Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329644657

Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Kabupaten


Mempawah Kalimantan Barat

Article · October 2018

CITATIONS READS

0 322

3 authors, including:

Arie Antasari Kushadiwijayanto Yusuf Nurrahman


Tanjungpura University Tanjungpura University
8 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Marine Debris View project

All content following this page was uploaded by Arie Antasari Kushadiwijayanto on 14 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Laut Khatulistiwa, 1(3): 73-80, October 2018
ISSN: 2614-6142 (printed), 2614-8005 (online)
www.jurnal-untan.ac.id/lk

Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Desa


Sungai Bakau Kecil Kabupaten Mempawah
Kalimantan Barat

Marini1*, Arie Antasari Kushadiwijayanto1, Yusuf Arief Nurrahman1

1
Program studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak-
Indonesia

*Correspondence email: Marini


marini.kelautan@gmail.com

Received:26 September 2018- Accepted: 5 October 2018


Published: 31 October 2018 © Author(s) 2018. This article is open access

Abstract: Mangrove merupakan salah satu ekosistem penting di kawasan pesisir.


Pemanfaatan yang berlebihan dapat menurunkan keanekaragaman jenis hutan
mangrove. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur komunitas hutan
mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil. Penelitian ini dilakukan pada 4 stasiun yang
ditentukan dengan metode purposive sampling. Setiap stasiun dibagi menjadi tiga plot
pengamatan yang diukur tegak lurus dari garis pantai ke arah darat menggunakan
transek kuadran dengan kriteria pohon, pancang dan semai. Setiap plot berjarak 50 m
dengan plot lainnya. Hasil penelitian mendapatkan 10 jenis mangrove, yaitu Avicennia
marina, A. lanata, Bruguiera gymnorrhiza, B. cylindrica, Nypa fruticans, Rhizophora
apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Sonneratia alba, dan S. caseolaris. Jenis
mangrove yang mendominasi untuk kriteria pohon dan pancang di lokasi penelitian
adalah A. marina dan semai didominasi N. fruticans. Kisaran Indeks Nilai Penting
(INP) tingkat pohon pada lokasi penelitian adalah 20,01 s/d 300%. INP tingkat
pancang berkisar antara 9,77 s/d 119,77% dan tingkat semai berkisar antara 14,68 s/d
90%. Sementara Indeks keanekaragaman tergolong sedang, kecuali pada stasiun 3
dengan keanekaragaman tingkat pancang tergolong rendah. Hasil pengukuran
parameter masih sangat mendukung untuk pertumbuhan mangrove di Desa Sungai
Bakau Kecil.
Keywords: Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, komposisi, mangrove

1. Pendahuluan 2014, yaitu Kecamatan Mempawah Hilir,


Kabupaten Mempawah merupakan salah satu Mempawah Timur, Sungai Kunyit, dan
kabupaten di Kalimantan Barat yang terdapat Sungai Pinyuh.
di daerah pesisir dan memiliki keane- Desa Sungai Bakau Kecil merupakan
karagaman mangrove yang beragam. salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Khairuddin (2016) menyatakan bahwa hanya Mempawah Timur. Hampir sebagian besar
ada 4 (empat) kecamatan yang teridentifikasi hutan mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil
ditumbuhi mangrove dan mengalami degra- mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
dasi luasan yang awalnya di tahun 1989 berbagai macam faktor yang mengakibatkan
seluas 816,05 ha menjadi 739,31 ha di tahun luas hutan mangrove semakin berkurang,

