Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fenomena globalisasi diibaratkan seperti mata uang logam yang memiliki 2
sisi yang sangat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi
memberikan pengaruh positifterhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun disisi lain globalisasi juga memberikan pengaruh yang negatif.
Salah satu pengaruh negatif dari globalisasi adalah berupakerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan yang semakin parah menjadikan globalisasi sebagai salah
satu penyebab dari kerusakan lingkungan yang terjadi di negara-negara
berkembang.
Globalisasi menuntut setiap negara yang hendak menjadi negara maju harus
membuka diri selebar-lebarnya terhadap bantuan dan kerjasama dengan pihak
asing. Hal ini lah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para investor-investor
asing yang menganut paham kapitalisme untuk berlomba menanamkan modalnya
di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Dibalik hal baik tersebut
tersimpan pengaruh buruk akibat dari pembangunan ekonomi yang tanpa batas,
yaitu berupa kerusakan lingkungan. Hal ini terjadi karena setiap aktivitas ekonomi
yang dilakukan baik itu produksi maupun konsumsi tidak terlepas dalam
memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar.
Dalam perkembangan globalisasi di negara berkembang, terjadinya eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan sering dikaitkan guna meningkatkan mutu
kemajuan negara tersebut, padahal dalam prakteknya hasil dari eksploitasi sumber
daya alam yang berlebihan tersebut malah mengantarkan negara tersebut dalam
keterpurukan yang semakin menjadi akibat kerusakan lingkungan hidup(1).
Indonesia yang memiliki sumber daya alam sangat melimpah dijadikan tempat
industri-industri yang didirikan oleh negara maju melakukan eksploitasi sumber
daya alam yang berlebihan ditambah lagi proses kerja industri-industri tersebut

1.
T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2004) Hlm. 26.

1
tidak berwawasan lingkungan. Hal ini bisa dilihat melalui berbagai bentuk
kerusakan akibat aktifitas pertambangan, selain itu juga limbah yang dihasilkan
tidak bisa diatasi oleh negara maju. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi
pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah pasti akan
mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya melimpah di
Indonesia.

Mereka menggunakan sumberdaya alam Indonesia tanpa mempertimbangkan


kerusakan alam yang terjadi dan hanya berfikir untuk mendapatkan untung yang
berlipat ganda. Menggunduli hutan Indonesia yang seharusnya menjadi wilayah
konservasi, mengalihfungsikan hutan menjadi lahan industri maupun
perkebunan.Tanpa di sadari, manusia telah merusak tempat tinggal mereka sendiri
hanya dengan alasan untuk bertahan hidup, atau mungkin untuk memenuhi
kebutuhanya.Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007)
memberikan indikasi bahwa aktivitas manusia terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan di bidang pertanian menyebabkan
peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dan berakibat pada pemanasan global.

Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya pada hutan Indonesia saja.
Melainkan juga terjadi pada ekosistem laut Indonesia. Terumbu karang yang
menjadi tempat hidup berbagai macam biota laut banyak yang rusak akibat
perbuatan manusia. Laut menjadi tercemar akibat kegiatan pembuangan limbah
secara langsung ke laut dan juga karena kegiatan eksplorasi minyak bumi. Ikan-
ikan Indonesia banyak yang dicuri secara ilegal.

Berdasarkan fakta-fakta di ataspenulis tertarik untuk


membuatklippingberjudul, “Pengaruh Proses Globalisasi dan Paham Kapitalisme
Terhadap Kerusakan Lingkungan Alam Indonesia”. Yang pada saat ini semakin
lama semakin dirasakan dampaknya oleh umat manusia.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah


yaitu bagaimana pengaruh proses globalisasi dan paham kapitalisme terhadap
kerusakan alam Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diketahui pengaruh globalisasi


dan kapitalisme demikian luas dan kompleks. Mengingat keterbatasan yang
dimiliki oleh penulis, maka pembuatan klipping ini dibatasi hanya pada masalah
“Pengaruh Proses Globalisasidan Paham Kapitalisme Terhadap Kerusakan
Alam di Indonesia”

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan klipping ini adalah:


1. Untuk menganalisis pengaruh proses globalisasi dan paham kapitalisme
terhadap kerusakan lingkungan alam Indonesia
2. Untuk memberikan solusi atau penyelesaian dalam upaya menanggulangi
masalah kerusakan lingkungan alam Indonesia yang disebabkan oleh proses
globalisasi dan paham kapitalisme.
3. Sebagai bahan bacaan dalam mengingatkan dan meningkatkan kesadaran
umat manusia tentang pentingnya menjaga kelestarian alam Indonesia
1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan klipping ini penulis menggunakan metode studi literatur.


Metode studi literatur adalah metode pengumpulan data yang didapat melalui
berbagai macam literatur yang berasal dari buku-buku, koran, majalah, dan
internet untuk mendapatkan berbagai macam data dan informasi.

3
BAB 2

PENGARUH PROSES GLOBALISASI DAN PAHAM KAPITALISME


TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN ALAM INDONESIA

2.1 Globalisasi dan Kapitalisme


Kata globalisasi muncul pada akhir abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan
pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial
suatu negara. Dengan adanya Globalisasi, negara-negara dapat dengan mudah
melakukan suatu interaksi, bahkan individu dalam suatu negara dengan individu
di negara lain dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal
komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dan lainnya.

