ada

dua tahap analogi langsung, yaitu:

a) menciptakan suatu yang baru;

b) menciptakan keanehan (kejutan), untuk menciptakan keanehan-keanehan unsur

metafora dan analogi tetap sangat diperlukan.

2) Analogi Personal (personal analogy)

14
Proses analogi langsung akan menghasilkan analogi personal, yang harus

dicatat dan dianalisis secara personal. Dalam hal ini siswa akan mengidentifikasi

masalah yang dibahas. Siswa harus mencoba berpikir dan merasa, bagaimana

seandainya siswa menjadi penulis. Keterlibatan siswa secara individual dalam

model sinektik melalui empat tahap analogi personal, yaitu:

a) mendeskripsikan fakta;

b) mengidentifikasi fakta dengan kenyataan;

c) mengidentifikasi empati dengan sesuatu yang hidup (indera),

d) identifikasi empati dengan benda mati.

3) Konflik Tempaan (compressed conflict)

Analogi personal akan menghasilkan konflik tempaan, yang akan

mempertahankan dua sudut pandang yang berbeda. Dengan konflik tempaan,

siswa dapat memahami apa yang telah dibaca atau dilihat dari dua sudut

pandangan yang berbeda. Dengan konflik tempaan juga akan ditemukan

pengertian atau wawasan baru.

Pembelajaran dengan menggunakan model sinektik memiliki langkah-

langkah pembelajaran yang terarah. Aunurrahman (2010: 163) menjelaskan

penerapan model sinektik dalam proses pembelajaran dilakukan melalui enam

tahap, yaitu sebagai berikut.

a) Guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang.

b) Siswa mengembangkan berbagai analogi, kemudian memilih satu di antara

analogi tersebut kemudian mendeskripsikan dan menjelaskan secara

mendalam.

c) Siswa menjadi bagian dari analogi yang dipilihnya pada tahap sebelumnya.

15
d) Siswa yang mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari

yang dihasilkannya pada tahap dua dan tiga, kemudian menemukan

pertentangan-pertentangan.

e) Siswa menyimpulkan dan menentukan analogi-analogi tidak langsung lainnya

f) Guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula yang

menggunakan analogi-analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh

pengalaman sinektik.

Adapun tahapan strategi pertama model pembelajaran sinektik dari

rancangan Gordon (dalam Joyce, 2009: 258), adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Tahapan Strategi Pertama Model Pembelajaran Sinektik

Tahap Pertama: Tahap Kedua:


Mendeskripsikan Situasi Saat Ini Analogi Langsung
Guru meminta peserta didik untuk Peserta didik mengusulkan analogi-
Mendeskripsikan situasi Atau Topik analogi langsung, memilihnya, dan
seperti yang mereka lihat saat ini mengeksplorasi (mendeskripsikan)
lebih jauh

Tahap Ketiga: Tahap Keempat:


Analogi Personal Konflik Padat
Peserta didik “menjadi analogi” yang Peserta didik mengambil deskripsi-
telah mereka pilih dalam tahap kedua deskripsi dari tahap kedua dan ketiga,
tadi mengemukakan beberapa analogi
konflik padat, dan memilih salah
satunya.

Tahap Kelima: Tahap Enam


Analogi Langsung Memeriksa Kembali Tugas Awal
Peserta didik membuat dan memilih Guru meminta peserta didik kembali
analogi langsung yang lain, yang pada tugas atau masalah awal dan
didasarkan pada analogi konflik padat. menggunakan analogi terakhir dan atau
seluruh pengalaman sinektiknya.

16
2.4 Kerangka Berpikir

Kesulitan utama yang dihadapi siswa adalah menyusun teks laporan hasil

observasi. Kemampuan menulis merupakan salah satu kompetensi pembelajaran

bahasa Indonesia. Kemampuan menulis masih kurang mendapat perhatian dan

kurang menarik perhatian siswa. Dengan kemampuan menulis yang baik

diharapkan siswa menyampaikan informasi atau pesan dalam tulisan yang mereka

susun. Permasalahan menulis tersebut tidak lepas dari beberapa faktor, yaitu

terkait dengan guru, siswa, dan model pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

menyusun teks laporan hasil observasi adalah menggunakan model pembelajaran

sinektik. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir kritis dan berbagi

informasi kepada siswa yang lain. Penggunaan model pembelajaran diharapkan

mampu mempermudah siswa dalam memahami materi teks laporan hasil

observasi sehingga keterampilan siswa akan meningkat.