73
Gambar 1. Lokasi Penelitian

seperti lahan mangrove dijadikan sebagai la-


han pemukiman, perkebunan dan pertamba-
kan udang (Rani, 2017).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui struktur komunitas hutan
mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil,
Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Hasilnya diharapkan memberikan informasi
kepada masyarakat tentang struktur komu-
nitas hutan mangrove di Desa Sungai Bakau
Kecil, Kabupaten Mempawah, Kalimantan
Barat dan sebagai acuan pemerintah se-
tempat untuk pengelolaan kawasan
mangrove secara komprehensif agar stabili- Gambar 2. Transek pengamatan
tas dan fungsi mangrove tetap terjaga.
Setiap kuadran dibagi menjadi 3 plot dengan
2. Metode kriteria, yaitu (Sayektiningsih et al., 2012):
a. A (10 x 10 m) untuk sampling pohon
2.1 Waktu dan tempat
(diameter batang 10 cm),
Penelitian telah dilakukan pada Bulan April
b. B (5 x 5 m) untuk sampling pancang
s/d Juli 2018 di Desa Sungai Bakau Kecil,
(diameter batang 10 cm dan tinggi
Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat
pohon 1,5 m) dan,
(Gambar 1).
c. C (2 x 2 m) untuk sampling semai
(diameter batang 2 cm dan tinggi
2.2 Metode penelitian pohon 1,5 m).
Penelitian ini dilakukan pada 4 stasiun yang Pengukuran parameter fisika-kimia pada
ditentukan secara purposive sampling di struktur komunitas mangrove terdiri dari
lokasi penelitian. Pengambilan data struktur salinitas, pH, suhu, dan substrat, yang
komunitas hutan mangrove dilakukan dilakukan 3 kali ulangan di setiap stasiun
menggunakan metode transek kuadran pengamatan.
dengan panjang 130 m yang diukur tegak
lurus dari garis pantai ke arah darat. Jarak
2.3 Pengolahan data
antara plot satu dengan plot lainnya sekitar
50 m (Gambar 2). Setiap jalur transek dibagi Menurut Osmar (2016), untuk mendeskrip-
menjadi tiga kuadran berukuran 10 x 10 m. sikan suatu komunitas tumbuhan diperlukan

74 Marini et al. (2018)


analisis kuantitatif yaitu kerapatan, frakuensi, Indeks keanekaragaman digunakan untuk
dominansi, indeks nilai penting, dan indeks mengetahui keanekaragaman jenis di setiap
keanekaragaman. tingkat pertumbuhan dengan rumus sebagai
Kerapan (K) adalah jumlah individu per berikut:
unit luas atau jumlah individu organisme per H '    pi ln pi 
 (9)
satuan ruang, satuan (ind/ha) dengan rumus :
ni ni
K (1) pi 
A n
dimana H’ adalah indeks keanekaragaman
ni
KR   100% (2) Shannon Winner, ni adalah jumlah individu
 ni suatu jenis ke- i dalam plot ukur, dan n
dimana ni adalah jumlah individu dalam adalah total jumlah individu dalam plot ukur.
Kusmana, et al. (2015) menyatakan bahwa,
satu spesies, A adalah luas area dalam satuan nilai H’ memiliki kriteria (a) H’<1 maka
m2,  ni adalah jumlah individu seluruh keanekaragaman rendah, (b) 1<H’<3 maka
spesies, dan KR adalah kerapatan relatif keanekaragaman sedang, dan (c) H’>3 maka
dengan satuan %. keanekaragaman tinggi.
Frekuensi (F) merupakan parameter vege-
tasi yang menunjukkan distribusi tumbuhan 3. Hasil dan Pembahasan
atau besarnya intensitas ditemukannya suatu 3.1 Komposisi mangrove
spesies dalam pengamatan organisme pada
Berdasarkan hasil penelitian didapat 10 jenis
komunitas dengan rumus yaitu :
mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil,
Np Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat,
Fi  (3)
N yaitu Avicennia marina, A. lanata, Bruguiera
gymnorrhiza, B. cylindrica, Nypa fruticans,
Fi
FR   100% (4) Rhizophora apiculata, R. mucronata, R.
FN stylosa, Sonneratia alba, dan S. caseolaris.
dimana NP adalah banyak petak ditemukan- Penelitian Nurrahman, et al. (2012) di pesisir
nya jenis i, ΣN adalah banyak seluruh petak, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,
Fi adalah frekuensi jenis i, FN adalah Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
frekuensi seluruh area, dan FR adalah mendapatkan 8 jenis mangrove, yang terdiri
frekuensi relatif dalam %. dari A. marina, A. alba, A. officinalis, B.
Dominansi (D) adalah suatu parameter gymnorrhiza, B. cylindrica, N. fruticans,
yang menyatakan tingkat terpusatnya R.mucronata, dan R. stylosa. Hal ini juga
dominasi (penguasaan) spesies dalam suatu bersesuaian dengan penelitian yang dilaku-
komunitas rumusnya sebagai berikut : kan Ratnasari, et al. (2017) di pulau Padang