Globalisasi pada pokoknya berarti proses interkoneksi yang terus meningkat


di antara berbagai masyarakat sehingga kejadian-kejadian yang berlangsung
mempengaruhi negara dan masyarakat yang lainya(2).Globalisasi menjadi sebuah
tatanan dunia baru saat ini. Banyak kalangan yang memperdebatkan globalisasi,
terutama pada dampak yang akan di berikan terhadap segala yang ada pada alam
semesta. Sebagian dari mereka menganggap bahwa globalisasi merupakan
kepanjangan tangan dari kapitalisme, yang mana pada akhirnya akan merugikan
negara-negara berkembang dan menguntungkan negara maju.

Istilah Globalisasi menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik


perdagangan bebas dan transaksi keuangan(3). Disintegrasi negara-negara komunis
yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme barat menjadi satu-
satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang
ideologi perdagangan danekonomi, globalisasi sering disebut sebagai
dekolonisasi, rekolonisasi, neo-kapitalisme,Neo-Liberalisme(4).

2.
Amien Rais, Selamatkan Indonesia,(Yogyakarta: PPSK Press, 2008) Hlm. 11.
3.
Theodore Levitt tahun 1985
4.
Ibid

4
Globalisasi adalah proses pemampatan ruang dan waktu terjadi(5), dimana
intensitas sosial yang terjadi di dunia tidak terelakan. Semakin mudahnya
mempengaruhi sebuah peristiwa walupun berada di tempat yang berbeda.
Musnahnya batas-batas teritorial negara dan politik internasional semakin
memperkuat arus globalisasi saat ini.

Dari beberapa pengertian di atas tentu saja dapat dipahami bahwa dengan
globalisasi sebagai instrumennya, paham kapitalisme akan semakin mudah untuk
masuk dan menjalankan apa yang seharusnya dikejar. Maka tidak heran ketika
banyak yang mengartikan globalisasi sebagai kepanjangan tangan kaum kapitalis
dan koorporat. Konsep kapitalisme berasal dari pemikiran Marx tentang sifat
dasar manusia, yaitu keserakahan, ketamakan dan kekerasan(6). Sifat itulah yang
kemudian menjadikan para pemilik modal dan alat produksi berlomba-lomba
untuk mencari kekayaan semaksimal mungkin meskipun harus mengorbankan
banyak orang bahkan eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan sehingga akan
memberikan dampak negatif terhadap kehidupan jangka panjang.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana sejumlah besar pekerja yang


hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi
keuntungan para kapitalis yang memiliki komoditas-komoditas, alat alat produksi,
dan bahkan waktu kerja para pekerja, karena mereka menganggap bahwa mereka
telah membeli waktu para pekerja melalui apa yang di sebut dengan gaji(7). Maka
dari itu tidaklah heran apabila terjadi eksploitasi terhadap para buruh, parahnya
lagi eksploitasi yang terjadi tidak hanya pada buruh, tapi juga kelestarian alam.
Demi mendapatkan sumberdaya yang di butuhkan untuk menjalankan
produksinya kaum kapitalis tidak perduli apa yang terjadi terhadap alam yang
rusak akibat keserakahan mereka.

5.
Anthony Gidens
6.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Marxis dan Bebagai Ragam Teori Neo Marxian,(Bantul:
Kreasi Wacana,2012) Hlm: 29
7.
Ibid, hlm: 44

5
2.2 Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan dapat diartikan sebagai proses deteriorasi atau
penurunan mutu (kemunduran) lingkungan(8). Deteriorasi lingkungan ini ditandai
dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar,
dan kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak
langsung bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel
Challenges and Change PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah
satu dari sepuluh ancaman terhadap kemanusiaan.

World Risk Report yang dirilis German Alliance for Development


Works,United Nations University Institute for Environment and Human
Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) pada tahun 2012 pun
menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang
menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan.

Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan


dalam dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia(9).Letusan
gunung berapi, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan
tsunami merupakan beberapa contoh yang menjadi penyebab rusaknya lingkungan
hidup akibat peristiwa alam.

Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia.


Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding
kerusakan akibat bencana alam. Ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa
terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya
disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian
lingkunganseperti perusakanhutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan
tanah dan lain sebagainya.

8.
Otto, Soemarwoto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Djambatan: Bandung, 2004)
9.
Ibid

6
Kerusakan hutan juga merusak berbagai jenis keanekaragaman hayati yang
ada di dalamnya, serta konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi
kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb,
meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya(10). Terjadi
peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu
akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin.

