Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi yang
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis,
klasifikasi dermatitis belum ada kesepakan yang pasti. Salah satu jenis dermatitis
berdasarkan bentuk adalah dermatitis nummular nama lainnya adalah ekzem discoid,
ekzem nummular, nummular eczematous dermatitis. Terdapat juga beberapa klasifikasi
lain dermatitis yang berdasarkan lokasi kelainan, penyebab, usia , faktor konstitusi.
Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap
dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval
berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul
disertai vesikel yang biasanya mudah pecah. Dermatitis nummular angka kejadiannya pada
usia dewasa lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55
dan 65 tahun. Penyakit ini jarang pada anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun,
hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya
cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan dan
diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita dermatitis itu
sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi tingkat kekambuhan dari

1
penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis tertarik untuk membahas lebih jauh
mengenai diagnosis dan pengobatan pada pasien dengan dermatitis numularis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan ekzem nummular, ekzem discoid,
neurodermatitis nummular merupakan dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang
(coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis juga merupakan peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan
kimia (detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,
jamur), maupun faktor endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan
keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya
beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan menjadi kronis.

2.2 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 55 dan 65 tahun, pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak
biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, hanya
sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium penyakit dan bentuk.. Dermatitis numularis termasuk ke dalam
pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa
lesi berbentuk mata uang.

2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor
yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit ini, diduga stafilococcus dan micrococcus
ikut berperan didalamnya, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda infeksi
secara klinis tidak tampak, mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi
terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak

3
mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya
alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma
fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada
bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dan
minuman yang mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi.
Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula memicu kekambuhan.

2.4 Patogenesis

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan
dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan
dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan
gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan
pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien
dengan usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus
alergi. Barrier pada kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk
terjadinya dermatitis kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena
pada dermatitis numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran
mast cell pada proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell
pada area lesi dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita
dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik
yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis atopik dengan
mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi
neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien dengan dermatitis numular. Peneliti
mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari
mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal.
Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf,
meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi
P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non
lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan
sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah menunjukkan
bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas
enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan

4
protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk
menekan proses inflamasi.

Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum


rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan CGRP
(calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf sensoris kulit,
sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan
bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Dermatitis
pada orang dewasa tidak berhubungan dengan ganggguan atopi. Pada anak, lesi numularis
terjadi pada dermatitis atopik.

2.5 Manifestasi Klinis


Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa
vesikel dan papulovesikel (0.3-0.1 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi
atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi. Kemudian mengering menjadi kusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat
mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan
menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular, bahkan
plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.
Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali
kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat
yang mengalami trauma (fenomena kobner).
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
 Timbul rasa gatal
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada tangan dan kaki.
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
 Kulit bersisik atau ekskoriasi.

5
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi.
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan, yaitu;

1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.

Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-
jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka
bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.

2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.

Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel
yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada
bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan
ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan
biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan
sering ke badan.

3. Dermatitis numular bentuk kering.


Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena di
sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan
bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar
eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali
dengan bentuk dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi
atau remisi yang sulit diobati.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada
kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit
penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Misalnya pemeriksaan darah rutin, urin
rutin, dan pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral. Pemeriksaan rontgen dada mungkin

6
dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang memberikan indikasi untuk dilakukan
pemeriksaan.

Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk


membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan patch
test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk
membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan
di tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk
menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang,
limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur,
hipergranulosis, dan hyperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas
fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis
mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar
sel mast di dermis tipe MCTC (mast cell tryptase), berisi triptase.

2.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dari dermatitis numularis didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan pasien
akan mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-kadang bervariasi
gatalnya, sedangkan pada anamnesis untuk pasien atopi lebih sering pada wanita muda
dengan dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda yang terdapat
pada pasien seperti adanya gambaran vesikel dan papul dengan predileksi dibagian
ekstremitas terutama dibagian ekstensor, sedangkan pada wanita lebih sering mengenai
pada bagian ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga
dapat dilihat lesi plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada
dasar eritematus. Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya
normal tetapi kadang-kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat berbentuk anular. Plak
kronis kering, berskuama dan likenifikasi. Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid
merupakan variasi dermatitis nummular. Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis dermatitis numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan menggunakan Patch test ini dilakukan pada kasus rekalsitran kronis
untuk menyingkirkan dermatitis kontak. Di India 50% Patch Test positif dengan

7
colophony, mitrafurozon, neomisin sulfat dan nikel sulfat. Bisa juga pemeriksaan IgE
serum dengan hasil normal, kemudian pemeriksaan Histo PA.

