Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari- hari, kita sering menjumpai anak dengan berbagai macam
karakter. Ada anak yang mudah dibina da nada anak yang sulit dibina, sebagian giat
belajar, dan sebagian malas belajar, sebagian anak belajar untuk kehidupan yang lebih
maju dan sebagian lagi belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Sebenarnya sifat-
sifat yang timbul dari dalam diri anak tersebut bukanlah atas lahir dan fitrah mereka.
Sifat- sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari para orang tua
dan para pendidik. Maka merupakan kesalahan besar apabila kita menyepelekan
kesalahan- kesalahan kecil yang dilakukan oleh anak. Sebenarnya, tidak ada pendidik
yang menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa.
Hadiah atau pujian jauh lebih dipentingkan dari pada hukuman. Dalam dunia
pendidikan, ini disebut dengan metode hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
Dengan metode tersebut, diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan
perbuatan progresif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadiah dan hukuman ?
2. Bagaimana prinsip- prinsip pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan ?
3. Apa fungsi pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan ?
4. Bagaimana bentuk- bentuk pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna hadiah dan hukuman.
2. Untuk mengetahui prinsip- prinsip pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui fungsi pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan.
4. Untuk mengetahui bentuk- bentuk pemberian hadiah dan hukuman dalam
pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadiah dan Hukuman


1. Hadiah
Hadiah adalah pemberian, ganjaran (pemenang perlombaan), sayembara dan
sebagainya. Hadiah dalam konsep pendidikan adalah salah satu alat pendidikan untuk
mendidik anak- anak supaya anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan
pekerjaannya mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain, hadiah adalah alat
pendidikan prefentif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong
atau motivatir belajar bagi murid.
Hadiah sebagai alat untuk mendidik tidak boleh bersifat sebagai upah. Karena
upah merupakan sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan
atau suatu jasa yang dilakukan oleh seserang. Jika hadiah itu sudah berubah sifat
menjadi upah, hadiah itu tidak lagi bernialai mendidik karena anak akan mau bekerja
giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah.
Hadiah diberikan ketika anak melakukan yang baik atau telah mencapai
sebuah tahap perkembangan tertentu atau target terntentu sehingga anak termotivasi
untuk menjadi lebih baik . Hadiah merupakan salah satu cara guru dalam
mengapresiasi siswa atas perbuatannya yang patut dipuji . Menurut Mulyasa , hadiah
adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
terulang kembalinya tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Nugroho , hadiah
adalah ganjaran , hadiah , penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang
menjadi lebih giat usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja yang telah
dicapai . 1

2. Hukuman
Hukuman dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan dengan siksa dan
sebagainya yang dikenakan kepada orang- orang yang melanggar undang- undang,
keputusan yang dijatuhkan oleh hakim, hasil atau akibat menghukum. Hukuman dapat
diartikan sebagai suatu bentuk sanksi yang diberikan pada anak baik sanksi fisik
maupun psikis apabila anak melakukan kesalahan- kesalahan atau pelanggaran yang

1
Bambang Nugroho , Reward dan Punishment , ( Bulletin Cipta Karya Departemen Pekerjaan , 2006) , hlm.5

2
sengaja dilakukan terhadap aturan- aturan yang telah ditetapkan. Menurut Malik Fadjar
hukuman adalah alat pendidikan yang mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang
dihukum yang mengandung motivasi sehingga siswa yang bersangkutan berusaha
untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya agar terhibdar dari hukuman .
Berhubungan dengan hukuman , guru harus mengetahui betul bahwa hukuman
terhadap murid tidak selama diikuti oleh perbaikan dan dorongan baginya untuk maju ,
bahkan hukuman bisa menjadi sebaliknya , maka si anak menjadi kehilangan
kepercayaan diri , atau lari dari situasi belajar . Oleh karena itu , guru harus
menghindari hukuman , kecuali jika terpaksa dan dalam batas peraturan pendidikan ,
serta prinsip-prinsip pendidikan . Pemberian hukuman bertujuan untuk merubah dan
memotivasi peserta didik sehingga peserta didik berlomba-lomba untuk menjauhi
hukuman yang sudah di tentukan terlebih dahulu.2

