Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA
MODUL I : DIODA
MODUL II : TRANSISTOR
MODUL III : OPERATIONAL AMPLIFIER
MODUL IV : FILTER AKTIF

Disusun Oleh:
Erna Temmerman Simanihuruk
14101088
Tanggal Dikumpulkan: 5 Desember 2015

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D. I. PANJAITAN NO 128 PURWOKERTO
2015
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA
MODUL I: DIODA

Disusun Oleh:
Erna Temmerman Simanihuruk
14101088
Partner Praktikum:
1. Ervan Davidian 14101089
2. Fahmi 14101090
Tanggal Praktikum : 10 Desember 2015
Asisten Praktikum : Nurul Fatonah
Farah Izzah Fida Afifah
Ifaz Fachrul

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D. I. PANJAITAN NO 128 PURWOKERTO
2015
MODUL I
DIODA
I. DASAR TEORI
Dioda merupakan komponen elektronika yang mempunyai dua elektroda
(terminal), dapat berfungsi sebagai penyearah arus listrik. [1] Kata dioda berasal
dari pendekatan kata yaitu dua elektroda yang mana (di berarti dua)
mempunyai dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda digunakan
untuk polaritas positif dan katoda untuk polaritas negatif. Didalam dioda
terdapat junction (pertemuan) dimana daerah semikonduktor type-p dan semi
konduktor type-n bertemu.

Gambar 1.1 Simbol Dioda [1] Gambar 1.2 Sambungan P-N [1]

Dioda semikonduktor hanya dapat melewatkan arus pada satu arah saja,
yaitu pada sat dioda memperoleh catu arah maju (forward bias). Pada kondisi
ini dioda dikatakan bahwa dioda dalam keadaan konduksi atau menghantar dan
mempunyai tahanan dalam dioda relative kecil. Sedangkan bila dioda diberi
catu arah terbalik (Reverse bias) maka dioda tidak bekerja dan pada kjondisi ini
dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit mengalir. [2]

Dari kondisi tersebut maka dapat diketahui bahwa dioda hanya


digunakan pada beberapa pemakain saja antara lain sebagai penyearah
gelombang (rectifier), disamping kegunaan-kegunaan lainya misalnya sebagai
Klipper, Clamper , pengganda tegangan dan lain-lain.

Penggunaan dioda yang paling dasar adalah sebagai penyearah arus


bolak-balik jala-jala menjadi arus searah pada suatu sumber tegangan DC,
seperti catu daya. Untuk catu daya tegangan ideal (DC murni), tegangan ripple
harus bernilai nol. Keadaan ini dapat diperoleh bila nilai resistansi beban tak
hingga dan nilai kapasitansi C sangat besar (tak hingga). Nilai resistansi
[3]
resistansi beban tak hingga berarti rangkaian tanpa beban (beban terbuka).
Dengan demikian dalam keadaan praktis hal yang dapat digunakan adalah
dengan menggunakan kapasitansi C yang bernilai besar. Nilai kapasitansi C
yang besar akan memberikan pengaruh terhadap tegangan ripple yang kecil.

Pada penyearahan setengah-gelombang, dioda dihubungkan pada sumber


AC yang menghasilkan tegangan input Vin, dan sebuah resistor beban RL,
membentuk penyearah setengah gelombang. Perlu diingat bahwa semua simbol
ground merupakan titik elektrik yang sama. Perlu diamati mengenai apa yang
terjadi selama satu siklus dari tegangan input dengan menggunakan model
ideal untuk dioda. Ketika tegangan input sinusoidal berjalan positif, dioda
mengalami maju-bias dan mengalirkan arus melalui resistor beban. Arus
menghasilkan tegangan output di seluruh beban, yang memiliki bentuk yang
sama seperti setengah siklus positif dari tegangan input. Ketika tegangan input
menjadi negatif pada paruh kedua dari siklus, dioda menjadi reverse-bias.
Tidak ada, arus sehingga tegangan di resistor beban adalah nol. Hasilnya
adalah bahwa hanya setengah siklus positif dari tegangan input AC muncul di
seluruh beban. Karena output tidak berubah polaritasnya, keadaan tersebut
disebut tegangan DC berdenyut

Gambar 1.3 Skema Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang [2]


Gambar 1.4 Gelombang Output Penyearah Setengah Gelombang [2]

Perbedaan antara gelombang penuh dan setengah gelombang adalah


bahwa penyearah gelombang penuh memungkinkan arus searah untuk memuat
selama seluruh siklus input dan rectifier setengah gelombang memungkinkan
ini hanya setengah dalam salah satu siklus. Hasil rectifitation gelombang penuh
tegangan output DC yang berdenyut setiap siklus setengah dari input.

