Pengaruh Proses Globalisasi Dan Paham Ka
Pengaruh Proses Globalisasi Dan Paham Ka
PENDAHULUAN
1.
T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2004) Hlm. 26.
1
tidak berwawasan lingkungan. Hal ini bisa dilihat melalui berbagai bentuk
kerusakan akibat aktifitas pertambangan, selain itu juga limbah yang dihasilkan
tidak bisa diatasi oleh negara maju. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi
pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah pasti akan
mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya melimpah di
Indonesia.
Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya pada hutan Indonesia saja.
Melainkan juga terjadi pada ekosistem laut Indonesia. Terumbu karang yang
menjadi tempat hidup berbagai macam biota laut banyak yang rusak akibat
perbuatan manusia. Laut menjadi tercemar akibat kegiatan pembuangan limbah
secara langsung ke laut dan juga karena kegiatan eksplorasi minyak bumi. Ikan-
ikan Indonesia banyak yang dicuri secara ilegal.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB 2
2.
Amien Rais, Selamatkan Indonesia,(Yogyakarta: PPSK Press, 2008) Hlm. 11.
3.
Theodore Levitt tahun 1985
4.
Ibid
4
Globalisasi adalah proses pemampatan ruang dan waktu terjadi(5), dimana
intensitas sosial yang terjadi di dunia tidak terelakan. Semakin mudahnya
mempengaruhi sebuah peristiwa walupun berada di tempat yang berbeda.
Musnahnya batas-batas teritorial negara dan politik internasional semakin
memperkuat arus globalisasi saat ini.
Dari beberapa pengertian di atas tentu saja dapat dipahami bahwa dengan
globalisasi sebagai instrumennya, paham kapitalisme akan semakin mudah untuk
masuk dan menjalankan apa yang seharusnya dikejar. Maka tidak heran ketika
banyak yang mengartikan globalisasi sebagai kepanjangan tangan kaum kapitalis
dan koorporat. Konsep kapitalisme berasal dari pemikiran Marx tentang sifat
dasar manusia, yaitu keserakahan, ketamakan dan kekerasan(6). Sifat itulah yang
kemudian menjadikan para pemilik modal dan alat produksi berlomba-lomba
untuk mencari kekayaan semaksimal mungkin meskipun harus mengorbankan
banyak orang bahkan eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan sehingga akan
memberikan dampak negatif terhadap kehidupan jangka panjang.
5.
Anthony Gidens
6.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Marxis dan Bebagai Ragam Teori Neo Marxian,(Bantul:
Kreasi Wacana,2012) Hlm: 29
7.
Ibid, hlm: 44
5
2.2 Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan dapat diartikan sebagai proses deteriorasi atau
penurunan mutu (kemunduran) lingkungan(8). Deteriorasi lingkungan ini ditandai
dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar,
dan kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak
langsung bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel
Challenges and Change PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah
satu dari sepuluh ancaman terhadap kemanusiaan.
8.
Otto, Soemarwoto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Djambatan: Bandung, 2004)
9.
Ibid
6
Kerusakan hutan juga merusak berbagai jenis keanekaragaman hayati yang
ada di dalamnya, serta konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi
kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb,
meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya(10). Terjadi
peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu
akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin.
Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alamnya, untuk itu
wajar jika eksistensinya akan selalu menjadi pusat perhatian dan perburuan negara
maju yang kekurangan sumber daya alam dan ingin memperluas eksistensinya di
dunia bisnis internasional. Berlimpahnya hutan, banyaknya tambang minyak
bumi, hasil laut, bahkan emas belum bisa di manfaatkan secara optimal oleh
pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Permasalahan yang timbul dari pengelolaan sumber daya alam yang terjadi di
Indonesia diantaranya adalah terus menurunnya kondisi hutan Indonesia baik itu
dari segi jumlah maupun fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan
manusia. Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya
dalam menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung
lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia. Secara geografis kita bisa
lihat bahwa Indonesia memiliki hutan yang sangat luas. Dan itu merupakan
sebuah kekayaan yang harus diajaga. Akan tetapi banyak sekali oknum-oknum
7
menyalahgunakan apa yang ada. Sehingga hutan Indonesia banyak yang rusak dan
menimbulkan efek pararel terhadap kondisi alam yang lainya.