2.3 Pembahasan Artikel

Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alamnya, untuk itu
wajar jika eksistensinya akan selalu menjadi pusat perhatian dan perburuan negara
maju yang kekurangan sumber daya alam dan ingin memperluas eksistensinya di
dunia bisnis internasional. Berlimpahnya hutan, banyaknya tambang minyak
bumi, hasil laut, bahkan emas belum bisa di manfaatkan secara optimal oleh
pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Faktanya selain kerugian financial, Indonesia juga mengalami kerusakan


lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan yang di lakukan oleh
perusahaan-perusahaan lokal maupun asing. Berikut adalah beberapa kerusakan
yang disebabkan oleh ulah manusia akibat adanya proses globalisasi dan paham
kapitalisme:

A. Hutan Indonesia yang Terus Menyusut

Permasalahan yang timbul dari pengelolaan sumber daya alam yang terjadi di
Indonesia diantaranya adalah terus menurunnya kondisi hutan Indonesia baik itu
dari segi jumlah maupun fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan
manusia. Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya
dalam menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung
lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Secara geografis kita bisa
lihat bahwa Indonesia memiliki hutan yang sangat luas. Dan itu merupakan
sebuah kekayaan yang harus diajaga. Akan tetapi banyak sekali oknum-oknum

7
menyalahgunakan apa yang ada. Sehingga hutan Indonesia banyak yang rusak dan
menimbulkan efek pararel terhadap kondisi alam yang lainya.

Siapa yang tidak tahu kalau Indonesia memiliki hutan yang luas dan lebat.
Indonesia, salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia dan menurut
kementrian kehutanan menyebutkan setiap tahun Indonesia kehilangan 1,17 juta
hektar hutan. Hutan yang berfungsi sebagai tempat tempat tinggal satwa liar dan
penghasil O2 saat ini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, industri,
perumahan, bahkan yang saat ini sedang maraknya penebangan liar untuk di
produksi menjadi peralatan rumah tangga.

Ekspansi lahan untuk produksi barang konsumsi telah menyumbang 80%


deforestasi global. Dilansir dari The Conversation bahwa tahun 2012, Indonesia
telah membuat rekor pembukaan lahan hutan hujan tropis. Sebuah artikel
di Nature Climate Chang memaparkan bahwa Indonesia telah membabat hutan
seluas lebih dari 6 JutaHa sepanjang tahun 2000 hingga 2012.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jambi, dari luas kawasan hutan Jambi
2,179 juta hektar, seluas 1,121 juta hektar kondisinya kritis. Luas lahan yang kritis
di dalam kawasan hutan mencapai 971.000 hektar dan yang di sekitar hutan
mencapai 151.000 hektar. Hal tersebut tentunya merefleksikan dampak
negatif globalisasi terhadap kerusakan alam di Indonesia. Dan itu baru di satu
wilayah saja.

Kita mengetahui bahwa salah satu komoditi utama Indonesia adalah kelapa
sawit. Salah satunya, hamparan perkebunan sawit mengelilingi aliran Sungai
Kampar di Provinsi Riau. Setiap tahun, pembukaan dan pembakaran lahan untuk
dijadikan area perkebunan telah memunculkan bencana baru bagi masyarakat.
Kabut asap beracun akibat pembakaran lahan menjadi ancaman kesehatan nyata
bagi masyarakatnya.

Akibat yang timbul dari kebakaran tersebut adalah pelepasan emisi gas rumah
kaca yang cepat dan besar-besaran, dan menimbulkan kabut asap yang pekat yang

8
berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Kajian menunjukkan kebakaran hutan
di khatulistiwa memengaruhi kadar gas rumah kaca global. Jumlah rata-rata emisi
gas kebakaran dari wilayah ini diperkirakan sebesar 0.12GtC/tahun, yang dapat
dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil untuk wilayah tersebut.

Di Riau, masalah kabut asap bukanlah sekadar polusi asap rokok atau polusi
knalpot mobil di jalan-jalan, melainkan sudah sangat parah dan sampai
mengganggu aktivitas manusia. Kondisi udara di Riau sudah sangat
mengkhawatirkan. Kualitas udara disebagian wilayah Riau semakin buruk dan
tidak sehat. Kabut asap tersebut akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
gangguan pernafasan, tidak hanya itu kabut asap tersebut juga berpengaruh pada
kegiatan ekonomi di Riau dan sekitarnya. Kegiatan ekonomi bisa lumpuh
sementara karena masyarakat tidak bisa beraktifitas seperti biasanya akibat
gangguan kabut asap tersebut. Tingkat kecelakaan juga bisa meningkat akibat
jarak pandang pengemudi kendaraan juga menjadi berkurang.

Kebakaran hutan di Riau tidak hanya disebabkan oleh pembukaan lahan


kelapa sawit, tetapi juga karena pembakaran yang sengaja dilakukan secara oleh
oknum-oknum ysng tidak bertanggung jawab pada lahan perkebunan karet.
Pembakaran lahan secara sengaja tersebut merupakan suatu tindakan kriminal
yang mengakibatkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun kesehatan bagi
masyarakat.

Hutan yang berada di wilayah Indonesia juga mengalami masalah yang


diakibatkan oleh adanya pembalakan liar. Salah satu pembalakan liar yang terjadi
yaitu di daerah Taman Nasional Kerinci Seblat. Aktivitas ilegal ini tercium
pertama kali oleh masyarakat adat Lekuk Limapuluh Tumbi. Setelah ditelusuri,
kayu hasil curian itu akan dijual.