(a) (b)

Gambar 1.5 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh [2]

(a). Skema Rangkaian, (b). Gelombang Output

Jadi tujuan dari rangkaian penyearah adalah untuk memperoleh arus


searah dari sumber arus bolak balik, dan kemampuan menyearahkannya dapat
dilihat dengan menghitung besarnya komponen arus searah atau harga rata-rata
pulsa searahnya.
V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Jumadi, “Pengertian dan Karakteristik Dioda,” Yogyakarta.


[2] S. W. A. Batahan Harahap, Desember 2005. [Online]. Available:
http://www.smknperkapalan.net/pustakamaya/produktif/pt/modul/Memb
aca%20dan%20mengidentifikasi%20komponen%20dioda.pdf. [Diakses
10 Desember 2015].
[3] M. T. Hutabarat, 30 Januari 2013. [Online]. Available:
http://labdasar.ee.itb.ac.id/lab/EL2205%20%20Elektronika%201/[30%2
0Januari%202013]%20Modul%20EL2140%20Semester%202%202012-
2013.pdf. [Diakses 10 Desember 2015].
LAPORAN PRAKTIKUM
RANGKAIAN LISTRIK
MODUL II: TRANSISTOR

Disusun Oleh:
Erna Temmerman Simanihuruk
14101088
Partner Praktikum:
1. Ervan Davidian 14101089
2. Fahmi 14101090
Tanggal Praktikum : 10 Desember 2015
Asisten Praktikum : Nurul Fatonah
Farah Izzah Fida Afifah
Ifaz Fachrul

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D. I. PANJAITAN NO 128 PURWOKERTO
2015
MODUL II
TRANSISTOR
I. DASAR TEORI
Keuntungan komponen transistor dibanding dengan pendahulunya yakni
tabung hampa, adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil danringan. Bahkan
dengan teknologi sekarang ini ratusan ribu transistor dapat dibuat dalam satu
keping silikon. Disampig itu komponen semikonduktor ini membutuhkan
sumber daya yang kecil serta efisiensi yang tinggi. [1]
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk
bekerja sebagai penguat, transistor harus berada di daerah kerja aktif. Hasil
bagi antara sinyal output dengan sinyal input inilah yang disebut faktor
penguatan, yang sering diberi notasi A atau C. Ada 3 macam konfigurasi dari
rangkaian penguat transistor yaitu : Common-Base (CB), Common Emitter
(CE) dan Common-Collector (CC). Konfigurasi yang paling banyak dipakai
sebagai penguat adalah Common-Emitter, karena mempunyai penguat arus
(AI) dan penguatan tegangan (AV) yang tinggi. [1]
Prinsip yang dipakai di dalam transistor sebagi penguat yaitu arus kecil
pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar byang diberikan ke
kolektor melalui transistor tersebut. Dari hal ini dapat diketahui fungsi dari
transistor hanya sebagai penguat ketika arus basis akan berubah. Perubahan
arus kecil pada basis inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus
yang mengalir dari kolektor ke emitor.
Penguat basis bersama sedikit terapannya di dalam teknik frekuensi
rendah, karena impedansi masukannya yang relatif rendah yang akan
membebani sumber sinyal. Penguat basis bersama kadang diterapkan dalam
penguat untuk frekuensi tinggi (diatas 10 MHz), dimana sumber sinyal
berimpedansi rendah. Pada rangkaian penguat basis bersama, terminal basis
dijadikan terminal bersama antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Sinyal
masukan diberikan antara terminal emitter dan basis, sedang sinyal keluaran
diambil dari terminal kolektor dan basis. Pada rangkaian penguat ini, arus
keluaran lebih kecil dibanding arus masukan, sehingga nilai penguatan arusnya
lebih kecil dari 1, sementara nilai penguatan tegangan cukup besar.
Penguatan konfigurasi basis bersama adalah dan berharga
<1. Konfigurasi ini jarang dipakai, namun demikian terdapat beberapa
keuntungannya yaitu IC vs VCB sangat flat (datar), untuk VCB = 0, IC sudah
konduksi. [3]