Model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat

dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi pembelajaran,

melatih siswa bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain, melatih siswa

untuk berinteraksi dengan baik dengan teman sekelas, memperdalam dan

mempertajam pengetahuan siswa melalui model pembelajaran sinektik.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan

berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan secara umum adalah

untuk memperbaiki pembelajaran berbasis teks dalam Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia di SMP, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut.

1. Untuk mengukur peningkatan hasil belajar dan partisipasi siswa kelas VII.A

SMP Santa Theresia Pangkalpinang, dalam belajar teks laporan hasil observasi.

2. Untuk mengetahui efektivitas dan dampak model pembelajaran sinektik dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.A SMP Santa Theresia

Pangkalpinang.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

18
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII.A SMP

Santa Theresia Pangkalpinang dengan waktu penelitian yang dilakukan pada

bulan September 2019 semester gasal tahun pelajaran 2019/2020. Pemilihan

lokasi (tempat) penelitian ini dilatarbelakangi bahwa peneliti mengajar di kelas

tersebut. Selain itu, kelas VII.A tergolong kelas heterogen, sesuai dengan teknik

yang harus dilakukan dalam model yang diterapkan dalam proses pembelajaran.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah: (1) Masih ditemukan

siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun teks laporan hasil observasi,

(2) untuk meningkatkan predikat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran

bahasa Indonesia yang berbasis teks, (3) memberikan pengetahuan tambahan

kepada siswa tentang model pembelajaran sinektik.

C. SUBJEK PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Santa Theresia

Pangkalpinang yang terdiri atas 16 kelas, tetapi yang menjadi subjek penelitiannya

adalah siswa kelas VII.A sebanyak 32 siswa, terdiri atas 16 siswa putra dan 16

siswa putri.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat kriteria sebagai

berikut.

1. Kriteria catatan refleksi peneliti

Kriteria catatan refleksi peneliti bertujuan mencari jawaban pertanyaan

mengapa, bagaimana, dan sejauh mana intervensi telah mengahasilkan perubahan

secara signifikan.

19
2. Kriteria penilaian menyusun teks laporan hasil observasi

Kriteria penilaian menyusun teks laporan hasil observasi dalam PTK ini

dibuat dalam format sebagai berikut.

Tabel 1 Format Penilaian Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi


Kriteria penilaian menyusun teks laporan hasil observasi
Struktur teks Ciri bahasa teks laporan hasil observasi
laporan hasil
observasi Deskripsi manfaat
Deskripsi bagian

kalimat definisi
Definisi umum

Kata rujukan

Kata berimbuhan

ejaan
konjungsi
Kalimat deskriptif
(frasa)Kelompok kata
No.

Tabel 2 Format Pemberian Nilai


No Aspek yang dinilai Skor Bobot
Definisi umum
a. Menuliskan pembukaan dalam teks 3
sesuai dengan hasil pengamatan.

b. Menuliskan pembukaan dalam teks 2


1.
kurang sesuai dengan hasil pengamatan.

c. Menuliskan pembukaan dalam teks tidak 1


sesuai dengan hasil pengamatan.

20
Deskripsi bagian
a. Mendeskripsikan hasil pengamatan 3
dengan isi yang sangat komunikatif dan
mudah dipahami.

Struktur teks laporan hasil observasi b. Mendeskripsikan hasil pengamatan 2


dengan isi yang kurang komunikatif dan
tidak dipahami.

c. Mendeskripsikan isi yang tidak relevan 1


dengan hasil pengamatan.
Deskripsi manfaat
a. menuliskan kesimpulan isi teks dengan 3
jelas.

b. Menuliskan kesimpulan isi teks kurang 2


jelas.

c. Menuliskan kesimpulan tidak sesuai 1


dengan isi teks
Ciri bahasa teks laporan hasil observasi

2. Kata rujukan
a. Menuliskan kata rujukan dalam teks 3
dengan tepat.
b. Menuliskan kata rujukan dalam teks 2
kurang tepat.
c. Menuliskan kata rujukan dalam teks tidak 1
tepat.
Kelompok kata (frasa)
a. Menuliskan frasa dalam teks dengan 3
tepat.

b. Menuliskan frasa dalam teks kurang 2


tepat.

c. Menuliskan frasa dalam teks tidak tepat. 1


Kata berimbuhan
a. Menuliskan kata berimbuhan dalam teks 3
dengan tepat.

b. Menuliskan kata berimbuhan dalam teks 2


kurang tepat.

c. Menuliskan kata berimbuhan dalam teks 1


tidak tepat.