B. Prinsip- prinsip pemberian hadiah dan hukuman dalam pendidikan


Setiap peserta didik memiliki potensi untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan
fungsinya . Namun dalam prosesnya , peserta didik terkadang sehilangan fokus mereka
dalam belajar . Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan fokus
mereka ialah dengan cara memberikan hadiah dan hukuman kepada peserta didik .
Strategi atau metode ini , pada intinya dapat mempengaruhi keberhasilan hadiah dan
hukuman , sehingga peserta didik akan menjadi lebih baik , tidak mengulangi apa yang
telah mereka lakukan serta tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan
dirinya sendiri . Banyak sekali metode yang dapat diterapkan oleh pendidik dalam
memberi penguatan positif terhadap peserta didik . Hadiah dan hukuman sendiri
digunakan oleh guru untuk memperkuat perilaku positif yang diterapkan dalam
pendidikan khususnya dalam pembelajaran .
Hadiah dan hukuman merupakan bagian dari motivasi bagi peserta didik untuk
menjadi lebih baik yang tujuannya untuk mengubah tingkah laku seseorang . Respon
positif bertujuan agar tingkah laku seseorang yang sudah baik akan berulang atau
bertambah . Sedangkan respon negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik
menjadikan frekuensinya akan berkurang atau hilang .
Pemberian hukuman merupakan cara lain dalam mendidik anak , jika pendidik tidak
bisa lagi dikatakan dilakukan dengan cara memberikan nasihat , arahan , kelembutan

2
Zakiah Darajat , Kepribadian Guru , ( Jakarta: Bulan Bintang , 2012),hlm 24

3
ataupun suri tauladan , pemberian hukuman dengan cara memukul sangat tidak efektif
atau dapat menimbulkaan dampak negatif sehingga tidak sedikit bermunculam kasus yang
cukup memprihatinkan , yakni kekerasab dalam pross pembelajaran . Hal ini karena
pemahaman pendidik tentang hakikat penggunaan metode ini dirasa masih sangat rendah .
Selain metode hukuman , pemberian hadiah juga diakui di dunia pendidikan .
Hadiah merupakan salah satu bentuk motivasi dan penghargaan atas perilaku yang
sesuai . Pemberian hadiah ini bertujuan untuk meemberikan penguatan terhadap perilaku
yang baik sehingga akan memotivasi peserta didik untuk terus selalu maju dan
berkembang dalam proses pembelajaran . Dengan kata lain , pengaruh hadiah dan
hukuman harus dilakukan dengan benar oleh pendidik untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik sehingga peserta didik akan lebih aktif dalam proses pembelaharan
dan yang terpenting ada perubahan sikap yang jauh lebih baik terhadap peserta didik
setelah adanya hadiah dan hukuman .
Pemberian hadiah harus dilakukan sesuai dengan ukurannya , dengan kata lain hadiah
diberikan guna menambah semangat atau motivasi belajar siswa bukan mengurangi nilai
dari hadiah itu sendiri sehingga tujuan hadiah akan menyimpang yang mana siswa akan
lebih memetingkan hadiah daripada aktivitas (belajar) yang menyebabkan mereka
mendapatkan hadiah itu sendiri . Belajar merupakan aktivitas dari manusia yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan . Karena ada proses dan usaha yang dilakukan pendidik
untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik dalam bertingkah laku dan
berhasil tidaknya hadiah dan hukuman sebagai strategi dalam pendidikan . 3

C. Fungsi Pemberian Hadiah dan Hukuman dalam Pendidikan


1. Fungsi Pemberian Hadiah
Ada tiga fungsi penting dari pemberian hadiah, yaitu:
a. Memiliki nilai pendidikan
Hadiah adalah salah satu bentuk pengetahuan yang membuat anak segera tahu
bahwa tingkah lakunya itu baik. Sama halnya dengan hukuman yang
menyadarkan anak bahwa tingkah lakunya tidak dapat diterima lingkungannya.
b. Memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang diterima

3
Rosyid Zaiful , Reward & Punishment Dalam Pendidikan , ( Malang : Literasi Nusantara ,2009) , hlm.7-13

4
Anak umumnya akan bereaksi positif terhadap penerimaan lingkungan yang di
ekspresikan lewat hadiah. Hal ini mendoorng mereka bertingkah laku baik agar
mendapat hadiah lebih banyak.
c. Memperkuat tingkah laku yang dapat diterima lingkungan
Apabila anak mendapat enghargaan atas tingkah lakunya maka ia mmedapatkan
pemahaman bahwa apa yang dilakukannya itu berarrti. Ini yang membuat anak
termotivasi untuk terus mengulangi. Sementara anak yang miskin hadiah tidak
tahu persis apakah yang dilakukan itu berarti atau tidak. Akibatnya, perilaku yang
sebenarnya baik tidak diulanginya lagi.