Siapa yang tidak tahu kalau Indonesia memiliki hutan yang luas dan lebat.
Indonesia, salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia dan menurut
kementrian kehutanan menyebutkan setiap tahun Indonesia kehilangan 1,17 juta
hektar hutan. Hutan yang berfungsi sebagai tempat tempat tinggal satwa liar dan
penghasil O2 saat ini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, industri,
perumahan, bahkan yang saat ini sedang maraknya penebangan liar untuk di
produksi menjadi peralatan rumah tangga.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jambi, dari luas kawasan hutan Jambi
2,179 juta hektar, seluas 1,121 juta hektar kondisinya kritis. Luas lahan yang kritis
di dalam kawasan hutan mencapai 971.000 hektar dan yang di sekitar hutan
mencapai 151.000 hektar. Hal tersebut tentunya merefleksikan dampak
negatif globalisasi terhadap kerusakan alam di Indonesia. Dan itu baru di satu
wilayah saja.
Kita mengetahui bahwa salah satu komoditi utama Indonesia adalah kelapa
sawit. Salah satunya, hamparan perkebunan sawit mengelilingi aliran Sungai
Kampar di Provinsi Riau. Setiap tahun, pembukaan dan pembakaran lahan untuk
dijadikan area perkebunan telah memunculkan bencana baru bagi masyarakat.
Kabut asap beracun akibat pembakaran lahan menjadi ancaman kesehatan nyata
bagi masyarakatnya.
Akibat yang timbul dari kebakaran tersebut adalah pelepasan emisi gas rumah
kaca yang cepat dan besar-besaran, dan menimbulkan kabut asap yang pekat yang
8
berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Kajian menunjukkan kebakaran hutan
di khatulistiwa memengaruhi kadar gas rumah kaca global. Jumlah rata-rata emisi
gas kebakaran dari wilayah ini diperkirakan sebesar 0.12GtC/tahun, yang dapat
dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil untuk wilayah tersebut.
Di Riau, masalah kabut asap bukanlah sekadar polusi asap rokok atau polusi
knalpot mobil di jalan-jalan, melainkan sudah sangat parah dan sampai
mengganggu aktivitas manusia. Kondisi udara di Riau sudah sangat
mengkhawatirkan. Kualitas udara disebagian wilayah Riau semakin buruk dan
tidak sehat. Kabut asap tersebut akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
gangguan pernafasan, tidak hanya itu kabut asap tersebut juga berpengaruh pada
kegiatan ekonomi di Riau dan sekitarnya. Kegiatan ekonomi bisa lumpuh
sementara karena masyarakat tidak bisa beraktifitas seperti biasanya akibat
gangguan kabut asap tersebut. Tingkat kecelakaan juga bisa meningkat akibat
jarak pandang pengemudi kendaraan juga menjadi berkurang.
9
Kehidupan masyarakat menjadi terganggu karena kawasan nya tiba-tiba berubah
menjadi areal tambang.
Kondisi hutan Indonesia akan mempengaruhi kelestarian flora dan fauna yang
ada di dalamnya. Salah satu makhluk hidup yang keberadaannya terancam pada
saat ini adalah Gajah. Kehidupan gajah Sumatera kian terasing. Ancaman utama
terhadap gajah sumatera adalah hilangnya tutupan hutan di dataran rendah, habitat
asli dari mamalia besar ini adalah dataran rendah bervegetasi. Laporan penelitian
WWF mengatakan deforestasi lebih luas terjadi pada dataran kering yang menjadi
tempat hidup gajah. Kurang dari 80% habitat gajah telah hilang.
