NPM : 1706026065
Kelas : Farkin A
Banyak obat berinteraksi dengan protein plasma atau jaringan atau makromolekul lain seperti
melanin dan DNA membentuk suatu kompleks obat-makromolekul. Pembentukkan kompleks
ini sering disebut ikatan obat protein. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, obat-obat
dapat berikatan dengan berbagai komponen makromolekul dalam darah, meliputi albumin, a1
asam glikoprotein, lipoprotein, imunoglobulin, dan eritrosit (RBC).
a) Obat
a. Sifat fisikokimia obat
b. Konsentrasi total obat dalam tubuh
b) Protein
a. Jumlah protein yang tersedia untuk ikatan obat protein
b. Kualiyas atau sifat fisikokimia protein yang disintesis
c) Afinitas antara obat dan protein
a. Meliputi besarnya tetapan asosiasi
d) Interaksi obat
a. Kompetisi obat dengan zat lain pada site ikatan obat protein
b. Perubahan protein oleh substansi yang memodifikasi adinitas obat terhadap
protein, sebagai contoh aspirin mengasetilasi residu lisin dari albumin
e) Kondisi patofisiologis dari pasien
a. Sebagai contoh: ikatan protein dapat menurun pada pasien uremia dan pasien
dengan penyakit hepatik.
a. Volume distribusi: Tingkat ikatan obat protein dalam plasma atau jaringan mempengaruhi
Vd. Obat-obat yang terikat kuat pada protein plasma mempunyai fraksi obat bebas rendah
dalam cairan plasma. Obat terikat protein plasma tidak mudah berdifusi dan oleh karena itu
kurang didistribusi ke jaringan. Obat-obat dengan ikatan protein plasma rendah mempunyai fu
besar, umumnya berdifusi ke jaringan lebih mudah dan mempunyai volume distribusi yang
lebih besar. Oleh karena volume distribusi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lipid, ada
beberapa pengecualian terhadap patokan aturan ini. Akan tetapi bila beberapa obat dipilih dari
satu kelompok dnegan karakteristik fisika dan partisi lipid yang dekat, maka Vd dapat
dijelaskan dengan tingkat ikatan obat ke jaringan dan protein plasma relatif.
b. Eliminasi obat: Bila suatu obat terikat kuat dengan suatu protein, maka hanya obat yang
tidak terikat protein saja yang akan dimetabolisme, hal ini dikategorikan sebagai eliminasi
terbatas. Di sisi lain, beberapa obat dapat tereliminasi meskipun terikat dengan protein, hal ini
dikategorikan sebagai eliminasi tidak terbatas. Waktu paruh eliminasi obat yang di ekskresi
utamanya lewat ekskresi renal pada umumnya meningkat bila persen obat terikat pada protein
plasma meningkat.
4. Pada dosis terapi sering diasumsikan ikatan obat-protein mengikuti garis linier.
Jelaskan kemungkinan resiko yang terjadi dengan asumsi ini!
Suatu gambar rasio r versus konsentrasi obat bebas ditunjukkan pada grafik. Bila konsentrasi
obat bebas meningkat jumlah mol obat terikat per mol protein menjadi jenuh dan plateu. Jadi
ikatan protein-obat menyerupai suatu adsorpsi isoterm, yang serupa dnegan adsorpsi suatu obat
ke adsorben yang menjadi jenuh bila konsentrasi obat meningkat karena nonlinearitas ikatan
obat protein. Sebgaian besar obat mempunyai ikatan yag linier pada dosis terapeutik,
konsentrasi obat bebas dapat meningkat secara cepat dengan peningkatan konsentrasi apabila
site ikatan menjadi jenuh. Jumlah protein plasma dalam tubuh terbatas, shingga dengan
penambahan dosis belum tentu tersedia protein untuk berikatan dengan obat. Jika dianggap
linier, maka dianggap protein tersebut tidak akan jenuh. Hal ini menyebabkan meningkatnya
jumlah obat bebas dan jika jumlah terlampau tinggi hingga melewati batas MTC, maka akan
menimbulkan efek toksik.
5. Jelaskan pengaruh pergeseran ikatan obat-protein plasma terhadap jumlah obat bebas
pada obat-obat yang meimiliki ikatan protein plasma tinggi dan rendah!
Pergeseran ikatan obat-protein biasanya terjadi pada saat seorang pasien mengonsumsi lebih
dari 2 obat. Hal itu dapat terjadi karena terdapat kompetisi antar obat satu dengan yang lainnya
dalam pembentukkan kompleks dengan plasma. Obat yang memiliki afinitas lebih besar (Obat
1) akan cenderung untuk menggeser ikatan protein dengan obat lainnya (Obat 2) yang memiliki
afinitas yang lebih rendah. Hal tersebut tentu akan berakibat pada meningkatnya obat bebas 2
di dalam plasma, sehingga apabila kadar obat bebas 2 terlalu besar dapat menimbulkan efek
toksik. Di sisi lain, karena banyaknya ikatan protein-obat 1 dibandingkan jumlah obat
bebasnya, makan akan menyebabkan penurunan (kurangnya) efek farmakologis dari obat 1
tersebut.
6. Tentukan jumlah molekul obat yang terikat per molekull protein dan hitung konstanta
assosiasinya berdasarkan data berikut :