2. Fungsi Pemberian Hukuman


Pada dasarnya ada tiga fungsi penting dari pemberian hukuman yang berperan besar
bagi perkembangan moral anak, yaitu:
a. Fungsi restriktif
Hukuman dapat menghalangi terulangnya kembali perilaku yang tidak diinginkan
pada anak. Jika seorang anak pernah mendapatkan hukuman karena ia telah
melakukan satu kesalahan atau pelanggaran, maka ia akan berusaha untuk tidak
mengulangi kesalahan yang serupa dimasa datang.
b. Fungsi pendidikan
Hukuman yang diterima anak merupakan pengalaman bagi anak yang dapat
dijadikan pelajaran yang berharga. Anak bisa belajar tentang salah dan benar
melalui hukuman yang telh diberikan kpadanya. Hal ini menyadarkan anak akan
adanya suatu aturan yang harus dipahami dan dipatuhi, yang bisa menuntunnya
untuk memastikan boleh atau tidaknya suatu tindakan dilakukan.
c. Fungsi motivasi
Hukuman dapat memperkuat motivasi anak untuk mehindarkan diri dari tingkah
laku yang tidak diinginkan. Dari pengalaman hukuman yang pernah diterima
anak, maka anak merasakan bahwa menerima hukuman merupaka suatu
pengalaman yang kurang menyenangkan, dengan demikian anak bertekad tidak
mengulangi kesalahan yang sama dan akhirnya timbul dorongan untuk berperilaku
wajar, yaitu perilalu yang diinginkan dan dpat diterima oleh kelompoknya.4

4
Ahmadi Abu dkk , Pengelolaan Pengajaran , ( Jakarta: Rineka Cipta,1991 ) , hlm. 20-21

5
D. Bentuk- Bentuk Pemberian Hadiah dan Hukuman dalam Pendidikan
1. Bentuk- bentuk pemberian hadiah
Schaefer (1996) mengemukakan bahwa hadiah dapat digolongkan kepada hadiah
primer, yang berupa makanan, uang, alat- alat dan benda nyata, sedangkan yang
bersifat sekunder yang bersifat pujian dan perhatian. Atas dasar sifat hadiah tersebut,
maka penerapan hadiah oleh guru untuk anak disekolah dapat berbentuk:
a. Komunikasi non verbal
Bagi anak yang belum bisa memahami pembicaraan, hargai prstasinya dengan
senyuman, pelukan atau bentuk komunikasi non verbal lainnya. Sebaliknya
bentuk non verbal tidak terlalu efektif untuk anak- anak yang lebih besar. Anak-
anak ini butuh pernyataan pujian secara verbal.
b. Bentuk pengakuan
Anak membutuhkan pengakuan, apakah perilakunya dapat diterima atau tidak.
misalnya, "pekerjaanmu bersih dan rapi sekali". Pujian seperti ini efektif untuk
memerkuat tingkah laku anak sekaligus memberikan kepuasan kepada anak. Agar
pengakuan itu dirasakan manfaatnya oleh anak, pengakuan harus diberikan segera
setelah anak menunjukan perilaku yang memerlukan penguatan itu, dan sebaiknya
diberikan dalam segala suasana, bukan ditentukan oleh suasana hati si pemberi
hadiah, tetapi akan lebih banyak ditentukan oleh tampilan perilaku anak.
c. Benda nyata atau kado
Hadiah berupa benda kadang- kadang juga dapat diberikan sebagai pengharhaan
terhadap tingkah laku yang dapat diterima.
d. Perlakuan istimewa
Hadiah dalam bentuk perlakuan istimewa dapat berbentuk kegiatan- kegiatan yang
menyenangkan bagi anak. Kegiatan itu akan lebih bermakna bila berhubungan
dengan perilaku anak yang positif.

