Bidang Ekonomi
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA
1. Peronika Timang_D071201006
2. Rezqytha Widya Sari Rakhmat_D071201020
3. Salsabila Nadira Putri_D071201026
4. Nurul Fhadilah Sari_D071201034
5. Anggita Prameswari Daniela_D071201048
6. Muhammad Fiqih Nurhaq_D071201062
7. Reyhan Axel_D071201076
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
kehendaknya-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari Mata
Kuliah Pendidikan Kewagarganegaraan. Dalam penyelesaian makalah, penulis
banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan dan kurangnya bahan bacaan pribadi untuk dijadikan referensi.
Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya
jika penulis mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena tu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini benar-
benar membuktikan bahwa mahasiswa dapat lebih berperan pada pengembangan
ilmu pengetahuan, pada kenyataan sehari-sehari dan bermanfaat bagi pembaca,
rekan pelajar, serta Bapak Rahmatullah Jafar S.IP., M.Si . Selaku dosen
pengampu mata kuliah.
PENULIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Definisi hak dan kewajiban warga negara serta hak dan kewajiban
warga negara dalam bidang ekonomi?
2. Realita atau kenyataan mengenai harmoni hak dan kewajiban warga
negara dalam bidang ekonomi?
3. Apa masalah yang terjadi terhadap harmoni hak dan kewajiban warga
negara dalam bidang ekonomi?
4. Apa solusi dari masalah hak dan kewajiban warga negara dalam bidang
ekonomi?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mendefinisikan hak dan kewajiban warga negara dalam
bidang ekonomi.
2. Agar dapat mengetahui realita atau kenyataan mengenai hak dan
kewajiban warga negara dalam bidang ekonomi.
3. Agar dapat mengetahui masalah yang terjadi terhadap hak dan
kewajiban warga negara dalam bidang ekonomi.
4. Agar mendapat solusi dari masalah hak dan kewajiban warga negara
dalam bidang ekonomi
1.4 Manfaat
Untuk menambahkan pengetahuan mengenai harmoni hak dan kewajiban
warga negara dalam bidang ekonomi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Devinisi
Hak dan kewajiban warga negara dalam bidang ekonomi menurut UUD
1945
Pasal 27 ayat (2) : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Pasal 33 ayat (3) : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”
Pasal 34 ayat (1) : “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara.”
2.2 Realita
Sistem pemerintahan demokrasi bukan hanya diperuntukkan bagi
negara dalam hal pengelolaan pemerintahan melainkan bidang-bidang
yang berada dalam sebuah negara seperti bidang ekonomi, pendidikan
dan lain sebagainya pun perlu menerapkan prinsip demokratis utamanya
dalam hal penetapan sebuah kebijakan.Telaah kritisMeneropong bidang
ekonomi, pasal 33 ayat 1,2 dan 3 (versi amandemen) UUD 1945 menjadi
kiblat sistem perekonomian di Indonesia yang berbunyi, “(1)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan, (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, (3)
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.Sistem ekonomi yang termaktub dalam pasal 33 UUD 1945
merupakan suatu bentuk ideologi perekonomian yang demokratis
sekaligus tameng dalam menghadapi segala permasalahan ekonomi di
kehidupan bermasyarakat terutama kesenjangan ekonomi yang akan
melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan sosial.Terealisasinya pasal 33
UUD 1945 dengan bijak pada bidang ekonomi di Indonesia tentunya
akan menjadi syarat materil terwujudnya sila ke-5 “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.Prinsip ekonomi yang demokratis dan
berkerakyatan akan tetap menjadi mimpi belaka yang indah, jika
pemangku kebijakan negeri ini tidak mengimplementasikan konsep yang
ada di dalam kehidupan nyata, tapi seorang pemimpin yang amanah, adil,
dan bijaksana adalah ia yang mampu berkomitmen dan konsekuen demi
terwujudnya kesejahteraan bagi orang-orang yang
dipimpinnya.Hematnya, kebijakan dalam sektor ekonomi diorientasikan
pada terwujudnya perekonomian berasas kekeluargaan sesuai amanah
pasal 33 UUD 1945, sehingga hal demikian akan meretas ketimpangan
ekonomi yang dirasakan beberapa elemen masyarakat.Kebijakan
ekonomi yang memprioritaskan hajat hidup orang banyak merupakan
udara segar bagi masyarakat untuk mengakses beberapa sektor. Salah
satu yang paling urgen yakni sektor pendidikan.Akses pendidikan tentu
memerlukan pembiayaan meskipun dalam konstitusi hal demikian tidak
menjadi hal yang paling esensial bagi masyarakat yang memiliki
ekonomi ke bawah (kurang mampu).Tahun 2016-2018 dilansir dari
beberapa hasil survei, salah satunya adalah Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan sekitar 77 persen kasus putus sekolah terjadi akibat faktor
ekonomi, dari sini bisa dilihat bahwa kebijakan pendidikan tentang
pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan tampaknya mengalami
sedikit degradasi antara cita-cita dan realitas.Seperti diketahui bersama
bahwa populisme sebagai paham yang mengakui dan menjunjung tinggi
hak dan keutamaan rakyat kecil merupakan ihwal inti yang menjadi
bahan pertimbangan atau alasan lahirnya sebuah kebijakan publik oleh
para pemangku kebijakan.Maka secara umum dapat dipastikan, setiap
kebijakan publik khususnya pada sektor ekonomi dan pendidikan
merupakan kebijakan yang memiliki orientasi pada kesejahteraan publik
secara menyeluruh.Kebijakan publik dalam proses penerapannya tentu
yang menjadi keharusan adalah kesesuaian antara ide atau cita-cita awal
lahirnya kebijakan tersebut dan realitas. Namun yang kerap terjadi
dewasa ini yakni kebijakan publik yang condong pada ketidaksesuaian,
artinya kebijakan hanya citra populis yang pada wilayah penerapan
mengandung kenyataan yang anti-populis.Sistem dan aturan yang
sistematis dan ilmiah dikemas menjadi suatu bentuk kebijakan yang
mengatur manusia dan kehidupannya, tentu meniscayakan prinsip
demokratis.Karena itu, pada hakikatnya manusia kebijakan yang lahir
untuk manusia publik perlu menempuh proses evaluasi dan tetap
mengedepankan kepentingan publik secara menyeluruh, sehingga tidak
hanya citra populis yang hidup pada tubuh kebijakan itu melainkan
realitas pula.