21
Kalimat deskriptif
a. Menuliskan kalimat deskriptif dalam teks 3
dengan tepat.

b. Menuliskan kalimat deskriptif dalam teks 2


kurang tepat.

c. Menuliskan kalimat deskriptif dalam teks 1


tidak tepat.
Konjungsi
a. Menuliskan konjungsi dalam teks dengan 3
tepat.

b. Menuliskan konjungsi dalam teks kurang 2


tepat.

c. Menuliskan konjungsi dalam teks tidak 1


tepat.
Kalimat definisi
a. Menuliskan kalimat definisi dalam teks 3
dengan tepat.

b. Menuliskan kalimat definisi dalam teks 2


kurang tepat.

c. Menuliskan kalimat definisi dalam teks 1


tidak tepat.
Ejaan
a. Menuliskan ejaan dalam teks dengan 3
tepat.

b. Menuliskan ejaan dalam teks kurang 2


tepat.

c. Menuliskan ejaan dalam teks tidak tepat. 1


3. Kriteria hasil wawancara dengan siswa

Kriteria hasil wawancara dengan siswa merupakan catatan hasil

wawancara antara peneliti dan siswa yang bertujuan untuk mengetahui apa,

bagaimana pengalaman siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan

model sinektik.

4. Kriteria catatan kolabolator

22
Kriteria ini adalah hasil catatan teman sejawat tentang sejauh mana

tindakan telah membawa perubahan apa dan dimana letak perubahan itu terjadi,

mengapa demikian, apa kelebihan dan kekurangannya serta langkag-langkah

perbaikan yang harus dilakukan.

E. PROSEDUR PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari

empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari

tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti,

apabila PTK-nya tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk

siklus kedua.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan

kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk

menyakinkan/menguatkan hasil. Akan tetapi, umumnya kegiatan yang dilakukan

pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan

terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau

kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.


Dengan menyusun rancangan untuk untuk siklus kedua, maka guru dapat

melanjutkan dengan tahap-tahap kegiatan seperti pada siklus pertama. Jika sudah

selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan

dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.

Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus

tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak

kurang dari dua siklus.


Skema siklus pembelajaran pada penelitian tindakan kelas

permasalaha Perencanaan Pelaksanaan


n tindakan I tindakan I

23
Siklus I

Pengamatan/
Refleksi I pengumpulan data

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan tindakan II tindakan II
baru hasil
Siklus II
refleksi
Pengamatan/
Refleksi pengumpulan data
Dilanjutkan ke II
Apabila siklus berikutnya
permasalahan
belum terselesaikan
Adapun keempat tahap yang dimaksud di atas dalam siklus pembelajaran

di PTK dipaparkan berikut ini.

a. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut dilakukan.. pada tahapan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatiann khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah

instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindkan

berlangsung.
b. Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran

akan diterapkan yang sebelumnya telah dilatihkan kepada si pelaksana tindakan

(guru) untuk diterapkan di dalam kelas sesuai skenarionya.


c. Pengamatan atau observasi
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan sifat pelaksanaan.

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung.

24
d. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.


Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap

hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan proses pengkajian ulang melalui

siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindkan ulang, daan

pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins, 1993).


F. JADWAL PENELITIAN
Penelitian tindakann kelas ini dilaksanakan secara terencana oleh peneliti.

Lama penelitian dilakukan selama tiga bulan pada semester gasal dengan asumsi

bahwa peneliti dapat menghasilkan hasil peningkatan belajar siswa dengan data yang

akurat. Adapun rangkaian kegiatan dalam jadwal penelitian ini disajikan pada tabel di

bawah ini.

Agustus September Oktober


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal penelitian √
2. Penyusunan rencana
√ √
pembelajaran (revisi)
3. Sosialisasi dan pengkondisian
√ √
kelas
4. Pelaksanaan tindakan kelas √ √
5. Refleksi √ √
6. Penyusunan laporan penelitian
√ √
(sementara-final)

25
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaan. Bandung: Alfabeta


Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Puisi. Bandung: Nuansa.

Arikunto, Sunarsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; PT. Bumi
Aksara.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran Bahasa: Rajawali Pers.

Joyce, Weil. 2009. Model-model Pengajaran. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta; PT. Indeks.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Wahana


Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

-------. 2013. Salinan Lampiran Permendikbud No. 68 th. 2013 ttg Kurikulum
SMP-MTs. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang, Gunawan. 2012. Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung; Sayaga


Tama.

Waluyo, Herman. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta. PT


Hanindita Graha Widya.

26

Anda mungkin juga menyukai