Disusun oleh:
4519042039
Universitas Bosowa
MAKASSAR
2019
1
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................ 1
1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
2. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6
3. PENUTUP .............................................................................................................. 16
3.1 Simpulan ........................................................................................................ 16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal
dari pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan
sumbangan baik anggapan maupun materi yang telah mereka kontribusikan.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
saya terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi
makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang pengantar wilayah dan kota
bisa memberi manfaat utaupun inpirasi pada pembaca.
. Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
(Hariyono 2010). Salah satu bentuknya adalah perencanaan penggunaan lahan (land
use planning). Dalam tata ruang dan perencanaan daerah biasanya memiliki jangka
waktu dan diperbaharui setiap 20 tahun sekali, dimana dalam jangka waktu tersebut
perlu dilakukan review-review dan penyesuaian kembali terutama daerah yang
mengalami perkembangan pesat. Perencanaan merupakan sebuah proses yang
berkelanjutan yang menghasilkan keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, tentang
alternatif cara penggunaan sumberdaya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk
mencapai suatu bagian dari tujuan dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan
datang (Conyers dan Hill 1984:3) dalam (Hariyono 2010). Oleh karena itu, sangat
diperlukan suatu kegiatan perencanaan dan pengawasan yang baik dan efisien agar
pertumbuhan dan pembanguan suatu wilayah dapat terarah sesuai dengan yang
direncanakan sehingga mencapai hasil yang optimal dan kelestarian lingkungan tetap
terjaga.
4
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Dalam perencaan wilayah terutama yang menyangkut tingkat pendapatan,
peramalan, merupakan unsur mutlak dalam perencanaan. Artinya setelah
mengetahui kondisi saat ini, harus dibuat proyeksi atau peramalan atas berbagai
variable yang nanti turut berpngaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai. Yang
diramalkan bukan hanya factor internal tetapi juga factor eksternal.
7
Dari berbagai perumusan di atas dapat disimpulkan bahwa inti perencanaan
adalah menetapkan tujuan dan merumuskan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan tersebut. Hanya mengenai langkah-langkah tersebut ada yang diperinci dan
ada yang kurang diperinci. Hal ini adalah sejalan dengan berbagai pengertian
perencaan seperti yang telah dikemukakan terdahulu.
8
identifikasi yang rinci pula ,seperti upaya memaksimalkan keuntungan
perusahaan swasta,meningkatkan tingkat pendapatan nasional, mengurangi
inequalitas regional secara keseluruhan, meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat, mengurangi masalah transportasi, dan sebagainya. Dalam hal ini
perencaan banyak dikaitkan dengan upaya meningkatkan pembangunan.
2. Lingkup Perencanaan
Klasifikasi lain tentang perencaan dapat dilakukan dengan dilihat lingkup
kegiatan yang dipengaruhi. Tinjauan ini cenderung menghasilkan klasifikasi
yang didasarkan pada disiplin ilmu atau profesi tertentu.
3. Spasial
Perencaan dapat ditinjau dari tingkat aktivitas individu, seperti perencanaan
suatu perjalanan atau perencaan petani dalam menanam.
4. Tingkat Operasional Perencaan
Dapat juga klasifikasi perencaan berdasarkan tingkat operasional perencaan,
yaitu perencaan yang didasarkan pada aspek yang dilibatkan di dalamnya,
seperti pada perencaan pembangunan nasional komprehensif.
9
Dalam definisi lain wilayah adalah bagian tertentu dari suatu kesatuan
administratif Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10
a. Sosial
Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan peningkatan
kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga,
petambayan, dan seluruh masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya
dengan mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan kerja serta
menyediakan prasarana-prasarana kehidupan yang baik seperti pemukiman,
papan, fasilitas transportasi, kesehatan, sanitasi, air minum dan lain
lainnya.
b. Ekonomi
Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mempertahankan
kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi
kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik.
c. Wawasan Lingkungan
Pencegahan kerusakan dan pelestarian terhadap kesetimbangan
lingkungan. Aktivasi sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu
dari, atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi
kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan
penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan
kerugian bagi kehidupan manusia, khususnya akibat dampak yang dapat
bersifat tak berubah lagi (irreversible changes). Untuk mencegah hal-hal ini
maka di dalam melakukan pengembangan wilayah, program-programnya
harus berwasasan lingkungan dengan tujuan: mencegah kerusakan,
menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kelestarian alam.
Ketiga azas di atas harus mandapatkan perhatian bersama dan diberikan berat
yang sesuai dengan peran dan pengaruh masing-masing pada program
pengembangan wilayah, agar didapatkan hasil maksimal serta dihindarinya
11
dampak-dampak negatif yang dapat sangat merugikan bahkan meniadakan hasil
yang akan dicapai.
Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling
kompleks. Kebanyakan ilmuan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan
atropologi, ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan
pembuatanya adalah paling penting dan sangat diperhatikan. Hal tersebut
disebabkan karena pemukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari
12
dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan didalamnya. Salah satu definisi lain
kota merupakan suatu entitas yang sistemik atau utuh. Itu hal pertama yang harus
dipakai. Sebagai suatu entitas yang utuh, apa pun realitas kota, merupakan
wahana hidup bagi seluruh warganya, dengan daya dukung material kewilayahan
apa pun yang ada di kota itu. Pada konteks ini, hal mendasar yang harus
diperhatikan adalah, bagaimana sumber daya kota secara material dan
nonmaterial, menjadi wahana hidup bagi seluruh warga.
Menurut Rapoport (1990) dalam Zahnd,2006), suatu kota juga merupakan suatu
pemukiman yang relative besar, padat, dan permanen, terdiri dari kelompok
individu-individu yang heterogen dari segi social. Sedangkan menurut Branch
(1985), suatu kota terdiri dari elemen-elemen yang nyata (tangible), seperti rumah
dan sarana prasarana umum, dan tidak nyata (intangible) seperti kekuatan hukum
dan politik yang membentuk dan membatasi kegiatan. Menurut definisi KBBI ,
13
kota adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung
berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.
Penetapan daerah yang disebut perkotaan menurut BPS mempunyai ciri yaitu :
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih luas lagi
antara lain sebagai berikut.
14
5. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan adanya
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan;
6. Adanya persaingan yang tinggi, diakibatkan dari pola urbanisasi penduduk
dari desa ke kota untuk meningkatkan taraf hidup sehingga persaingan di kota
semakin tinggi serta memenangkan persaingan tersebut menggunakan segala
macam cara;
7. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu
8. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan perprinsip
ekonomi;
9. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap pengaruh luar;
10. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, MS. 2016. Pengembangan Wilayah: Kencana
Drs. Paulus Hariyono, M.T. 2010. Perencanaan Pembangunan Kota Dan Perubahan
Paradigma: Pustaka Pelajar
http://rahmadhani032.blogspot.com/2014/09/makalah-metode-perencanaan-
sistem.html
17