2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :
1. Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya terjadi pada
masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien dengan lesi pada
tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.

Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan daerah dada.

2. Dermatofitosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit,yakni pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku yang disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis
dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh,
tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat
dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Bentuk lesi tinea korporis

8
3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui.
Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim
semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular.
Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang
lain. Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara
dan biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah
muda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir
antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.

Gambar 3. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan mengikuti
garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.

4. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama yang
kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.

Gambar 4. Psoriasis

9
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab atau faktor yang
memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.

1. Melindungi kulit dari trauma.

Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma
pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.

2. Emollients.

Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada


kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream,
gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.

Pengobatan topikal:

1. Obat Antiinflamasi.

Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi


kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan contohnya triamcinolone
0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dilakukan kompres dengan
larutan permanganas 1:10.000.

Pengobatan Sistemik

1. Antibiotik

Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.

2. Antihistamin oral.

Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin golongan H1,


misalnya hidroksisin HCl.

10
3. Steroid sistemik.

Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya diberikan


dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis oral 40-60 mg
selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan
tapering off. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum
sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan
emolilients.

2.9 Prognosis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit
dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari
faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang
dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.
Dari data pengamatan, didapatkan 22% sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu
hingga tahun, dan 53% tidak bebas lesi tanpa pengobatan.

11
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
Nama : Ni Ketut Sudani
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Br. Padang Tegal, Mekar Sari, Gianyar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 29 November 2013
No HP : 087861732022

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama: Gatal pada tangan kanan dan kiri
Perjalanan Penyakit:
Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama gatal pada tangan
kanan dan kiri yang dirasakan sudah semenjak 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal yang
dirasakan pasien dimulai dari sela-sela jari kemudian meluas ke bagian tangan atas. Setelah
gatal muncul seperti gelembung kecil-kecil dan sangat gatal. Tiap kali pasien menggaruk
area yang gatal maka akan muncul seperti luka baru dan keluar seperti cairan. Gatal ini
biasanya dirasakan muncul secara tiba-tiba, gatal dirasakan seperti tersengat ular bulu dan
sangat gatal yang tidak tertahankan sehingga apabila gatal muncul pasien akan
menggunakan salep untuk meringankan keluhannya. Pasien juga mengatakan tiap kali
selesai mencuci pakaian pasien merasakan panas ditangannya dan sehabis itu muncullah
perih dan gatal.

12
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami sakit yang sama seperti yang dialami oleh
pasien sekarang. Riwayat alergi makanan, obat, dan asma disangkal. Riwayat tekanan
darah tinggi, penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya sudah sempat berobat ke puskesmas yang berada dekat dengan
rumahnya dan diberikan obat minum dan salep namun pasien tidak mengetahui nama obat
yang diberikan. Pasien setiap kali menggunakan salep yang diberikan dari puskesmas
tersebut merasakan perih namun gatal dapat berkurang. Tapi beberapa lama kemudian
pasien merasakan kembali gatal, pasien menyatakan obat yang diberikan dari puskesmas
hanya menghilangkan gatalnya untuk sesaat dan keluhan pasien masih menetap.

Riwayat keluarga, sosial dan lingkungan:


Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Dalam
keseharian pasien merupakan ibu rumah tangga, sehari-hari pasien melakukan aktifitasnya
sendiri seperti memasak, mencuci dan mengurus rumahnya. Pasien mengatakan bila
mencuci pakaian sering menggunakan deterjen yang tidak menentu tergantung apa yang
dapat pasien beli di warung, pasien juga sering merasakan tidak nyaman pada tangannya
tiap kali habis mencuci pakaian. Untuk kebiasaan mandi biasanya pasien biasanya sehari
dua kali pasien menyangkal sering mengganti-ganti sabun mandinya, pasien sering
menggunakan sabun citra. Sedangkan untuk handbody pasien jarang mengganti body
lotion, pasien menggunakan bodylotion awalnya adalah adalah marina kemudian diganti
menjadi bodylotion citra namun dari perubahan tersebut pasien tidak pernah mengalami
gatal ataupun kelainan pada kulitnya. Kebiasaan berolahraga disangkal oleh pasien selain
itu pasien juga tidak memiliki alergi terhadap makanan yang dimakan. Dikeluarga pasien
juga tidak ada yang memiliki riwayat atopi dan penyakit kronis lainnya.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran (GCS) : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit

13
Respirasi : 20 x/menit

Status General:
Kepala : normochepali
Mata : anemia -/-, ikterus -/-
THT : Dalam batas normal
Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Dermatologi:
Lokasi : Antebrachialis- carpalis dextra sinistra.
Effloresensi : Plak eritema bentuk bulat- lonjong ukuran nummular hingga plakat pada
permukaan tampak vesikel papul dengan erosi ekskoriasi dan skuama halus
berwarna putih simetris pada regio antebrachialis- carpalis dextra sinistra.