Kerusakan hutan juga dialami di wilayah Kalimantan. Penambangan emas


ilegal di kawasan konservasi hutan raya Sultan Adam, Kalimantan Selatan masih
ditemukan. Kegiatan itu tidak hanya merusak areal konservasi tetapi juga
mencemari Waduk Riam Kanan yang menjadi sumber air baku bagi masyarakat.

9
Kehidupan masyarakat menjadi terganggu karena kawasan nya tiba-tiba berubah
menjadi areal tambang.

Kondisi hutan Indonesia akan mempengaruhi kelestarian flora dan fauna yang
ada di dalamnya. Salah satu makhluk hidup yang keberadaannya terancam pada
saat ini adalah Gajah. Kehidupan gajah Sumatera kian terasing. Ancaman utama
terhadap gajah sumatera adalah hilangnya tutupan hutan di dataran rendah, habitat
asli dari mamalia besar ini adalah dataran rendah bervegetasi. Laporan penelitian
WWF mengatakan deforestasi lebih luas terjadi pada dataran kering yang menjadi
tempat hidup gajah. Kurang dari 80% habitat gajah telah hilang.

Pembangunan dalam perluasan pemukiman, pertanian, kelapa sawit, serta


pertambangan menyebabkan habitat gajah kian tergerus. Akhirnya gajah masuk ke
wilayah pertanian atau perkebunan, sehingga menimbulkan konflik antara
manusia dan gajah. Gajah kemudian diburu oleh masyarakat, eksistensi gajah pun
kian terancam. Berita tentang gajah mati karena di racun, di tembak menjadi
berita langganan.

Selain gadingnya yang bernilai ekonomi tinggi, gajah juga memiliki manfaat
yang banyak bagi lingkungan. Indonesia harus berterima kasih kepada gajah,
karena menurut Jatna gajah ikut serta dalam menebar bibit-bibit vegetasi, bekas
tapak gajah juga menjadi suatu ekosistem tersendiri bagi serangga kecil.

B. Ekosistem Pesisir dan Laut yang Terancam

Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi akibat pengelolaan sumber daya alam yang tidak
baik. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi hutan mangrove serta
terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang lamun telah
mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati.30% dari
2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Kerusakan
terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah pesisir,

10
mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan
laut.
Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai,
antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi pantai, pembangunan hotel,
dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan
perairannya. Laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus
meningkat. Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan
laut juga berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama
pencemaran pesisir dan laut terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri,
rumah tangga, dan pertanian.

Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari
kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan
pertambangan. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan
ilegal serta penambangan terumbu karang masih terjadi dimana-mana yang
memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut.

Menurut Dr Michael Beck, Ilmuwan The Nature Conservancy, sekitar 200


juta orang di dunia yang sangat berisiko jika terumbu karang rusak. 200 juta orang
tersebut paling banyak tersebar di 7 negara yaitu Indonesia dan India (masing-
masing 35 juta orang), Filipina (20 juta), China (15 juta), Brazil, Vietnam, dan
Amerika Serikat (seluruhnya 7 juta).

Dari rilis ini bisa diketahui bahwa kelestarian terumbu karang di pesisir
Indonesia menjadi benteng bagi lebih dari 35 juta penduduk Indonesia yang
mendiami daerah pantai. Rusaknya terumbu karang akan meningkatkan risiko
bencana terhadap mereka. Padahal luas terumbu karang di Indonesia tidak kurang
dari 85 ribu km2. Sayangnya dari seluruh luas terumbu karang yang dimiliki oleh
Indonesia, menurut berbagai studi, hanya berkisar 30% saja yang dalam kondisi
bagus. Penyebab rusaknya terumbu karang yaitu:
 Penggunaan bahan peledak, jala tarik, dan racun utuk menangkap ikan

11
 Pencemaran dengan tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal dan
pelemparan jangkar reklamasi, serta penambangan pasir
 Pembuangan limbah padat atau cair rumah tangga dan industri ke dalam
perairan

Akibat dari rusaknya terumbu karang yaitu:

 Biota laut kehilangan Tempat Tinggal untuk berkembang biak dan tempat
mencari makanan
 Penurunan produksi Ikan yang akan berpengaruh pada sektor sektor
industri terkait seperti ekspor ikan, mutiara, wisata bahari, obat obatan,
pakan ternak dan kosmetik
 Hilangnya terumbu karang sebagai penahan pesisir pantai dari hempasan
ombak

Tingkat kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang


menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan, terutama di
negera-negara kepulauan seperti Indonesia.Korelasi antara tingkat kerusakan
lingkungan dan risiko bencana ini terungkap dariWorld Risk Report (Laporan
Risiko Dunia) 2012 yang diluncurkan oleh German Alliance for Development
Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and
Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) di Brussels,
Belgia
World Risk Report mencatat sepanjang 2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130
bencana di seluruh dunia yang mengakibatkan lebih dari 1 juta meninggal dunia
dan kerugian material mencapai US$1,195 triliun. Laporan Risiko Dunia ini juga
membuat World Risk Index (Indeks Risiko Dunia) yang memeringkatkan 173
negara berdasarkan risiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bencana
alam.
10 negara dengan peringkat tertinggi atas resiko bencana akibat kerusakan
alam adalah: Vanuatu (63,66%), Tonga (55,27%), Filipina (52,46%), Jepang
(45,91%), Costa Rica (42,61%), Brunei Darussalam (41,10%), Mauritius