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Penguat Basis Bersama [2]


Penguat Emitor bersama adalah penguat yang lebih banyak digunakan.
Penguat ini memiliki penguatan tegangan maupun penguatan arus. Hanya saja
perlu diingat bahwa penguat emitor bersama ini mempunyai impedansi
masukan yang relatif rendah dan impedansi keluaran yang relatif tinggi. Pada
rangkaian penguat emitter bersama, terminal emitter dijadikan terminal
bersama antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Sinyal masukan diberikan
antara terminal basis dan emitter, sedang sinyal keluaran diambil dari terminal
kolektor dan emitter. Berbeda dengan rangkaian penguat basis bersama, pada
rangkaian penguat emitter bersama, penguatan arus yang dihasilkan cukup
besar, demikian pula penguatan teganganya.

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Penguat Emitter Bersama [2]


Penguat kolektor bersama sering dipakai sebagai transformator
impedansi, karena impedansi masukan kolektor bersama yang tinggi,
sedangkan impedansi keluaran kolektor bersama rendah. Penguat kolektor
bersama ini lebih unggul dibanding transformator biasa dalam dua hal, yang
pertama adalah tanggapan frekuensinya lebar dan yang kedua ada penguatan
daya. Pada rangkaian penguat kolektor bersama, terminal kolektor dijadikan
terminal bersama antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Sinyal masukan
diberikan antara terminal basis dan kolektor, sedang sinyal keluaran diambil
dari terminal kolektor dan emitter. Pada rangkaian penguat ini, penguatanya
lebih kecil dari 1.

Gambar 2.3 Rangkaian Dasar Penguat Kolektor Bersama [2]


V. DAFTAR PUSTAKA
[1] H. D. Surjono, Elektronika: Teori dan Penerapan, Yogyakarta: Cerdas Ulet
Kreatif, 2007.
[2] Anonymous, “Transistor Sebagai Penguat,” 2008. [Online]. Available:
ftp://local.smkn2malang.sch.id/Modul%20Belajar/TKJ/Artikel%20Lain%
20Elektronika/Transistor/Tr%20Sbg%20Penguat.pdf. [Diakses 12
Desember 2015].
[3] S. K. Wijaya, “Analisa DC pada Transistor,” dalam Diktat Elektronika I,
Depok, p. 158.
[4] K. Handamt, “Konfigurasi Penguat,” [Online]. Available:
https://www.academia.edu/6872806/Konfigurasi_Penguat. [Diakses 15
Desember 2015].
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTONIKA
MODUL III: OPERATIONAL AMPLIFIER

Disusun Oleh:
Erna Temmerman Simanihuruk
14101088
Partner Praktikum:
1. Ervan Davidian 14101089
2. Fahmi 14101090
Tanggal Praktikum : 10 Desember 2015
Asisten Praktikum : Nurul Fatonah
Rema Hindarko
Stefanus Tommy Christian Widianto