Selain gadingnya yang bernilai ekonomi tinggi, gajah juga memiliki manfaat
yang banyak bagi lingkungan. Indonesia harus berterima kasih kepada gajah,
karena menurut Jatna gajah ikut serta dalam menebar bibit-bibit vegetasi, bekas
tapak gajah juga menjadi suatu ekosistem tersendiri bagi serangga kecil.
Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak merupakan salah satu
permasalahan yang terjadi akibat pengelolaan sumber daya alam yang tidak
baik. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi hutan mangrove serta
terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang lamun telah
mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati.30% dari
2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Kerusakan
terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah pesisir,
10
mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan
laut.
Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai,
antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi pantai, pembangunan hotel,
dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan
perairannya. Laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus
meningkat. Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan
laut juga berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama
pencemaran pesisir dan laut terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri,
rumah tangga, dan pertanian.
Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari
kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan
pertambangan. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan
ilegal serta penambangan terumbu karang masih terjadi dimana-mana yang
memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut.
Dari rilis ini bisa diketahui bahwa kelestarian terumbu karang di pesisir
Indonesia menjadi benteng bagi lebih dari 35 juta penduduk Indonesia yang
mendiami daerah pantai. Rusaknya terumbu karang akan meningkatkan risiko
bencana terhadap mereka. Padahal luas terumbu karang di Indonesia tidak kurang
dari 85 ribu km2. Sayangnya dari seluruh luas terumbu karang yang dimiliki oleh
Indonesia, menurut berbagai studi, hanya berkisar 30% saja yang dalam kondisi
bagus. Penyebab rusaknya terumbu karang yaitu:
Penggunaan bahan peledak, jala tarik, dan racun utuk menangkap ikan
11
Pencemaran dengan tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal dan
pelemparan jangkar reklamasi, serta penambangan pasir
Pembuangan limbah padat atau cair rumah tangga dan industri ke dalam
perairan
Biota laut kehilangan Tempat Tinggal untuk berkembang biak dan tempat
mencari makanan
Penurunan produksi Ikan yang akan berpengaruh pada sektor sektor
industri terkait seperti ekspor ikan, mutiara, wisata bahari, obat obatan,
pakan ternak dan kosmetik
Hilangnya terumbu karang sebagai penahan pesisir pantai dari hempasan
ombak
12
(37,35%), Guatemala (36,30%), El Salvador (32.60%), dan Bangladesh (31.70%).
Sedangkan negara dengan risiko bencana terendah adalah Malta dan
Qatar.Indonesia sendiri, berdasarkan Indeks Risiko Dunia ini berada di peringkat
ke-33 dengan nilai 10,74%. Meskipun begitu Indonesia masih termasuk negara
berisiko tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, erosi,
kenaikan air laut, abrasi pantai, dan badai.
13
iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak
akan pernah habis. Demikian pula pandangan bahwa lingkungan hidup akan
selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya sendiri.
Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak
termotivasi untuk ikut serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup
di sekitarnya.
Pengrusakan lingkungan dengan sadar ataupun tidak sadar harus segera di
tindak lanjuti agar bahaya akibat kerusakan lingkungan yang sedang kita rasakan
tidak berlanjut ke level yang lebih tinggi. Alam yang saat ini menjadi sahabat
manusia, suatu saat akan berubah menjadi sumber bencana bagi manusia itu
sendiri. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan antara lain
berupa:
1. Ikut Serta dan Aktif dalam Perundingan Iklim Demi Masa Depan yang Lebih
Baik
Salah satu bentuk penanggulangan dari meningkatnya emisi gas rumah kaca
tersebut adalah dengan diadakannya perundingan iklim. Kali ini, perundingan
iklim dilakukan di Peru. Indonesia, sebagai negara yang sudah merasakan efek
dari meningkatnya emisi gas rumah kaca pun turut berpartisipasi di dalam
perundingan ini. Komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari setiap
negara dan kontribusinya terhadap aksi perubahan iklim global pasca 2020
menjadi pokok perundingan pada Konferensi para Pihak United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) ke-20 dan Kyoto
Protocol ke-10 yang berlangsung pada 1-12 Desember 2014 di Lima, Peru.