14
3.4 RESUME
Pasien dengan inisial NKS jenis kelamin perempuan pekerjaan ibu rumah tangga datang ke
poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama gatal pada bagian tangan. Gatal
awalnya dirasakan dibagian sela jari kemudian meluas di kedua tangan ditempat garukan
akan muncul seperti gelembung kecil dan pecah sendiri, gatal muncul tiba-tiba. Gatal
dirasakan seperti tersengat ular bulu, biasanya gatal akan lebih membaik bila pasien
mengoleskan salep yang didapatkan dari puskesmas, karena sebelumnya pasien sempat
untuk berobat ke puskesmas namun tidak membaik. Selain itu pasien juga merasakan perih
dibagian tangan setiap kali selesai mencuci pakaian setelah perih akan timbul gatal yang
disertai dengan gelembung kecil-kecil. Sebelumnya pasien belum pernah merasakan gatal
yang seperti pasien rasakan sekarang. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki keluhan
yang sama dengan pasien. Untuk riwayat atopi disangkal oleh pasien maupun oleh
keluarga pasien. Riwayat alergi makanan dan alergi obat-obatan disangkal oleh pasien.
Dari efloresensi didapatkan plak eritema bentuk bulat- lonjong ukuran nummular hingga
plakat pada permukaan tampak vesikel papul dengan erosi ekskoriasi dan skuama halus
berwarna putih simetris pada regio antebrachialis- carpalis dextra sinistra.

3.5 DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis numularis
2. Dermatitis kontak alergika
3. Dermatitis atopik
4. Neurodermatitis sirkumskripta
5. Tinea korporis

15
6. Psoriasis

3.6 DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis Numularis

3.7 PENATALAKSANAAN
 Sistemik
Mebhydroline 50 mg @ 8 jam
 Topikal
Inerson cream 2x1
 KIE
Menghindari faktor-faktor yang dicurigai sebagai penyebab timbulnya gatal tersebut.
Jaga kebersihan dan menjaga asupan nutrisi serta hindari hal-hal yang membuat
pikiran berat untuk bekerja sehingga menimbulkan stress.

3.8 PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam hal ini dibuktikan dengan pengobatan
yang cepet oleh pasien.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap


dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval
berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Untuk menegakkan
diagnosis pasien di mulai dari anamnesis didapatkan pasien akan mengeluhkan sangat
gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-kadang bervariasi gatalnya. Dermatitis
numularis cenderung hilang- timbul ada pula yang terus menerus kecuali dalam periode
pengobatan. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena
kobner). Pada anamnesis untuk pasien atopi lebih sering pada wanita muda dengan
dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda yang terdapat pada
pasien seperti adanya gambaran vesikel dan papul dengan predileksi dibagian ekstremitas
terutama dibagian ekstensor, sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada bagian
ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilihat lesi
plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar eritematus.
Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya normal tetapi kadang-
kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat berbentuk anular. Plak kronis kering,
berskuama dan likenifikasi.
Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis nummular.
Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dermatitis
numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan patch test
ini dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis kontak . Dalam
kasus didapatkan adalah pasien dengan keluhan gatal pada bagian tangan, pasien
merupakan pasien perempuan dengan pasien ini umur pasien adalah 55 tahun. Kemudian
gatal dirasakan hilang timbul dan sewaktu-waktu, pasien juga merasakan akan timbul luka
dan gelembung kecil dibagian garukan disertai dengan kemerahan dan munculnya bilateral
pada tangan jumlah lukanya pun lebih dari satu dengan permukaan luka tampak basah
apabila gelembung kecil pasien pecah.
Berdasarkan teori dan kasus, dalam hal ini sudah sesuai antara teori yang
dikemukakan dan kasus yang didapatkan banyak persamaan baik dari segi anamnesis yaitu
usia dan tempat predileksi sesuai dengan teori selain itu didapatkan juga keluhan utama
yaitu gatal, pemeriksaaan fisik juga ditemukan banyak kesamaan yaitu adanya lesi yang