2. Bentuk- Bentuk Pemberian Hukuman


Hasibun, dkk (1994) mengelompokkan hukuman yang dapat diterapkan untuk
pembinaan perilaku anak, ada empat macam, yaitu:
a. Hukuman dengan kata- kata atau kalimat yang tidak menyenangkan, seperti:
omelan, ancaman, kritikan, sindiran, dan lain- lain.
b. Hukuman dengan stimulus fisik yang tidak menyenangkan, seperti: menuding,
memelototi, mencemberuti, dan lain- lain.
6
c. Hukuman dalam bentuk kegiatan yang tidak menyenangkan, seperti:
membersihkan toilet, dikeluarkan dari kelas, didudukan di samping guru, dan
masih banyak lagi.
d. Hukuman fisik, yaitu dengan cara mencubit, memukul dengan rotan, dan lain-
lain.

Bentuk hukuman diatas tidak semua cocok dan pantas untuk diterapkan, tetapi
kita harus melihat kadar kesalahan atau pelanggaran si anak. Misalnya, kesalahan
ringan bisa kita hukum dengan peringatan perkataan. Seandainya si anak melakukan
pelanggaran berat dan sudah berulang- ulang kita berhak melakukan hukuman fisik.

Menjatuhkan hukuman juga memiliki syarat- syarat yang menjadi rambu-


rambu bagi penghkum. Seperti, agar mengembangkan hati nurani, menumbuhkan rasa
disiplin, memiliki efek jera dan tidak mengulangi lagi. Serta menghukum harus
dengan alasan yang jelas dan hukuman adalah pilihan terakhir. 5

5
Dunne, Ricard dan Ted Wragg , Pembelajaran Efektif, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,1996) ,
hlm.45

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hadiah dalam konsep pendidikan adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik
anak- anak supaya anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya
mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain, hadiah adalah alat pendidikan prefentif dan
represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivatir belajar bagi murid.
Sedangkan hukuman dapat diartikan sebagai suatu bentuk sanksi yang diberikan pada anak
baik sanksi fisik maupun psikis apabila anak melakukan kesalahan- kesalahan atau
pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap aturan- aturan yang telah ditetapkan.

Prinsip- prinsip pemberian hadiah dan hukuman yaitu, apabila seorang murid atau
siswa bertingkah baik dan dapat diterima lingkungan, maka ia berhak mendapat hadiah baik
berupa pujian, hadiah barang, dan lain- lain agar si anak mengeti bahwa tindakannya itu
benar dan mau melakukannya berulang- ulang. Sedangkan hukuman diberikan apabila
seorang anak atau siswa melakukan kesalahan atau melanggar aturan tertentu, dengan tujuan
si anak mampu belajar lebih disiplin lagi. Jadi hadiah dan hukuman memiliki prinsip- prinsip
tertentu, tidak asal diberikan.

Adapun fungsi dalam memberikan hadiah atau hukuman, yaitu dengan diberikannya
hadiah mengandung nilai pendidikan, memotivasi, dan memperkuat tingkah laku tersebut.
Sedangkan fungsi hukuman agar mendapat pelajaran atau pengalaman, fungsi motivasi, dan
fungsi pendidikan. Bentuk- bentuk hadiah dapat berupa komunikasi non verbal, bentuk
pengakuan, hadiah atau barang, dan perlakuan istimewa.

Sedangkan bentuk- bentuk hukuman dapat berupa hukuman perkataan tidak enak,
kegiatan tidak menyenangkan, stimulus tidak menyenagkan, dan juga hukuman fisik. Namun,
untuk menghukum, penghukum memiliki rambu- rambu khusus yang memperkuat agar ia
memiliki hak untuk menghukum. Hukuman juga memiliki dampak yang baik yaitu,
menumbuhkan rasa jera, disiplin, dan tidak akan mengulangi lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dkk. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajat , Zakiah . 2012 .Kepribadian Guru .Jakarta: Bulan Bintang

Dunne, Ricard dan Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar Yasin.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Nugroho , Bambang . 2006 . Reward dan Punishment . Bulletin Cipta Karya Departemen
Pekerjaan

Zaiful , Rosyid . Reward & Punishment Dalam Pendidikan .2009. Malang : Literasi
Nusantara

Anda mungkin juga menyukai