12
(37,35%), Guatemala (36,30%), El Salvador (32.60%), dan Bangladesh (31.70%).
Sedangkan negara dengan risiko bencana terendah adalah Malta dan
Qatar.Indonesia sendiri, berdasarkan Indeks Risiko Dunia ini berada di peringkat
ke-33 dengan nilai 10,74%. Meskipun begitu Indonesia masih termasuk negara
berisiko tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, erosi,
kenaikan air laut, abrasi pantai, dan badai.

Dalam laporan ini, kerusakan lingkungan alam mempunyai dampak nyata


terhadap peningkatan risiko bencana. Sebaliknya, alam mempunyai kemampuan
untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Salah satunya adalah terumbu
karang dan mangrove. Laporan Risiko Bencana ini haruslah segera menjadi
peringatan bagi kita semua untuk segera menghentikan kerusakan lingkungan,
termasuk kerusakan terumbu karang, yang terus terjadi di Indonesia. Alam dengan
caranya, telah melindungi kita dari berbagai bencana, sudah seharusnya kita
menjaga lingkungan dan menghentikan kerusakan lingkungan.

C. Upaya Menanggulangi Kerusakan Lingkungan

Sumber daya manusia, pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan, serta


insentif bagi pengelola kehutanan sangat terbatas bila dibandingkan dengan
cakupan luas kawasan yang harus dikelolanya. Hal ini mempersulit
penanggulangan masalah kehutanan seperti pencurian kayu, kebakaran hutan,
pemantapan kawasan hutan, dan lain-lain.

Selain itu hukum lingkungan atau peraturan perundangan di bidang


lingkungan hidup masih kurang bersinergi dengan peraturan perundangan sektor
lainnya. Banyak terjadi tumpang tindih dan bahkan saling bertentangan baik
peraturan perundangan yang ada baik di tingkat nasional maupun peraturan
perundangan daerah. Maka harus ada sebuah perbaikan terhadap aturan hukum
dan perundang-undangan dalam hal ini yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Masyarakat umumnya menganggap bahwa sumber daya alam akan tersedia


selamanya dalam jumlah yang tidak terbatas, secara cuma-cuma. Air, udara,

13
iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak
akan pernah habis. Demikian pula pandangan bahwa lingkungan hidup akan
selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya sendiri.
Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak
termotivasi untuk ikut serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup
di sekitarnya.
Pengrusakan lingkungan dengan sadar ataupun tidak sadar harus segera di
tindak lanjuti agar bahaya akibat kerusakan lingkungan yang sedang kita rasakan
tidak berlanjut ke level yang lebih tinggi. Alam yang saat ini menjadi sahabat
manusia, suatu saat akan berubah menjadi sumber bencana bagi manusia itu
sendiri. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan antara lain
berupa:

1. Ikut Serta dan Aktif dalam Perundingan Iklim Demi Masa Depan yang Lebih
Baik

Fakta meyebutkan bahwa kerusakan hutan tropis bertanggung jawab atas


meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi. Oleh karena itu, perlu komitmen
dari seluruh warga bumi untuk meminimalisir reduksi emisi dan deforestasi.
Meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi merupakan tanggung jawab yang
harus diselesaikan secara bersama-sama oleh semua negara di dunia. Karena
semua hampir semua negara berkontribusi terhadap meningkatnya emisi gas
rumah kaca tersebut.

Salah satu bentuk penanggulangan dari meningkatnya emisi gas rumah kaca
tersebut adalah dengan diadakannya perundingan iklim. Kali ini, perundingan
iklim dilakukan di Peru. Indonesia, sebagai negara yang sudah merasakan efek
dari meningkatnya emisi gas rumah kaca pun turut berpartisipasi di dalam
perundingan ini. Komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari setiap
negara dan kontribusinya terhadap aksi perubahan iklim global pasca 2020
menjadi pokok perundingan pada Konferensi para Pihak United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) ke-20 dan Kyoto
Protocol ke-10 yang berlangsung pada 1-12 Desember 2014 di Lima, Peru.

14
Komitmen penanganan perubahan iklim pasca 2020 dituangkan dalam
kesepakatan multilateral baru yang akan diadopsi pada COP-21 akhir 2015 di
Paris, Perancis.

Kontribusi diharapkan dari semua negara, baik kaya maupun miskin, baik
besar maupun kecil. Penerapan kontribusi dari semua negara tersebut disebabkan
oleh fakta pengurangan emisi GRK hingga kini tidak sebanding dengan sasaran
yang seharusnya dicapai sebagaimana disarankan oleh temuan-temuan oleh
komunitas ilmiah.