14
Komitmen penanganan perubahan iklim pasca 2020 dituangkan dalam
kesepakatan multilateral baru yang akan diadopsi pada COP-21 akhir 2015 di
Paris, Perancis.
Kontribusi diharapkan dari semua negara, baik kaya maupun miskin, baik
besar maupun kecil. Penerapan kontribusi dari semua negara tersebut disebabkan
oleh fakta pengurangan emisi GRK hingga kini tidak sebanding dengan sasaran
yang seharusnya dicapai sebagaimana disarankan oleh temuan-temuan oleh
komunitas ilmiah.
Beberapa studi menegaskan bahwa jika tidak segera ada aksi mitigasi yang
ambisius oleh semua negara, maka kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi akan
bergerak di atas 2° Celcius, yaitu antara 3-4° Celcius, suatu kondisi yang
diperkirakan akan menyebabkan peningkatan jumlah dan intensitas cuaca ekstrim
dengan daya rusak yang makin tinggi.
15
Hal ini akan mendukung pengelolaan hutan yang efektif yang dapat membantu
mengurangi emisi karbon, meningkatkan ekosistem, dan menyediakan manfaat
ekonomi untuk masyarakat sekitar. Pada prinsipnya Ekonomi hijau memiliki
empat tujuan, yaitu:
1. Pengentasan kemiskinan,
2. Pekerjaan yang layak,
3. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
4. Internalisasi lingkungan dalam semua aktivitas pembangunan.
Jika keempat tujuan tercapai maka kualitas hidup manusia dan kesetaraan
sosial meningkat serta mengurangi resiko kerusakan lingkungan.
Salah satu penerapan ekonomi hijau yang telah dilakukan di Indonesia adalah
dalam pembangunan Heart of Borneo (HoB). Ekonomi hijau sesuai dengan visi
misi HoB yaitu konservasi dan prinsip pembangunan secara berkelanjutan.
implementasi ekonomi hijau di wilayah HoB diantaranya dapat dikembangkan di
sektor hasil hutan kayu dengan penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan
Lestari (PPHL) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), penerapan ISPO
(Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk perkebunan kelapa sawit, penerapan
pertambangan yang bertanggung jawab, pemanfaatan keanekaragaman hayati
untuk produksi bioprospecting, pengembangan dan pemanfaatan HHBK (hasil
hutan bukan kayu) dan penerapan sistem dan mekanisme Pembayaran Jasa
Lingkungan (PJL).
16
3. Pengkajian secara Cermat terhadap Pendirian Industri di Indonesia
Lahan bakal pabrik nikel dikelilingi taman nasional di sisi barat, utara dan
timur. Untuk mengangkut bahan mentah nikel dari Sulawesi, PT Situbondo
Metallindo akan memakai kawasan Taman Nasional Baluran di sisi timur untuk
jalan dan dermaga. Jalan angkutan itu sepanjang 660 meter, selebar 20 meter.
Rencana pembangunan jalan untuk smelter nikel yang berbatasan langsung
dengan taman nasional dikhawatirkan akan berbahaya bagi keberlangsungan
ekosistem di kawasan ini.
17
Masyarakat adat memiliki keterkaitan yang kuat dengan tanah airnya. Mereka
memiliki kearifan lokal dalam mengelola tanah, hutan dan wilayah adatnya.
Mereka juga mampu menyelaraskan upaya mencapai kesejahteraan dengan tetap
menjaga lingkungan.
