Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH JATI DIRI UNSOED

“KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR


PAJAK SWASTA”

Dosen Pengampu :

Drs. Sunarto MS., MP.

Disusun Oleh:

Drs. Sunarto MS., MP

1. Sulhan Fitriono (I1E019009)


2. Dyas Reksa P. (I1E019015)
3. Dimas Saddam F. (I1E019028)
4. Muhammad Alifian (I1E019042)
5. Dwi Wulansari (I1E019056)
6. Zaki Wafdan Bibakah (I1E019061)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019

1
DAFTAR ISI

PRAKATA...................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 3

1.3 Tujuan........................................................................................................................ 4

1.4 Manfaat...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara........................................................ 5

2.2 Hak Dan Kewajiban Warga Negara Berdasarkan UUD 1945.................................. 5

2.3 Pengertian Pajak........................................................................................................ 8

2.4 Hak Dan Kewajiban Dari Seorang Wajib Pajak........................................................ 9

2.5 Penyebab Kurangnya Kemauan Membayar Pajak Oleh Wajib Pajak Di Indonesia.. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.................................................................................................................... 15

3.2 Saran.......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah suatu Negara demokrasi yang kekuasaan pemerintahannya berasal


dari warga negara. Warga negara disini sangat berperan dalam pembangunan suatu Negara.
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu
pula dengan warga negaranya juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya.
Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban
kita dengan tertib. Seperti apakah hak dan kewajiban tersebut yang seharusnya
dipertanggungjawabkan oleh rakyat tersebut. Kita akan mencoba membahas tentang hak dan
kewajiban yang dilakukan oleh setiap rakyat tersebut. Hak dan kewajiban warga negara diatur
dalam UUD 1945. Salah satu hak dan kewajiban warga negara yang dimaksud adalah
kewajiban dan hak untuk membayar pajak. Dimana, pajak ialah iuran wajib yang dipungut oleh
pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya
pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Namun sayangnya
kemauan akan membayar pajak saat ini masih kurang, terbukti dengan masih banyaknya warga
negara yang memenuhi syarat secara undang-undang menjadi wajib pajak dan harus membayar
pajak, justru melalaikan kewajibannya sebagai warga negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apakah pengertian hak dan kewajiban warga negara?

1.2.2 Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban warga negara berdasarkan UUD
1945?

1.2.3 Apakah pengertian pajak?

1.2.4 Apa saja hak dan kewajiban dari seorang wajib pajak?

1.2.5 Apakah penyebab kurangnya kemauan membayar pajak oleh wajib pajak di
Indonesia?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Memahami pengertian hak dan kewajiban warga negara?

1.3.2 Mengetahui menyebutkan apa yang menjadi hak dan kewajiban warga
negara berdasarkan UUD 1945?

1.3.3 Mengetahui pengertian pajak?

1.3.4 Mengetahui apa saja hak dan kewajiban dari seorang wajib pajak?

3
1.3.5 Memahami penyebab kurangnya kemauan membayar pajak oleh wajib
pajak di Indonesia.

1.4 MANFAAT

Dengan adanya makalah ini dapat menambah koleksi makalah yang ada di
perpustakaan untuk dijadikan bahan bacaan, bahan skripsi dan tugas-tugas yang terkait dengan
makalah ini. Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam membuat tugas yang berkaitan
dengan hak dan kewajban warga negara khususnya yang menyangkut pajak.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Hak warga negara adalah sesuatu yang harus di dapatkan warga negara dari negara
(pemerintahan). Kewajiban warga negara adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
warga negara.

Semua warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
hukum, negara, dan pemerintahan Republik Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, kita
patut melaksanakan hak dan kewajiban terhadap hukum, negara dan pemerintah dengan sebaik-
baiknya. Selain itu setiap warga negara indonesia harus turut bertanggung jawab atas kemajuan
dan kemunduran negara dan bangsanya. Demi untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat
indonesia, hendaknya tak seorang warga negarapun boleh menghindarkan diri dari kewajiban
dan tanggung jawab itu. Dasar daripada tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan
negara itu ialah kesadaran bernegara. Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri, sedangkan kewajiban adalah Sesuatu yang
harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.2 HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

Dalam Undang-undang Dasar negara Repubublik Indonesia memuat mengenai hak dan
kewajiban warga negara. Dimana Hak dan kewajiban warga negara tersebut tercantum dalam
pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Dalam pasal-paasat tersebut tercantum secara
nyata mana hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Berikut hak dan kewajibanwarga
negara tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan” pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan kerakyatan.