Beberapa studi menegaskan bahwa jika tidak segera ada aksi mitigasi yang
ambisius oleh semua negara, maka kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi akan
bergerak di atas 2° Celcius, yaitu antara 3-4° Celcius, suatu kondisi yang
diperkirakan akan menyebabkan peningkatan jumlah dan intensitas cuaca ekstrim
dengan daya rusak yang makin tinggi.

2. Penerapan Ekonomi Hijau dalam Pembangunan di Indonesia

Berbicara mengenai ekonomi hijau, bisa dipastikan terkait dengan perusahaan


yang berwawasan lingkungan. Jika banyak perusahaan berwawasan lingkungan
tentu akan menciptakan kebaikan bagi lingkungan. Atau dengan kata lain bisa
dikatakan bahwa ekonomi hijau adalah tentang upaya tindakan-tindakan ekonomi
yang menghasilkan karbon lebih rendah, efisien sumber daya, dan pada saat yang
bersamaan inklusif secara sosial.

Ekonomi hijau adalah paradigma ekonomi baru, yang dapat mendorong


pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, sekaligus mengurangi risiko
kerusakan lingkungan, dan diharapkan mampu mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Penerapan ekonomi hijau sebagai visi pembangunan memerlukan
peran aktif dan kerja sama dari pemerintah, sektor swasta, kelompok masyarakat
sipil, akademisi dan masyarakat lokal. Dengan demikian, ekonomi hijau akan
mampu mendorong pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan menganut
prinsip kesetaraan.

15
Hal ini akan mendukung pengelolaan hutan yang efektif yang dapat membantu
mengurangi emisi karbon, meningkatkan ekosistem, dan menyediakan manfaat
ekonomi untuk masyarakat sekitar. Pada prinsipnya Ekonomi hijau memiliki
empat tujuan, yaitu:

1. Pengentasan kemiskinan,
2. Pekerjaan yang layak,
3. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
4. Internalisasi lingkungan dalam semua aktivitas pembangunan.

Jika keempat tujuan tercapai maka kualitas hidup manusia dan kesetaraan
sosial meningkat serta mengurangi resiko kerusakan lingkungan.

Salah satu penerapan ekonomi hijau yang telah dilakukan di Indonesia adalah
dalam pembangunan Heart of Borneo (HoB). Ekonomi hijau sesuai dengan visi
misi HoB yaitu konservasi dan prinsip pembangunan secara berkelanjutan.
implementasi ekonomi hijau di wilayah HoB diantaranya dapat dikembangkan di
sektor hasil hutan kayu dengan penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan
Lestari (PPHL) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), penerapan ISPO
(Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk perkebunan kelapa sawit, penerapan
pertambangan yang bertanggung jawab, pemanfaatan keanekaragaman hayati
untuk produksi bioprospecting, pengembangan dan pemanfaatan HHBK (hasil
hutan bukan kayu) dan penerapan sistem dan mekanisme Pembayaran Jasa
Lingkungan (PJL).

Tujuan HoB adalah untuk mempertahankan keberlanjutan manfaat salah satu


kawasan hutan hujan terbaik yang masih tersisa di Borneo bagi kesejahteraan
generasi sekarang dan mendatang. Penerapan ekonomi hijau sebagai visi
pembangunan di HoB memerlukan peran aktif dan kerja sama dari pemerintah,
sektor swasta, kelompok masyarakat sipil, akademisi dan masyarakat lokal.
Dengan demikian, ekonomi hijau di HoB akan mampu mendorong pembangunan
berkelanjutan yang inklusif dan menganut prinsip kesetaraan di HoB.

16
3. Pengkajian secara Cermat terhadap Pendirian Industri di Indonesia

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sudah seharusnya melakukan


pengkajian secara cermat terhadap izin pendirian industri di Indonesia. Kita sudah
mengetahui bahwa pendirian industri tersebut banyak menimbulkan efek negatif
terhadap kondisi atau keadaan lingkungan. Oleh karena itu pemerintah harus
benar-benar melakukan pengkajian terhadap dampak didirikannya industri
sebelum memberikan izin pendirian.

Pengkajian tersebut telah diterapkan pada pendirian pabrik pengolahan


(smelter) industri nikel di Baluran, Jawa Timur. Pendirian pabrik tersebut
berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional. Walaupun berada di luar
kawasan taman nasional, dampak pembangunan smelter tersebut telah dirasakan
oleh pengelola Taman Nasional Baluran.

Lahan bakal pabrik nikel dikelilingi taman nasional di sisi barat, utara dan
timur. Untuk mengangkut bahan mentah nikel dari Sulawesi, PT Situbondo
Metallindo akan memakai kawasan Taman Nasional Baluran di sisi timur untuk
jalan dan dermaga. Jalan angkutan itu sepanjang 660 meter, selebar 20 meter.
Rencana pembangunan jalan untuk smelter nikel yang berbatasan langsung
dengan taman nasional dikhawatirkan akan berbahaya bagi keberlangsungan
ekosistem di kawasan ini.

Untuk mengkaji permohonan itu, Kementerian Kehutanan mengirim tim pakar


ke Baluran. Tim kajian ini berisi akademisi dan peneliti dari Kementerian
Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan
Taman Nasional Baluran.