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D. I. PANJAITAN NO 128 PURWOKERTO
2015
MODUL III
OPERATIONAL AMPLIFIER
I. DASAR TEORI
Operasional amplifier yang lebih dikenal dengan nama Op-Amp sebagai
kependekan dan namanya, merupakan komponen elektronik yang kegunaannya
sangat banyak. Ukuran Op-Amp sangat kecil yaitu sebesar kuku jari kita, tujuan
dari ukuran Op-Amp ini adalah untuk memudahkan dalam perancangan-
perancangan piranti elektronik yang pada saat ini cenderung memimmalkan
ukuran. [1]
Isi dan sebuah Op-Amp tediri dan puluhan transistor, resistor dan kapasitor
yang dikemas dalam suatu rangkaian terpadu, sehingga Op-Amp dapat disebut
juga rangkaian terpadu (IC = Integrated Circuit). Dimana fungsinya adalah
mewakili suatu rangkian tertentu sehingga membentuk suatu rangkaian yang
kompak. Pada umumnya keunggulan IC ini tidak mudah terganggu oleh
pengaruh suhu ataupun kesalahan kecil karena bahan dan IC tersebut. Penguatan
(gain) yang besar mempunyai input yang besar pula sehingga output-nya
benimpedansi rendah. Di dalam prakteknya, Op-Amp tidak dapat digunakan
tanpa adanya komponen lain seperti resistor, kapasitor, dioda atau komponen
lain. Untuk dapat memahami penggunaaan Op-Amp ini diperlukan adanya suatu
kemampuan menganalisa rangkaian listrik. Semakin banyak kemampuan kita
menganalisa rangkaian listrik, semakin luas kita dapat menetapkan penggunaan
Op-Amp. [1]
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi yang
berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang telah dijelaskan
di atas. Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta
memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat
operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang
berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah
(ground). [2]
Salah satu karakteristik Op-amp adalah tegangan input (antar terminal
input) yang sangat kecil. Dan resistansi input yang sangat besar menyebabkan
tidak adanya arus yang mengalir.
Gambar 3.1 Penguat Operasional [2]
Karena sifat-sifatnya yang agak mendekati penguat ideal ditambah
bentuknya yang kompak berupa sebuah paket IC, maka Op-Amp banyak dipakai
dalam berbagai rangkaian. Jenis aplikasi dan Op-Amp di antaranya adalah
penguat AC, penjumlah dan pencampur audio, penguat diferensial dan
instrumentasi, filter aktif, komparator, integrator, diferensiator, pengubah bentuk
gelombang dan pembangkit gelombang (osilator). Namun aplikasi ini dibagi
menjadi penguat linier dan penguat non linier.
Voltage Follower (Pengikut Tegangan), Rangkaian Voltage Follower
berguna untuk meningkat arus tanpa mengubah tegangannya. Digunakan untuk
mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah terbebani) menjadi sinyal
berimpedansi rendah (sukar terbebani) yang kokoh (robust). Gain tegangannya
1. Rin adalah tahananan yang sangat besar dan Rout adalah tahananan yang sangat
kecil. [3]

Gambar 3.2 Voltage Follower [3]


Inverting Amplifier (Penguat Inverting) adalah penguat yang paling sering
digunakan. Rangkaiannya hanya memerlukan dua tahanan yaitu Ri dan Rf. Saat
tegangan input positif masuk hasilnya akan dikuatkan tetapi dengan fasa yang
berbeda yaitu menjadi negatif. Semua arus Iin hanya melewati Ri dan Iin
besarnya sama dengan If. Dengan hukum kirchoff dapat dicari persamaan
tegangan keluaran sebagai berikut: Vout = -(Rf/Ri) Vin. [3]
Gambar 3.3 Penguat Inverting [3]
Non Inverting Amplifier (Penguat Non-Inverting) mirip dengan penguat
inverting tetapi fasa dari tegangan input akan sama dengan fasa tegangan output.
Biasanya penguat non inverting lebih sering dipakai saat dihubungkan dengan
pengatur. Penguat Non inverting. Hubungan antara tegangan output dan
tegangan input dinyatakan dengan persamaan

Gambar 3.4 Penguat Non-Inverting [3]


Summing Amplifier (Penjumlah) digunakan sebagai penjumlah tegangan.
Summing amplifier dapat digunakan untuk menjumlah tegangan dari beberapa
sumber yang memiliki arus yang berbeda. Menjumlahkan ini tidak mudah, bila
kita menghubungkan tiga kabel biasa dengan tegangan 1 V, 2 V dan 4 Volt
Gambar 3.8.b hasilnya tidak 7 Volt karena tergantung dari kabel yang memiliki
tahanan terkecil, mungkin antara 1 – 4 Volt. [3]

Gambar 3.5 Ilustrasi penjumlahan tegangan [3]

Gambar 3.6 Summing Amplifier [3]


Persamaan tegangan keluaran ditentukan sebagai berikut:

Differential Amplifier merupakan amplifier yang digunakan untuk mencari


selisih tegangan dari dua sinyal yang masuk. Persamaan tegangan outputnya
dinyatakan sebagai berikut: Tegangan Output merupakan
tegangan tunggal yang mengacu pada ground biasanya disebut single-ended-
voltage.