2. Hak membela negara. Pasal 27 (2) UUD 1945 berbunyi: “setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

3. Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945,yaitu: “kemerdekaan berserikat dan


berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya di tetapkan dengan
undang-undang”.

4. Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (1) dan (2)UUD 1945

Ayat (1) berbunyi: “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa.”ini berarti
bahwa bangsa Indonesia percaya terhadap tuhan yang maha Esa.

5
Ayat (2) berbunyi: ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”

5. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara.
Dinyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajb ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara”.

6. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (1)
menerangkan “bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Adapun dalam
ayat (2) dijelaskan bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan UUD 1945”

7. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pasal


32 UUD 1945 ayat (1) menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.

8. Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial. Pasal 33 ayat (1),
(2), (3), (4), dan (5) UUD 1945 berbunyi:

a. Perekomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produk yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang dikuasai oleh negara.

c. Bumi, air dan kekayaan alam yang yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

d. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan


prinsipkebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

9. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam pasal 34 UUD 1945 dijelaskan
bahwa ”fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Kewajiban warga negara terhadap terhadap negara Indonesia, antara lain:

a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi: ”segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

b. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan “setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
menyatakan: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”.

6
Di samping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara, dalam
UUD 1945 perubahan pertama telah dicantumkan adanya hak asasi manusia. Ketentuan
mengenai hak asasi manusia ini merupakan langkah maju dari bangsa Indonesia untuk menuju
kehidupan konstitusional yang demokratis. ketentuan mengenai hak asasi manusia tertuang
pada pasal 28 A sampai J UUD 1945. Dalam ketentuan tersebut juga dinyatakan adanya
kewajiban dasar manusia.

Selanjutnya hak-hak warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai
konstitusi negara dinamakan hak konstitusional. Setiap warga negara memiliki hak-hak
konstitusional sebagaimana yang ada dalam UUD 1945. Warga negara berhak menggugat bila
ada pihak-pihak lain yang berupaya membatasi atau menghilangkan hak-hak
konstitusionalnya.

Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap
warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan
kewajiban dan hak warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, antara lain
sebagai berikut.

a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan

b. Hak negara untuk dibela.

c. Hak negara untuk menguasai bumi,air,dan kekeyaan untuk kepentingan rakyat.

d. Kewajiban negara untuk menjamin sisitem hukum yang adil.

e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.

f. Kewajiban negara untuk mengmbangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat.

g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial.

h. Kewajiban negara member kebebasan beribadah.

Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang tertuang dalam UUD 1945
mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain: bidang politik dan pemerintahan,
sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi dan pertahanan.

Selain adanya hak dan kewajiban warga negara di dalam UUD 1945, tercantum pula
adanya hak asasi manusia. Hak asasi manusia perlu dibedakan dengan hak warga negara.
Munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan undang-undang dan berlaku bagi orang
yang berstatus sebagai warga negara. Bisa terjadi hak dan kewajiban warga negara Indonesia
berbeda dengan hak warga negara Malaysia oleh karena ketentuan undang-undang yang
berbeda. Adapun hak asasi manusia umumnya merupakan hak-hak yang sifatnya mendasar
yang melekat dengan keberadaannya sebagai manusia. Hak asasi tidak diberikan oleh negara,
tetapi justru harus harus dijamin keberadaannya oleh negara.

7
Ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai hak dan kewajiban warga negara dalam
hubungannya dengan negara tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan sebagai
penjabaran atas UUD 1945. MIsalnya dengan undang-undang.

Contoh.

Hak dan kewajiban warga negara di bidang pendidikan:

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddikan Nasional;

2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Hak dan kewajiban warga negara di bidang pertahanan:

1. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

2. UU No 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara RI.

3. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentang Nasional Indonesia.

Hak dan kewajiban warga negara di bidang politik terdapat dalam:

1. Undang-undang No. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan mengemukakan pendapatan


di Muka Umum:

2. Undang-undang No 40 Tahun 1999 tentang pers.

3. Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik.

4. Undang-undang No 12 Tahun 2003 tentang pemilihan Anggota DPR, DPD, dan


DPRD.

5. Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan wakil presiden
dan lain-lain.

2.3 PENGERTIAN PAJAK

Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat
ditunjuk secara langsung.

Pengetian pajak menurut beberapa ahli :

1.Prof Dr Adriani

Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh
wajibpajak membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang
dapat ditunjuk secara langsung.

8
2. Prof. DR. Rachmat Sumitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke
sector pemerintah berdasarkan undang-undang) dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa
timbal (tegen prestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum.

2.4 HAK DAN KEWAJIBAN DARI SEORANG WAJIB PAJAK

Sebagai seorang warga negara yang sudah menjadi wajib pajak tentunya mempunyai
hak dan kewajiban yang dijadikan landasan untuk membayar pajak.

Kewajiban seorang wajiba pajak:

1. Daftar untuk mendapatkan NPWP.

2. Mengisi memasukkan SPT.

3. Menghitung dan membayar pajak dengan benar.

4. Menyelenggrakan pembukuan.

5. Memberikan keterangan yang diperlukan.

Hak seorang wajib pajak:

1. Memperoleh bimbingan dan penerangan.

2. Penundaan dan pemasukkan SPT.

3. Membetulkan SPT.

4. Menunda pembayaran.

5. Kompensasi.

6. Penghapusan sanksi.

7. Pengajuan keberatan dan banding.

9
2.5 PENYEBAB KURANGNYA KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK OLEH
WAJIB PAJAK DI INDONESIA

Kemauan adalah dorongan dari dalam diri seseorang, berdasarkan pertimbangan


pemikiran dan perasaan yang menimbulkan suatu kegiatan untuk tercapainya tujuan tertentu.
Sedangkan, kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk
membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang dan jasa
(Widaningrum, 2007 dalam Widayati dan Nurlis, 2010). Berdasarkan definisi di atas, kemauan
membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang
(yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
negara dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) secara langsung (Rantum dan
Priyono, 2009). Dalam kasus ini kemauan membayar pajak ditujukan pada wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Wajib pajak orang pribadi adalah orang pribadi yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif pajak. Syarat subjektif pajak dalam negeri adalah orang
pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Sedangkan syarat
objektif pajak untuk diri wajib pajak orang pribadi adalah memiliki penghasilan di atas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System, sistem ini
memudahkan seseorang untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, di mana Self
Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini
mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.

Beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib


pajak orang pribadi, yaitu:

1. Kurangnya Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia dalam memahami realitas dan
bagaimana cara bertindak atau menyikapi realitas tersebut. Kesadaran yang dimiliki oleh
manusia meliputi kesadaran dalam diri, kesadaran akan sesama, masa silam, dan kemungkinan
masa depannya. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang “Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan” menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau membayar
pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang dilakukannya. Irianto (2005)
dalam Rantum dan Priyono (2009) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak

10
yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak
merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal
ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak
yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan
kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak sangat
merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan
pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan
terhambatnya pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan
undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak
disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga
negara.

Sampai sekarang kesadaran masyarakat membayar pajak masih belum mencapai


tingkat sebagaimana yang diharapkan. Umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya
terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti, memberatkan,
pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak mengertian masyarakat apa dan
bagaimana pajak dan ribet menghitung dan melaporkannya. Namun masih ada upaya yang
dapat dilakukan sehingga masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan
sesuatu yang mustahil terjadi. Ketika masyarakat memiliki kesadaran maka membayar pajak
akan dilakukan secara sukarela bukan keterpaksaan. Kesadaran masyarakat rendah juga
dikarenakan ketidaktahuan meraka tentang wujud konkrit imbalan dari uang yang dikeluarkan
untuk membayar pajak. Hal ini, seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak
dari masyarakat. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangat diperlukan guna meningkatkan
kemauan membayar pajak.