4. Pemberdayaan Masyarakat Adat

Masyarakat adat atau masyarakat lokal bisa memberikan solusi guna


memperlambat laju pemanasan global. Namun kenyataannya, masyarakat adat
justru tersisih dari hutan dan sumber daya hidupnya yang merupakan hak mereka.

17
Masyarakat adat memiliki keterkaitan yang kuat dengan tanah airnya. Mereka
memiliki kearifan lokal dalam mengelola tanah, hutan dan wilayah adatnya.
Mereka juga mampu menyelaraskan upaya mencapai kesejahteraan dengan tetap
menjaga lingkungan.

Perubahan iklim merupakan persoalan yang serius bagi keadaan bumi dan
manusia. Oleh karena itu, saling mendukung dan saling melengkapi dengan
masyarakat adat diperlukan agar harmoni dengan alam tetap terjaga. Salah satu
peran masyarakat adat yang telah tampak di Indonesia adalah peranan masyarakat
adat di Jambi, dalam memberantas pembalakan liar terhadap kayu jenis Borneo di
Jambi.

5. Menyiapkan Lembaga Otoritas terhadap Keanekaragaman Hayati


Selama ini kebijakan tentang keanekaragaman hayati dan sumber daya
genetik tidak jelas meskipun sudah dibentuk komisi nasional sumber daya
genetik. Oleh karena itu, Indonesia harus ada lembaga penanggung jawab untuk
menangani akses dan pemanfaatan bersama sumber daya genetik.

6. Menyelamatkan Ekosistem Hutan dan Laut melalui Konservasi


Kerusakan yang sudah dialami oleh hutan dan laut harus segera ditanggulangi
agar tidak semakin parah. Hal yang perlu dilakukan dalam menanggulangi
kerusakan hutan antara lain adalah:
a) Melakukan reboisasiataupenanamankembalihutan yang gundul
b) Jika ingin menebang kayu, lakukan sistem tebang pilih.
c) Masyarakat, lembaga swadaya, dan pemerintah harus mengawasi dan
menjaga hutan.
d) Memberikan sanksi berat bagi penebang hutan liar.
Cara menanggulangi kerusakan terumbu karang yaitu:
a) Tidak membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan
merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
b) Tidak melakukan penambangan secara sembarangan

18
c) Tidak melakukan pembangunan pemukiman diareal sekitar terumbu
karang
d) Tidak melakukan reklamasi pantai secara sembarangan
e) menjaga kondisi perairan agar bebas dari polusi
f) Tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti
pemakaian bom ikan

19
BAB 3

3.1 Kesimpulan

Dari paparan di atas sudah dapat di simpulkan bahwa ternyata globalisasi


tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, pendidikan, teknologi dan aspek
lainya di indonesia. Tetapi juga berdampak terhadap kelestarian lingkungan alam
Indonesia yang notabene menjadi daya tarik bagi kaum kapitalis untuk
mengeksplorasi sumber daya alamnya. Karena terlalu cintanya mereka terhadap
sumber daya alam yang di miliki Indonesia, mereka lupa bahwa apa yang mereka
lakukan selama ini akan berdampak terhadap kehidupan manusia jangka panjang.

Hutan Indonesia banyak yang rusak dan menimbulkan efek pararel terhadap
kondisi alam yang lainya, diantaranya adalah kondisi udara, kondisi flora dan
fauna yang ada di dalam hutan. Tidak hanya itu kerusakan juga dialami oleh
ekosistem laut di Indonesia. Terumbu karang yang mejadi tempat hidup beberapa
biota laut menjadi rusak. Kerusakan alam yang terjadi juga akan berpengaruh
terhadap terjadinya berbagai bencana alam yang ada di Indonesia seperti banjir,
tanah longsor dan bencana alam lainnya.

Semua kerusakan tersebut diakibatkan oleh semakin berkembangnya proses


globalisasi yang mendorong para kaum kapitalis untuk berlomba menanamkan
modalnya demi memperkaya dirinya sendiri tanpa memperhatikan dampak yang
akan dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.

3.2 Saran

Maka dari itu terlepas dari semua kondisi yang ada, mari kita manfaatkan
kekayaan alam dari negara kita serta menggunakanya dengan sebaik mungkin,
agar kekayaan alam kita bisa dimanfaatkan secara maksimal dan efisien tanpa
merusak kondisi alam yang sudah ada. Selain itu rasa peduli terhadap lingkungan
juga harus ditingkatkan, dengan cara memulai dari diri sendiri, memulai dari hal
yang paling kecil, dan memulai dari sekarang untuk melakukan gerakan menanam

20
kembali pohon yang rusak, menggunakan air dengan seefisien mungkin dan
kegiatan yang lainya.