Di 
B A
(5)
Tikar, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten
Kubu Raya mendapatkan 9 jenis mangrove,
A Avicennia sp., B. parviflora, N. fructicans,
D Rhizophora sp., S. alba, S. caseolaris,
DR  i  100% (6)
Xylocarpus granatum, B. Cylindrica, dan S.
DN
ovata yang menunjukkan komposisi jenis
dimana ΣBA adalah jumlah area basal suatu
hutan mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil
jenis individu i, Di adalah dominansi satu
lebih banyak dibandingkan Kecamatan
jenis i, DN adalah jumlah seluruh jenis, dan
Sungai Raya Kepulauan dan Kecamatan
DR adalah dominansi relatif dalam %.
Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya.
Indeks Nilai Penting (INP) adalah suatu
Perhitungan komposisi jenis mangrove
analisis kuantitatif yang dapat dipakai untuk
tingkat pohon menunjukkan jenis Avicennia
menyatakan tingkat dominansi suatu spesies
marina memiliki nilai tertinggi pada lokasi
dalam suatu komunitas tumbuhan, rumusnya
pengamatan sebesar 55% (Gambar 3). Hal
yaitu:
ini dikarenakan A. marina memiliki adaptasi
Tingkat pohon,
yang baik terhadap kondisi lingkungan di
INP = KR + FR + DR (7)
lokasi penelitian, yang memiliki salinitas
dengan kisaran 15-21‰, substrat jenis
Tingkat pancang dan semai,
campuran tanah liat dan lempung berlanau,
INP=KR+FR (8)
suhu di atas 20°C dan pH air yang optimal

Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Kabupaten Mempawah... 75
Gambar 3. Komposisi mangrove tingkat pohon

Gambar 4. Komposisi mangrove tingkat pancang

Gambar 5. Komposisi mangrove tingkat semai

(berkisar antara 7,3 – 7,4). Menurut Kamalia, untuk pertumbuhan dan perkembangan
et al. (2012), hutan mangrove dapat tumbuh mangrove jenis ini, seperti salinitas yang
dengan baik pada suhu di atas 20°C. Substrat tinggi, suhu yang normal dan pH air 7,4 serta
dengan jenis campuran tanah liat dan substrat dengan jenis campuran tanah liat dan
lempung berlanau sering ditumbuhi oleh A. lempung berlanau. Menurut Kamalia, et al.
marina. (2012), A. marina tumbuh dengan baik di
Sementara komposisi jenis pancang daerah yang memiliki substrat jenis
menunjukkan bahwa Avicennia marina juga campuran tanah liat dan lempung berlanau
memiliki nilai tertinggi yaitu 37%, (Gambar serta tingkat pertumbuhannya dipengaruhi
4). Hal ini disebabkan lokasi penelitian oleh suplai air bersalinitas tinggi, pasokan
memiliki daya dukung yang cukup baik nutrien dan stabilitas substrat.

76 Marini et al. (2018)


Sedangkan vegetasi semai dengan nilai Sementara nilai INP jenis mangrove untuk
komposisi jenis tertinggi ditemukan Nypa tingkat pancang berkisar antara 9,77 s/d
fruticans sebesar 31%, Gambar 5. Jenis N. 119,77% (Gambar 7). Jenis mangrove yang
fruticans memiliki komposisi tertinggi pada memiliki INP tertinggi untuk tingkat
tingkatan semai karena mampu beradaptasi pancang adalah Avicennia marina (119,77%)
dengan baik terhadap salinitas yang rendah pada stasiun 3. Hal ini dikarenakan daya
dan beberapa lokasi penelitian terdapat jalur dukung kondisi lingkungan di lokasi
air tawar masuk, dan substrat dari campuran pengamatan sangat baik untuk pertumbuhan
tanah liat dan lempung berlanau. Menurut mangrove jenis A. marina. Menurut Noor, et
Noor, et al. (2006), lokasi dekat dengan al. (2006), A. marina merupakan tumbuhan
sungai sampai mendekati teluk (pasokan air pionir yang memiliki kemampuan toleransi
tawar yang masuk cukup banyak) memiliki terhadap salinitas yang ekstrim.
salinitas air yang rendah merupakan habitat Sedangkan Nilai INP jenis mangrove
yang cocok untuk jenis N. Fruticans. untuk tingkat semai berkisar antara 14,68 s/d
90% (Gambar 8). Bruguiera gymnorrhiza
3.2 Indeks Nilai Penting memiliki INP tertinggi (90%) pada stasiun 2.
INP tingkat pohon berkisar antara 20,01 s/d Hal ini disebabkan daya dukung terhadap
300% (Gambar 6). Jenis Avicennia marina kondisi lingkungan yang bersubstrat dari
dan Nypa fruticans memiliki INP tertinggi campuran tanah liat dan lempung berlanau,
(300%). Jenis A. marina mendominasi salinitas rendah (17‰), tumbuh di tepi
karena mampu beradaptasi dengan keadaan daratan dan sungai sangat cocok untuk jenis
salinitas yang cukup tinggi. Menurut Abo, et ini sehingga sebaran semai B. gymnorrhiza
al. (2015), jenis Avicennia sp. umumnya sering ditemukan. Noor, et al. (2006)
berkembang pada lokasi tanah bertekstur menyatakan bahwa, B. gymnorrhiza tumbuh
halus, kaya akan bahan organik, dan salinitas di areal dengan salinitas rendah dan kering,
yang tinggi. serta daerah yang terlindung.