2.3 Masalah
Pasal 33 UUD 1945 sudah tidak lagi menjadi ruh ekonomi Indonesia.
Penguasaan sumber-sumber ekonomi strategis oleh asing menyebabkan
kita tidak berdaulat sebagai bangsa.
saat ini kepemilikan asing sudah berlebihan terhadap pengelolaan
sumberdaya alam Indonesia. Sektor keuangan/perbankan yang dikuasai
oleh perusahaan asing, telekomunikasi, bahkan ekonomi digital melalui
online pun mulai dikuasai perusahaan asing kita kehilangan kedaulatan
ekonomi karena cabang-cabang ekonomi yang penting bagi negara tidak
kita kuasai,
2.4 Solusi
Politikus Partai Golkar ini mengatakan adanya UU Cipta Kerja ini akan
membuka lapangan pekerjaan yang besar. Sebab orang akan mudah
melakukan investasi di Indonesia. Ini yang menjadi dasar utama kita. Ini
menjadi sebuah kebutuhan hukum di mana untuk lapangan kerja bisa
diciptakan ketika kita juga bisa menarik investasi baik itu di dalam negeri
maupun di luar negeri. jika tidak ada terobosan mengenai UU Cipta Kerja
ini. Maka Indonesia akan kalah dengan negara-negara lainnya. Di negara
manapun akan melakukan hal yang sama. Kalau kita tidak melakukan
maka kita akan ketinggalan di negara-negara seperti Thailand, Malaysia
dan sebagainya. Menurut Firman, setiap tahunnya terdapat 2.9 juta
angkatan kerja baru. Kemudian juga terdapat 3.5 juta orang kehilangan
pekerjaannya. Belum lagi jumlah pengangguran yang mencapai Rp 6.9
juta orang.Kalau tidak ada investasi bagaimana bisa menciptakan lapangan
kerja. Indonesia penduduknya jumlahnya besar dan negara tidak mampu
menyediakan lapangan kerja. Adanya UU Cipta Kerja tersebut juga
membuat perizinan semakin mudah. Pelaku usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) tidak perlu berbelit-belit dalam mengurus perizinan
usaha. Sehingga adanya UU Cipta Kerja ini adalah menderhanakan
regulasi yang berbeli-belit. Itulah pemerintah hadir bagi masyarakat
dengan adanya UU tersebut. "Kita sudah over regulasi kita dan harus ada
penyederhanaan. Ini terobosan yang pertama kali kita lakukan. Jadi ini
memang sebuah keberanian untuk metode Omnibus Law ini,". Adanya UU
Cipta Kerja ini bukan hanya menguntungkan pengusaha. Tetap ikut
membantu meningkatkan perekonomian nasional. "Negara bisa tegak
ketika ekonominya kuat. Kalau ekonominya terpuruk maka negara ikut
terpuruk. Jadi nantinya akan ada penerimaan lapangan kerja terbesar dari
perusahaan yang kecil menengah dan yang besar," tuturnya. masyarakat
yang menolak UU Cipta Kerja sebenarnya tidak melihat secara utuh
mengenai Omnibus Law tersebut. Sehingga langkah pemerintah memang
sudah tepat adanya UU Cipta Kerja ini.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak warga negara adalah hak yang diterima setiap manusia yang berada
pada suatu negara tertentu dan dibatasi dengan adanya aturan yang berlaku.
Kewajiban warga negara adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
warga negara yang telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan. Hak dan
kewajiban warga negara dalam bidang ekonomi menurut UUD 1945 Pasal 27
ayat (2), Pasal 33 ayat (1) sampai ayat (4), Pasal 34 ayat (1). Masalah dalam
Pasal 33 UUD 1945 sudah tidak lagi menjadi ruh ekonomi Indonesia.
Penguasaan sumber-sumber ekonomi strategis oleh asing menyebabkan kita
tidak berdaulat sebagai bangsa
3.2 Solusi
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memafkan dan memakluminya,
karena saya tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
https://fajar.co.id/2019/07/05/kebijakan-ekonomi-dan-pendidikan-realitas-atau-citra-
populis/?page=all
https://media.neliti.com/media/publications/25286-ID-penafsiran-pasal-33-uud-1945-
dalam-membangun-perekonomian-di-indonesia.pdf
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/syiar_hukum/article/viewFile/541/pdf