3.3 Implementasi

Indonesia seharusnya harus mulai sadar. Eksploitasi besar besaran


sumberdaya alam Indonesia untuk kepentingan dan keuntungan kaum kapitalis
tidak hanya melnggar HAM, tetapi juga tidak kenal ampun pada kelestarian
lingkungan Indonesia. Semakin banyaknya hutan Indonesia yang di tebangi demi
memenuhi keserakahan kaum kapitalis, tentunya akan memberikan dampak
terhadap keseimbangan alam. Oleh karena itu pemerintah sebagai pembuat
kebijakan harus benar-benar membuat kebijakan yang tidak merugikan
masyarakat Indonesia sendiri serta lingkungan alam Indonesia

Pelaksanaan undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup benar-


benar harus serius dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah dengan masyarakat
dan para aktivis pecinta lingkungan, secara bersama-sama bekerja sama dalam
menjaga kelestarian lingkungan Indonesia. Seperti yang Mahatma Ghandi katakan
“Alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, nukan keserakahan
manusia”. Jadi sebagai manusia, kita harus memanfaatkan alam sesuain dengan
yang kita butuhkan jangan berlebih-lebihan.

Gerakan ekonomi hijau yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh dunia
juga ada baiknya jika diterapkan di Indonesia. Ekonomi hijau yang
merupakanbagian dari pembangunan ekonomi secara berkelanjutan harus
diterapkan dalam aspek pembangunan ekonomi di Indonesia. Mengingat
kerusakan lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini sudah semakin
parah. Jangan samapai tujuan awal dari adanya pembangunan ekonomi di
Indonesia untuk mensejahterakan rakyat justru malah nantinya akan menambah
kesengsaraan rakyat. Karena pembangunan ekonomi yang dilakukan tidak
mementingkan aspek pembangunan yang berkelanjutan

21
Tidak ada gunanya lagi untuk mempermasalahkan kerusakan alam yang telah
terjadi. Yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat di Indonesia saat ini
termasuk pemerintah adalah mengupayakan agar kerusakan yang terjadi tidak
semakin bertambah dan segera melakukan perbaikan yang bisa dilakukan pada
kerusakan yang telah ada melalui konservasi. Konservasi saat ini sangat amat
diperlukan, terutama terhadap keberadaan hutan dan ekositem laut di Indonesia.

Dalam artikel yang penulis dapatkan ada 2 contoh perbaikan yang dilakukan
oleh masyarakat dalam permasalahan kerusakan lingkungan yaitu mengembalikan
Bukit Meribo dan menyelamatkan ekosistem di Selat Bali. Sebenarnya masih
banyak contoh-contoh lain yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan.

Sebagai penutup, penulis mengharapkan kita semua harus bisa bersikap


cerdas dalam menghadapi arus globalisasi. Di zaman saat ini, kita memang tidak
boleh menutup mata akan adanya globalisasi, karena jika begitu maka kita akan
tertinggal oleh perkembangan zaman. Namun, kita harus sadar bahwa tidak semua
yang ditimbulkan oleh globalisasi itu bersifat positif. Oleh karena itu, sebagai
manusia yang memiliki akal kita harus benar-benar arif dan bijaksana dalam
menghadapi era globalisasi saat ini. Kita bergantung pada lingkungan karena
lingkungan adalah kita. Jika keseimbangan lingkungan terganggu, alhasil kita
manusia yang ada di dalam nya juga akan terganggu.

22
Daftar Pustaka

Budiman Chandra. 2007. Pengasntar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkunga. Jakarta: EGC

Dewan Nasional Perubahan Iklim (www.dnpi.go.id)

Endah, Alam. Kerusakan Lingkungan Tingkatkan Resiko Bencana. 2012.

http://alamendah.org/2012/10/12/kerusakan-lingkungan-tingkatkanrisiko

bencana/. (Diakses tanggal 30 November, 2014 Pukul 14.35)

Endah, Alam. Kerusakan Lingkungan Hidup di Indonesia dan Penyebabnya.

2014. http://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di

indonesia-dan-penyebabnya/. (Diakses tanggal 30 November, 2014 Pukul

14.55)

Rais, Amien. 2008. Selamatkan Indonesia. Yogyakarta: PPSK Press

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Marxis dan Bebagai Ragam

Teori Neo Marxian,Bantul: Kreasi Wacana

Setiawan, Iwan. “Dampak globalisasi terhadap Pertanian Indonesia”. Makalah

dalam Seminar Interaktif Globalisasi Pertanian Indonesia, Bandung 10

Juni 2004.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.


Djambatan: Bandung
Supriatna, J. 2008. Mengenal Alam Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

T. Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:

Erlangga.

23
Yunaidi. Tim Pakar Mengkaji Pabrik Nikel di Baluran. 2014.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/tim-pakar-mengkaji

pabrik-nikel-di-baluran. (Diakses pada tanggal 16 November 2014 pukul

10.25)

Yunaidi. Nol Deforestasi Lawan Asap

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/nol-deforestasi-lawan-
asap. (Diakses pada tanggal 29 November 2014, pukul 16.50)

Yunaidi. Hutan Indonesia yang Terus Menyusut.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/hutan-indonesia

yang-terus-menyusut. (Diakses pada tanggal 2 November 2014, pukul

13.20)

Yunaidi. Ekonomi Hijau untuk Pembangunan di Heart of Borneo.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/ekonomi-hijau

untuk-pembangunan-di-heart-of-borneo. (Diakses pada tanggal 2

November2014, pukul 13. 38)

24

Anda mungkin juga menyukai