Gambar 6. INP tingkat pohon pada setiap stasiun

Gambar 7. INP tingkat pancang pada setiap stasiun

Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Kabupaten Mempawah... 77
Gambar 8. INP tingkat semai pada setiap stasiun

Tabel 1. Nilai indeks keanekaragaman di lokasi penelitian


Keanekaragaman (H’)
Stasiun Lokasi
Pohon Pancang Semai
1 Dekat pemukiman warga 0 1,3666 1,3683
2 Dekat muara sungai 1,1674 1,7317 1,2325
3 Jauh dari pemukiman warga 0 0,8844 1,0451
4 Dekat Tambak 0 1,448 1,5276

Tabel 2. Parameter lingkungan Mangrove


Salinitas
Lokasi Penelitian Suhu (°C) pH Jenis Substrat
(‰)
Campuran tanah liat dan
Stasiun 1 15 31 7,3
lempung berlanau
Campuran tanah liat dan
Stasiun 2 17 34 7,3
lempung berlanau
Stasiun 3 21 32 7,4 Tanah liat berlanau
Campuran tanah liat dan
Stasiun 4 18 35 7,3
lempung berlanau

dikarenakan mangrove pada stasiun 2 berada


3.3 Indeks Keanekaragaman di sepanjang muara sungai yang dipengaruhi
Keanekaragaman jenis untuk semua tingkat oleh pasang surut dengan salinitas optimal
pertumbuhan pada hutan mangrove di Desa (17‰), suhu air optimal (34°C), pH air (7,3),
Sungai Bakau Kecil tergolong sedang, dan substrat campuran tanah liat dan
kecuali pada stasiun 3 tingkat pancang lempung berlanau merupakan kondisi yang
tergolong rendah (Tabel 1). Hal ini cocok untuk pertumbuhan jenis mangrove.
dikarenakan adanya aktivitas konversi lahan Keanekaragaman jenis mangrove yang ren-
yang menjadikan lahan mangrove sebagai dah juga disebabkan adanya variasi lingku-
lahan perkebunan dan pertambakan sehingga ngan, dimana perubahan faktor lingkungan
komunitas mangrove terganggu. Odum (salinitas) akan menyebabkan perbedaan
(1997) menyatakan bahwa, komunitas yang komposisi suatu jenis (Soerianegara and
mengalami gangguan musim dan gangguan Indrawan, 1988). Irwanto (2006) menyatakan
secara periodik oleh manusia atau alam bahwa, rendahnya keanekargaman menan-
berpengaruh terhadap penurunan dakan ekosistem tersebut mengalami tekanan
keanekaragaman jenis. atau kondisinya mengalami penurunan. Oleh
Stasiun 2 memiliki nilai indeks karena itu, untuk dapat hidup setiap jenis
keanekaragaman yang paling tinggi. Hal ini

78 Marini et al. (2018)


mangrove harus memiliki daya adaptasi yang penulis dapat menyelesaikan riset di FMIPA
tinggi. UNTAN.