Gambar 3.7 Differential Amplifier [3]


V. DAFTAR PUSTAKA
[1] S. D. Hamdani, Elektronika: Teori dan Penerapan, Yogyakarta: Cerdas Ulet
Kreatif, 2007.
[2] Felisa, “Instrumen Penguat,” [Online].
Available:https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we
b&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwig0MjVjOfJAhXBto4KHRkWBs
QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Felisa.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive2Fd
ownload%2F50226%2F645cce8dbd58b37ee2a2fd2b680ec327&usg=AFQjC
NHR7kDCX8_s5Plcx. [Diakses 19 Desember 2015].
[3] Anonymous, “Tinjauan Pustaka,” [Online].
Available:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27193/4/Chapter
%20II.pdf. [Diakses 19 Desember 2015].
[4] Anonymous, “Operational Amplifier,” Bandung, p. 33.
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTONIKA
MODUL IV: FILTER AKTIF

Disusun Oleh:
Erna Temmerman Simanihuruk
14101088
Partner Praktikum:
1. Ervan Davidian 14101089
2. Fahmi 14101090
Tanggal Praktikum : 21 Desember 2015
Asisten Praktikum : Nurul Fatonah
Rema Hindarko
Stefanus Tommy Christian Widianto

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
JL. D. I. PANJAITAN NO 128 PURWOKERTO
2015
MODUL IV
FILTER AKTIF
I. DASAR TEORI
Filter adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang
tegangan output pada frekuensi tertentu. Untuk merancang rangkaian filter
dapat digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (Op-Amp,
transistor). Filter adalah suatu device yang memilih sinyal listrik berdasarkan
pada frekuensi dari sinyal tersebut. Filter akan melewatkan gelombang/sinyal
listrik pada batasan frekuensi tertentu sehinggaapabila terdapat
sinyal/gelombang listrik dengan frekuensi yang lain (tidak sesuai dengan
spesifikasifilter) tidak akan dilewatkan. Rangkaian filter dapat diaplikasikan
secara luas, baik untuk menyaringsinyal pada frekuensi rendah, frekuensi
audio, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi tertentu saja. [1]
Filter berkaian erat dengan pengolahan frekuensi. Filter diperlukan
untuk pemisahan daerah frekuensi dan karena memerlukan pemisahan yang
tajam, maka diperlukan filter orde dua atau lebih. Pada filter aktif, Op-Amp
digunakan sebagai penyangga (buffer). Tapis aktif sangat berguna dalam
pemahaman terhadap kerja sistem penguat pada daerah frekuensi tertentu. [2]
Beberapa macam filter yang termasuk ke dalam filter aktif adalah :
1. Filter Lolos Bawah (Low Pass Filter)
Tapis pelewat rendah atau tapis lolos rendah (low-pass filter)
digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam
sinyal berfrekuensi tinggi. Sinyal yang dihasilkan berupa sinyal listrik
seperti perubahan tegangan maupun data-data digital seperti citra dan
suara.
LPF akan melewatkan frekuensi rendah atau dengan kata lain low
pass filter akan memberikan tegangan keluaran yang konstan dari DC
hingga frekuensi cutoff . [3]
Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan
kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan
kapasitor secara paralel dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter
ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman frekuensi tinggi(yang
biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass atau
subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri
dengan sumber tegangan akan meredam frekuensitinggi dan meneruskan
frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri
akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan frekuensi tinggi. [1]
Suatu filter lolos bawah orde satu dapat dibuat dari satu tahanan dan
satu kapasitor. Filter orde satu ini mempunyai pita transisi dengan
kemiringan -20 dB/dekade atau –6 dB/oktav. Penguatan tegangan untuk
frekuensi lebih rendah dari frekuensi cut off adalah: Av = - R2 / R1
sementara besarnya frekuensi cut off didapat dari: fC = 1 / (2.R2C1). [1]
2. Filter Lolos Atas (High Pass Filter)
High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi,
tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah dari pada
frekuensi cutoff. Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda
untuk tiap-tiap filter ini .Filter ini disebut low cut filter, bass cut filter atau
rumble filter yang juga sering digunakan dalam aplikasi audio. High pass
filter adalah lawan dari low pass filter, dan band pass filter adalah
kombinasi dari high pass filter dan low pass filter. Filter ini berfungsi
sebagai filter yang dapat memblokir component frekuensi rendah yang
tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat melewati frekuensi
tertinggi. High pass filter yang paling simple terdiri dari kapasitor yang
terhubung secara pararel dengan resistor, dimana reistansi dikali dengan
kapasitor (RXC) adalah time constant (τ).
Rangkaian filter yang berfungsi untuk melewatkan frekuensi tinggi.
Kebalikan dari LPF, yaitu melewatkan frekuensi diatas frekuensi cutoff. [3]
Suatu filter lolos bawah orde satu dapat dibuat dari satu tahanan dan
satu kapasitor. Filter orde satu ini mempunyai pita transisi dengan
kemiringan 20 dB/dekade atau 6 dB/oktav. Penguatantegangan untuk
frekuensi lebih tinggi dari frekuensi cut off adalah: Av = - R2 / R1
sementara besarnya frekuensi cut off didapat dari: fC = 1 / (2.R1C1). [1]
3. Filter Lolos Pita (Band Pass Filter)
Band-pass filter merupakan perangkat yang melewati frekuensi
dalam kisaran tertentu dan menolak (attenuates) frekuensi di luar kisaran
tersebut. Contoh dari analog elektronik band pass filter adalah sirkuit
RLC (aresistor -induktor -kapasitor sirkuit). Filter ini juga dapat dibuat
dengan menggabungkan-pass filter rendah dengan – pass filter tinggi.
BPF merupakan rangkaian yang melewatkan frekuensi pada daerah
tertentu dan meredam frekuensi di luar daerah tsb. Batas-batas dari
frekuensi yang dilewatkan pada bpf adalah FL (Frekuensi Rendah) sampai
dengan FH (Frekuensi Tinggi), sedangkan tegangan antara FL (Frekuensi
Rendah) dan FH (Frekuensi Tinggi) adalah frekuensi resonansi atau frek.
Cutoff. [3]
Band pass filter digunakan terutama di nirkabel pemancar dan
penerima. Fungsi utama filter seperti di pemancar adalah untuk membatasi
bandwidth sinyal output minimum yang diperlukanuntuk menyampaikan
data pada kecepatan yang diinginkan dan dalam bentuk yang diinginkan.
Pada receiver Sebuah band pass filter memungkinkan sinyal dalam rentang
frekuensi yang dipilih untuk didengarkan, sementara mencegah sinyal
pada frekuensi yang tidak diinginkan. Suatu filter lolos pita dapat disusun
dengan menggunakan dua tahap, pertama adalah filter lolos atas dan kedua
adalah filter lolos bawah seperti pada gambar berikut: Penguatan tegangan
untuk pita lolos adalah: Av = (-R2 / R1) (-R4 / R3) Besarnya frekuensicut
off atas didapat dari: fCH = 1 / (2.R1C1) Besarnya frekuensi cut off bawah
didapat dari: fCL =1 / (2.R4C2). [1]
Dimana pada masing masing filter aktif menggunakan op-amp
sebagai elemen aktifnya sedangkan kapasitor sebagai elemen pasifnya.
Pada umumnya IC 741 cukup baik digunakan untuk rangkaian filter aktif.
Namun op-amp dengan high speed seperti LM301 dan LM318 dapat pula
digunakan pada rangkaian filter aktif untuk mendapatkan slew rate yang
cepat dengan penguatan serta bandwidth bidang kerja yang lebih baik. [4]
V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Lulu, “Filter Aktif,” 28 November 2011. [Online]. Available:


http://www.scribd.com/doc/74039995/Filter-Aktif#scribd. [Diakses 22
Desember 2015].
[2] Sumarna, “Percobaan Filter (Tapis) Aktif,”
[Online].Available:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-
sumarna-msi-meng/percobaan-filter-aktif.pdf. [Diakses 22 Desember
2015].
[3] J. Ahmad, Elektronika Dasar, 2007.
[4] R. Anti, “Filter Aktif,” [Online]. Available:
https://www.academia.edu/12277813/Filter_Aktif. [Diakses 23 Desember
2015].

Anda mungkin juga menyukai