2. Kurangnya Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan

Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan
menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Widayati dan Nurlis, 2010). Sedangkan
Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan merupakan penalaran dan
penangkapan makna tentang peraturan perpajakan.

Dalam penelitian Widayati dan Nurlis (2010) untuk mengetahui pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu
pertama, kepemilikan NPWP. Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
“Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan”, menyatakan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakaannya. Setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana
untuk pengadministrasian pajak. Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara langsung, untuk
orang pribadi yaitu wajib pajak orang pribadi berdasarkan domisili, mengisi formulir

11
pendaftaran dengan melampirkan persyaratan tertentu (foto copy KTP, foto copy Kartu
Keluarga, dan surat keterangan domisili dan untuk orang pribadi karyawan ditambah dengan
surat rekomendasi dari instansi yang bersangkutan). Setelah itu, wajib pajak akan memperoleh
NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT). Pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan
melalui internet yaitu dengan membuka situs www.pajak.go.id pilih menu e-reg, kemudian isi
formulirnya. Kemudian wajib pajak akan memperoleh NPWP dan SKTS (jangka waktu 30
hari). Sebelum jatuh tempo wajib pajak harus ke KPP terdaftar untuk meminta SKT.

Kedua, pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib pajak.
Apabila wajib pajak telah mengetahui dan memahami hak wajib pajak seperti penggunaan
fasilitas umum, pemakaian jalan raya yang halus, pembangunan sekolah-sekolah negeri dan
lain-lain, dan mengetahui kewajibannya sebagai wajib pajak seperti membayar pajak dan
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu, maka mereka akan melakukan kewajiban
perpajakannya.

Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Menurut Undang-


Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, sanksi
keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahuanan wajib pajak orang pribadi adalah
Rp.100.000,00, Sedangkan sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak adalah berupa bunga
2% per bulan yang dihitung dari berakhirnya batas waktu penyampaian surat pemberitahuan
tahunan sampai tanggal pembayaran, sanksi untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP
adalah sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar. Sanksi pidana berupa penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun. Batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahun Tahunan wajib pajak orang pribadi, paling lambat tiga
bulan setelah akhir tahun pajak Sedangkan batas waktu pembayaran, paling lambat sebelum
Surat Pemberitahuam Tahunan disampaikan (30 Maret). SPT harus diisi dengan benar,
lengkap, dan jelas. Semakin tahu dan paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka
semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan
kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat akan
menjalankan kewajibannnya dengan baik.

Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka akan
dapat mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar

Kelima adalah wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui
sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dan yang keenam adalah bahwa wajib
pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang mereka
ikuti. Masyarakat hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan
peraturan perpajakan, karena untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak
harus mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Adanya pemahaman tentang perpajakan
diharapkan dapat mendorong kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya.

12
3. Kurangnya Persepsi yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan

Persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian,


pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan yang memungkinkan situasi, peristiwa yang
dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif (Robbins,1996). Sedangkan
efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai (Widayati dan Nurlis, 2010). Dalam penelitiannya
Widayati dan Nurlis (2010), hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan yang
saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain yaitu pertama, pembayaran melalui e-
banking lebih memudahkan wajib pajak dalam membayar pajak, Pembayaran pajak
menggunakan fasilitas alat transaksi bank (misalnya ATM dan Internet Banking) dapat
dilakukan dengan cara:

a. Wajib pajak mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang lengkap dan
benar sesuai SSP.

b. Wajib pajak membuka menu pembayaran pajak.

c. Wajib pajak mengisi elemen dalam tampilan dengan data yang sesuai SSP secara
tepat, lengkap dan benar.

d. Wajib pajak meneliti identitas wajib pajak yang terdiri dari nama dan alamat wajib
pajak yang muncul pada tampilan. Apabila identitas wajib pajak yang terdiri dari nama dan
alamat wajib pajak pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka proses
berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada menu sebelumnya untuk mengulang
pemasukan data yang diperlukan.

e. Wajib pajak mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan berikutnya
secara tepat.

f. Wajib pajak mengambil SSP hasil keluaran fasilitas alat transaksi bank.

g. Wajib pajak memeriksa kebenaran SSP yang diperoleh.

h. Wajib pajak melaporkan SSP ke KPP.