17
berbentuk seperti koin pada bagian tangan dengan dasar kemerahan, namun disini lesi yang
ditemukan dalam kondisi kering tidak basah (oozing). Sedangkan untuk pemeriksaan
penunjang tidak dapat dilakukan hal ini diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas
laboratorium yang memadai. Berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
dengan menyesuaikan antara teori dan kasus yang didapatkan sehingga dapat menarik
kesimpulan kearah diagnosis dermatitis numularis serta melakukan diagnosis banding
dengan kemungkinan diagnosa yang lain dengan melihat dari anamnesis dan hasil yang
didapatkan berdasarkan dari pemeriksaan fisik yang ada.
Setelah didapatkan diagnosis dilakukan pengobatan sesuai dengan teori terapi pada
dermatitis numularis, sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi.
Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati dengan
obat anti-inflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik
secara sistemik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1,
yaitu misalnya hidroksisin HCl.
Dalam teori sudah disebutkan pengobatan sesuai dengan lesi yang didapatkan baik itu
dengan penggunaan topical maupun dengan sistemik dalam kasus ini pengobatan yang
diberikan kepada pasien adalah sistemik dengan pemberian mebhydroline 50 mg @ 8 jam,
kemudian diberikan juga obat topical golongan kortikosteroid poten inerson cream 2x1.
Pengobatan antara teori dan kasus sudah sesuai ini dibuktikan dengan pemberian
antihistamin untuk mengurangi gatal pasien dan pemberian kortikosteroid yaitu inerson
dalam sediaan topikal karena luka pasien tergolong kering. Hal ini sesuai karena pada
kasus lesi pasien tidak basah sehingga tidak diperlukan kompres larutan permanganas
kalikus 1:10.000, selain itu pemberian antibiotik juga tidak diperlukan karena pasien tidak
terdapat tanda-tanda infeksi bakteri. KIE juga penting dilakukan oleh setiap dokter untuk
membantu pasien mengurangi faktor-faktor risiko penyebab kekambuhan ataupun sehingga
meminimalkan kejadian kronis atau residif pada pasien. Kesesuaian pengobatan perlu
untuk diperhatikan, selain itu dalam pemilihan pengobatan harus memperhatikan dari jenis
lesi pasien dan sesuai dengan keluhan dari pasien.

18
19
BAB V
SIMPULAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap dengan
keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval berbatas
tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki dengan penggambaran efloresensi
yang polimorfik. Dalam melakukan pengobatan tentulah didahului oleh diagnosis,
ketepatan diagnosis sangat berpengaruh pada efektifitas pengobatan. Dalam mendiagnosis
aspek yang perlu diperhatikan adalah dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dalam kasus yang didapatkan melihat dari segi anamnesis,
pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dermatitis
numularis walaupun ada ketidaksesuaian tahap terakhir yaitu pemeriksaan penunjang
namun dari segi anamnesis dan pemeriksaan penunjang sudah mendukung kearah
diagnosis tersebut. Dari segi diagnosis sudah ditentukan, sekarang merujuk ke pengobatan
dapat disimpulkan pada kasus ini pengobatan yang diberikan sudah sesuai dengan prinsip
pengobatan dermatitis numularis. Kesesuaian pengobatan perlu untuk diperhatikan, selain
itu dalam pemilihan pengobatan harus memperhatikan dari jenis lesi pasien dan sesuai
dengan keluhan dari pasien.

20
Daftar Pustaka

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.
2. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo nodularis. In:
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.
3. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2000.
p.89.
4. Sennang F, Muhlis, Dewiyanti W, Sungowati NK. Nummular Dermatitis Treated
with Corticosteroid and Antibiotic. Medical Faculty of Hasanuddin University;
2013. Available
from:http://journal.unhas.ac.id/index.php/ijdv/article/download/670/570.
Accessed on Nov 28, 2014
5.
6. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of the
British Photodermatology Group. British Journal of Dermatology 2000; 142: 22-31.
7. Meffert J, O’Connor RE. Psoriasis. Medscape; 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall. Accessed on
Nov 7, 2014
8. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of Dermatologists; 2012.
Available from: http://www.bad.org.uk/site/864/default.aspx. accessed on Nov 8,
2014

21

Anda mungkin juga menyukai