Perubahan iklim merupakan persoalan yang serius bagi keadaan bumi dan
manusia. Oleh karena itu, saling mendukung dan saling melengkapi dengan
masyarakat adat diperlukan agar harmoni dengan alam tetap terjaga. Salah satu
peran masyarakat adat yang telah tampak di Indonesia adalah peranan masyarakat
adat di Jambi, dalam memberantas pembalakan liar terhadap kayu jenis Borneo di
Jambi.
18
c) Tidak melakukan pembangunan pemukiman diareal sekitar terumbu
karang
d) Tidak melakukan reklamasi pantai secara sembarangan
e) menjaga kondisi perairan agar bebas dari polusi
f) Tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti
pemakaian bom ikan
19
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Hutan Indonesia banyak yang rusak dan menimbulkan efek pararel terhadap
kondisi alam yang lainya, diantaranya adalah kondisi udara, kondisi flora dan
fauna yang ada di dalam hutan. Tidak hanya itu kerusakan juga dialami oleh
ekosistem laut di Indonesia. Terumbu karang yang mejadi tempat hidup beberapa
biota laut menjadi rusak. Kerusakan alam yang terjadi juga akan berpengaruh
terhadap terjadinya berbagai bencana alam yang ada di Indonesia seperti banjir,
tanah longsor dan bencana alam lainnya.
3.2 Saran
Maka dari itu terlepas dari semua kondisi yang ada, mari kita manfaatkan
kekayaan alam dari negara kita serta menggunakanya dengan sebaik mungkin,
agar kekayaan alam kita bisa dimanfaatkan secara maksimal dan efisien tanpa
merusak kondisi alam yang sudah ada. Selain itu rasa peduli terhadap lingkungan
juga harus ditingkatkan, dengan cara memulai dari diri sendiri, memulai dari hal
yang paling kecil, dan memulai dari sekarang untuk melakukan gerakan menanam
20
kembali pohon yang rusak, menggunakan air dengan seefisien mungkin dan
kegiatan yang lainya.
3.3 Implementasi
Gerakan ekonomi hijau yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh dunia
juga ada baiknya jika diterapkan di Indonesia. Ekonomi hijau yang
merupakanbagian dari pembangunan ekonomi secara berkelanjutan harus
diterapkan dalam aspek pembangunan ekonomi di Indonesia. Mengingat
kerusakan lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini sudah semakin
parah. Jangan samapai tujuan awal dari adanya pembangunan ekonomi di
Indonesia untuk mensejahterakan rakyat justru malah nantinya akan menambah
kesengsaraan rakyat. Karena pembangunan ekonomi yang dilakukan tidak
mementingkan aspek pembangunan yang berkelanjutan
21
Tidak ada gunanya lagi untuk mempermasalahkan kerusakan alam yang telah
terjadi. Yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat di Indonesia saat ini
termasuk pemerintah adalah mengupayakan agar kerusakan yang terjadi tidak
semakin bertambah dan segera melakukan perbaikan yang bisa dilakukan pada
kerusakan yang telah ada melalui konservasi. Konservasi saat ini sangat amat
diperlukan, terutama terhadap keberadaan hutan dan ekositem laut di Indonesia.
Dalam artikel yang penulis dapatkan ada 2 contoh perbaikan yang dilakukan
oleh masyarakat dalam permasalahan kerusakan lingkungan yaitu mengembalikan
Bukit Meribo dan menyelamatkan ekosistem di Selat Bali. Sebenarnya masih
banyak contoh-contoh lain yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan.
22
Daftar Pustaka
http://alamendah.org/2012/10/12/kerusakan-lingkungan-tingkatkanrisiko
2014. http://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di
14.55)
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Marxis dan Bebagai Ragam
Juni 2004.
Erlangga.
23
Yunaidi. Tim Pakar Mengkaji Pabrik Nikel di Baluran. 2014.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/tim-pakar-mengkaji
10.25)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/nol-deforestasi-lawan-
asap. (Diakses pada tanggal 29 November 2014, pukul 16.50)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/hutan-indonesia
13.20)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/ekonomi-hijau
24