Selain pembayaran melalui e-banking, hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem


perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain yaitu yang kedua, adanya
sistem pengisian SPT melalui e-SPT dan pelaporan pajak melalui e-filling. Pasal 1 ayat 11
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang “Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan”, menyebutkan bahwa Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib
pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai ketentuan perundang-
undangan perpajakan. e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal
Pajak digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahaan dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan. Sedangkan, e-filling adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan yang

13
dilakukan secara sistem online real time melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau
Application Service Provider (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Application
Service Provider (ASP) adalah Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian Surat
Pemberitahuan secara elektronik ke DJP. Layanan e-filling bertujuan untuk menyediakan
fasilitas pelaporan SPT secara elektronik (via internet) kepada wajib pajak, sehingga wajib
pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan wajib
pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat
membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh wajib pajak untuk
mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat
waktu. Ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pajak dalam hal percepatan
penerimaan laporan SPT. Dengan begitu, wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih
mudah dan cepat. Selain kedua hal tersebut, penyampaian SPT melalui drop box yang dapat
dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar juga
mempermudah wajib pajak dalam melakukan kewajiban pajaknya. Keempat, Peraturan
perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet, tanpa harus menunggu adanya
pemberitahuan dari KPP tempat wajib pajak terdatar. Kelima, Pendaftaran NPWP yang dapat
dilakukan secara online melalui e-register dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib
pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat. Dengan adanya kemudahan sistem
perpajakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemauan membayar pajak.

4. Kurangnya Pelayanan dari Fiskus

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala


keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Pelayanan
fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Dalam penelitian Rina (2009),
untuk mengetahui baik tidaknya pelayanan fiskus yang diberikan oleh wajib pajak, dilakukan
dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada wajib pajak yaitu, pertama apakah fiskus
(aparat pajak) bekerja secara transparan. Kedua, apakah fiskus sukarela membantu kesulitan
wajib pajak (bersedia memberikan penyuluhan). Ketiga, apakah fiskus senantiasa menjaga
kerapian dalam berpenampilan. Keempat, apakah menjaga tutur katanya dengan baik dan
bersikap sopan. Kelima, apakah fiskus memberikan pelayanan dengan cepat dan tangkas untuk
membantu kesulitan wajib pajak. Pelayanan fiskus sangat berpengaruh terhadap wajib pajak
dalam membayar pajaknya, Oleh karena itu, fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan yang
ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk kesadaran
masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada
wajib pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Kemampuan fiskus dalam berinteraksi yang baik dengan
wajib pajak adalah dasar yang harus dimiliki fiskus dalam melayani wajib pajak sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar pajaknya.

14
15
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Semua warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
hukum, negara, dan pemerintahan Republik Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, kita
patut melaksanakan hak dan kewajiban terhadap hukum, negara dan pemerintah dengan sebaik-
baiknya. Selain itu setiap warga negara indonesia harus turut bertanggung jawab atas kemajuan
dan kemunduran negara dan bangsanya. Demi untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat
indonesia, hendaknya tak seorang warga negarapun boleh menghindarkan diri dari kewajiban
dan tanggung jawab itu. Dasar daripada tanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan
negara itu ialah kesadaran bernegara. Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Salah satu contoh dari kewajiban sebagai
warga negara adalah membayar pajak, sebelum kita menuntut hak kita sebagai warga negara.

3.2 SARAN

Sebagai seorang warga negara yang baik kita hendaknya melaksanakan kewajiban
membayar pajak sebelum kita menerima hak kita sebagai warga negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Winarno. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anonim. UUD ’45. Surabaya: Serbajaya.

Langganan: Postingan (Atom)

Beranda :

Diberdayakan oleh Blogger.

Makalah Kewarganegaraan

17

Anda mungkin juga menyukai