3.4 Parameter lingkungan Daftar Pustaka


Salinitas pada lokasi penelitian berkisar Abo, M., L. Banilodu, and E.J. Eduk. 2015.
antara 15 s/d 21‰. Nilai salinitas tertinggi Struktur Vertikal Komunitas Mangrove di
Pantai Noelbaki Kupang Tengah. Kupang:
ditemukan pada stasiun 3 (21‰) sedangkan Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
salinitas terendah ditemukan di stasiun 4 Bengen, D.G. 2002. Pengenalan dan Pengelo-
(15‰). Suhu perairan di lokasi penelitian laan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat
berkisar antara 31 s/d 35°C. Suhu perairan Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
tertinggi terdapat pada stasiun 4 (35°C), Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada
sedangkan terendah pada stasiun 1 (31°C). Habitat Mangrove di Indonesia. Bogor:
Nilai pH pada lokasi penelitian berkisar PHKA/WI-IP.
antara 7,3 s/d 7,4. Nilai pH tertinggi terdapat Kamalia, T., S. Raza’i, and T. Efrizal. 2012.
pada stasiun 3 (7,4) sedangkan terendah pada Struktur Komunitas Hutan Mangrove di
stasiun 1, 2 dan 4 (7,3) (Tabel 2). Menurut Perairan Pesisir Kelurahan Sawang
Kecamatan Kundur Barat Kabupaten Karimun.
Kepmen LH No. 51 tahun 2004, pH
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
mangrove yang baik berkisar antara 7 s/d 8,5. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kepulauan
Bengen (2002) menyatakan bahwa, Riau.
mangrove dapat hidup pada salinitas Khairuddin, B. 2016. Strategi Kebijakan Penge-
2 s/d 22‰ hingga perairan asin 38‰ dan lolaan Ekosistem Mangrove secara Terpadu
suhu optimalnya di atas 20°C. dan Berkelanjutan di Kabupaten Pontianak
Substrat di lokasi pengamatan termasuk Propinsi Kalimantan Barat. Bogor: Institut
jenis campuran tanah liat dan lempung Pertanian Bogor.
berlanau, kecuali pada stasiun 3 yang Kusmana, C., I. Setyobudiandi, S. Hariyadi, and
merupakan jenis tanah liat berlanau. Lokasi A. Sembiring. 2015. Sampling dan Analisis
Bioekologi Sumber Daya Hayati Pesisir dan
penelitian yang memiliki tegakan yang rapat
Laut. Bogor: IPB Press.
didukung oleh substrat yang lebih banyak Noor, Y.R., M. Khazali, and I.N. N. Suryadiputra.
lempung dan lanau. Menurut Tomlinson 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di
(1986) dalam Nurrahman (2012), jika Indonesia. Bogor: PHKA/WI-IP.
komposisi substrat lebih banyak lempung Nurrahman, Y. A., O.S. Djunaedi, and R. Rostika.
dan lanau maka tegakan akan menjadi rapat. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi
Mangrove di Pesisir Kecamatan Sungai Raya
4. Kesimpulan Kepulauan Kabupaten Bengkayang Kaliman-
tan Barat. Jurnal Akuatika. 2: ---.
Terdapat 10 jenis mangrove di Desa Sungai
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd
Bakau Kecil, Kabupaten Mempawah, edition. Philadelphia: W. B. Sounders Co.
Kalimantan Barat yang terdiri atas Avicennia Osmar, M. 2016. Studi Analisis Komposisi dan
marina, A. lanata, Bruguiera gymnorrhiza, B. Struktur Tegakan Hutan Mangrove di Desa
cylindrica, Nypa fruticans, Rhizophora Tanjung BungaKabupaten Konawe Utara.
apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Kendari: Jurusan Kehutanan Fakultas Kehu-
Sonneratia alba, dan S. caseolaris. Jenis tanan dan Ilmu Lingkungan. Universitas
mangrove yang mendominasi di lokasi Haluoleo.
penelitian adalah jenis A. marina, yang Purnamawati, E. Dewantoro, Sadri, and B. Vatria.
memiliki komposisi jenis tertinggi yaitu 2007. Manfaat Hutan Mangrove pada
Ekosistem Pesisir (Studi Kasus di Kalimantan
sebesar 55%. Keanekaragaman jenis untuk
Barat). Media Akuakultur. 2 (1):---.
semua tingkat pertumbuhan pada hutan Ratnasari, Fahrizal, and M. Dirhamsyah. 2017.
mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Pemanfaatan Vegetasi Hutan Mangrove di
tergolong sedang, kecuali pada stasiun 3 Pulau Padang Tikar Kecamatan Batu Ampar
keanekaragaman tingkat pancang tergolong Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Tengkawang.
rendah. 7(2):---.
Rani, A. 2017. Profil Desa Sungai Bakau Kecil
5. Ucapan Terima Kasih Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten
Mempawah. Pontianak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Sayektiningsih, T., A. Ma'ruf. and T. Atmoko.
Kementerian Riset, Teknologi dan 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas Mangrove di Pulau Benawa Besar Teluk
program beasiswa Bidikmisi sehingga Balikpapan Kalimantan Timur. Kalimantan

Struktur Komunitas Hutan Mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Kabupaten Mempawah... 79
Timur: Balai Penelitian Teknologi Konservasi
Sumber Daya Alam.
Soerianegara, I. and A. Indrawan. 1988. Ekologi
Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan
IPB.
Tomlinson. 1986. The Botany of Mangroves.
London.:Cambridge University Press.

80 Marini et al. (2018)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai