Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan

urin.Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya

penambahan volume urin yang diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh

pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air.Fungsi utama diuretic adalah

untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan

sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi normal

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).

Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT

(hydrochlorothiazide) dan Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka

panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan

hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik

harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes)

atau pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).

Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah

diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan

volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran

(kehilangan) zat- zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik adalah untuk

memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan

sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal

(Elisabeth, 2007).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk

menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat

penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan

besar, yaitu (Ganiswara, 2007) :

1. Diuretik osmotik

2. Penghambat mekanisme transport elektrolit

Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport

elektrolit di tubuli ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007) :

1. Penghambat karbonik anhidrase.

2. Benzotiadiazid

3. Diuretik hemat kalium

4. Diuretik kuat

Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari

nefron ginjal. Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus.

Kerja dari setiap diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan

antara titik tangkap kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen

tersebut (Katzung, 2001).

Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan

osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai berikut

(Dwiyana, 2002) :

1. Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin dan

zat lain yang bersifat racun.


2. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak air

yang masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air sehingga lebih

banyak lagi urin yang diekskresikan. Bila tubuh kehilangan banyak air,

ginjal akan mengeluarkan sedikit air (urin pekat).

3. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengatur

ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang berlebihan dan

menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang.

4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan urin

yang bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang bersifat

asam.

Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam zat

yang diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut adalah rennin dan

eritropoetin (Dwiyana, 2002).

Mekanisme Transpor Tubulus ginjal (Mycek, 2001) :

1. Tubulus Proksimal

Dalam tubulus proksimal yang berada dalam korteks ginjal, hampir

semua glukosa, bikarbonat, asam amino dan metabolit lain

direabsorbsi.Sekitar dua pertiga jumalah Na+ juga direabsorbsi di tubulus

proksimal, klorida dan air mengikuti dengan pasif untuk mempertahankan

keseimbangan elektrik dan osmolaritas. Bila tidak untuk reabsorbsi ekstensif

air dan zat- zat yang terlarut di dalamnya pada tubulus proksimal, maka

mamalia akan segera mengalami dehidrasi dan kehilangan osmolaritas

normalnya.
2. Ansa Henle Pars Desendens.

Sisa filtrate yang isotonis, memasuki ansa Henle pars desendens dan

terus ke dalam medulla ginjal. Osmolaritas meningkat sepanjang bagian

desendens dari ansa henle karena mekanisme arus balik.Hal ini

menyebabkan peningkatan konsentrasi garam tiga kali lipat dalam cairan

tubulus.

3. Ansa Henle Pars asendens.

Sel- sel epitel tubulus asendens unik Karena impermeable untuk air.

Reabsorbsi aktif ion- ion Na+, K+, dan CI- dibantu oleh suatu kotransporter

Na+/K+/CI-/, Mg++ dan Ca++. Jadi, pars asendens merupakan bagian

pengencer dari nefron.

4. Tubulus Distal

Sel- sel tubulus distal juga impermeable untuk air.Sekitar 10 % dari

natrium klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter Na +/CI-,

yang sensitive terhadap diuretik tiazid.Selain itu, ekskresi Ca++ diatur oleh

hormone paratiroid pada bagian tubulus ini.

5. Tubulus dan duktus renalis rektus.

Sel- sel utama dan sel- sel interkalasi dari tubulus renalis rektus

bertanggung jawab untuk pertukaran Na+, K+ dan untuk sekresi H+ dan

reabsorbsi K+.Stimulasi reseptor aldosteron pada sel- sel utama

menyebabkan reabsorbsi Na+ dan sekresi K+.


Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu

sebagai berikut (Sjafaraenan, 2005):

1. Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan

oleh Kapsula Bowman.

2. Penyerapan kembali atau absorbsi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh.

Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontraktil proksimal hingga

Henle.

3. Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam

tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini berlangsung disepanjang tubulus

kontrotus distal hingga kaliktifus.

Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yakni

(Tjay,2002):

a. Diuretik lengkungan : Furosemid, bumetanida dan etakrinat.

Obat- obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak singkat.Banyak

digunakan pada keadaan akut, misalnya pada edema otak dan paru- paru.

b. Diuretik Tiazid : HCT, klortalidon, mefrusida, indapamida.

Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama digunakan

pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.

c. Diuretik penghemat kalium


Antagonis aldosteron, spironolakton, amilorida dan triamteren. Efek obat-

obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretik lainnya

guna menghemat ekskresi kalium.


d. Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol
Obat- obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorbsi air

juga terbatas.Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan

relatif sedikit ekskresi Na+.

e. Penghambat anhidrasi karbonat : asetazolamid

Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga

disamping karbonat, juga Na dan K diekskresi lebih banyak, bersamaan dengan air.

“Loop” Diuretik menghambat kontraspor Na+/K+/Cl- dari membrane lumen

pada pars asendens ansa henle. Karena itu, resorbsi Na +/K+/Cl- menurun. “Loop”

diuretik merupakan obat diuretic yang paling efktif , karena pars asenden

benranggung jawab untuk absorbs 25-30% NaCl yang disaring dan bagian distalnya

tidak mampu untuk mengkompensasi keniakan muatan Na+ obatnya yaitu

Bumatanid, furosemid, torsemid dan asam ekrinat merupakan empat diuretik yang

efek utamanya pada asendens ansa henle (Harvey, 2013).


Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banyak digunakan. Derivat

Tiazid bekerja terutama pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorbsi Na+

dengan menghambat kontraspoter Na+/Cl- pada membrane lumen . Obat-obat ini

memiliki sedikit efek pada tubulus proksimal. Akibatnya oabt-obat ini meningkatkn

konsentrasi Na+dan Cl- pada ciran tubulus. Keseimbangan asam basa biasanya tidak

dipengaruhi katena tempat kerja derivate tiazid ialah membran lumen. Contoh dari

obat ini yaitu Klorotiazid (Harvey, 2013).

Diuretik Hemat Kalium contoh obatnya yaitu Spironolakton, amilorid dan

Triamteren. Diuretik ini bekerja pada segmen yang berperan terhadap aldosteron

pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteon menstimulasi

reabsorbsi Na+, membangkitkan poten sial negative kedalam lumen , yang


mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen (dan kemudian ekskresinya). Diuretik

hemat kalium menurunkan reabsorbsi Natrium dengan mengantagonis

(Spironolakton) atau memblok kanal Na+ (Amilorid dan triamteren). Hal ini

meyebabkan potensial aksi listrik epitel tubulus menurun, sehingga gaya untuk

sekresi K+ berurang (Gunawan, 2012).

Diuretik osmotik, sejumlah zat kimia yang sederhana dan hidrofilik disaring

glomerulus, seperti matinol dan urea menyebabkan berbagai derajat dieresis. Hal ini

terjai karena kemampuan zat-zat ini untuk mengangkut air bersama kedalam cairan

tubulus. Bila zat-zat yang tersaring berikutnya mengalami sedikit atau tidak

direabsorbsi sama sekali kemudian zat yang disaring akan menyebabkan peningkatan

keluaran urine. Hanya dalam jumlah kecil dari garam-garam yang ditambahkan dapat

juga diekskresikan karena diuretik osmotic digunakan untuk meningkatkan ekskresi

air dari pada ekskresi Na+maka obat-obat ini tidak berguna untuk mengobati

terjadinya retensi Na+ . Obat-obat ini digunakan untuk memelihara aliran urine dalam

keadaan toksisk akut setelah manelan zat-zat beracun yang berpotensi menimbulkan

kegagalan ginjal akut (Harvey, 2013).

Penghambat Karbonik Anhidrase bekerja menurunkan reabsorbsi bikarbonat

pada tubulus proksimal malalui inhibisi katalisis hidrasi CO2 dan reaksi dehidrasi .

Oleh Karen aitu , ekskresi HCO3-, Na+ dan H2O meningkat. Kehilangan HCO3-

menyababkan asidois metabolic dan efek obat menjadi self-limitingpada saat

bikarbonat darah turun Na+ yang dialirkan ke nefron distal meningkat sekresi K +.

Contoh obatnya yaitu Asetazolamid , (Gunawan, 2012).


Khasiat antihipertensi diuretik berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi

natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan

ekstrasel.Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung sedangkan

resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi (Ganiswara, 1995).

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas

protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma,

kecuali untuk protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtraf

glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika

cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir

melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang

kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke

dalam tubulus (Guyton, 2004).

Ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan

osmonegulasi. Secara lengkap peranan atau fungsi ginjal adalah sebagai berikut

(Dwiyana, 2002) :

1. Mengeksresikan zat buangan seperti urea, asam urat, kreatinin, keratin dan zat lain

yang bersifat racun.


2. Mengatur volume plasma dan jumlah air di dalam tubuh. Bila banyak air yang

masuk ke dalam tubuh, ginjal membuang kelebihan air sehingga lebih banyak lagi

urin yang diekskresikan. Bila tubuh kehilangan banyak air, ginjal akan

mengeluarkan sedikit air (urin pekat).


3. Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengatur

ekskresi garam-garam, membuang jumlah garam yang berlebihan dan menahan

garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang.


4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh, ginjal dapat mengekskresikan urin yang

bersifat basa tetapi dapat pula mengekspresikan urin yang bersifat asam.
5. Menjalankan fungsi sebagai hormon, ginjal menghasilkan dua macam zat yang

diduga mempunyai fungsi endokrin. Kedua zat tersebut adalah rennin dan

eritropoetin.

Daftar pustaka

Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. Farmakologi Dan Terapi, FKUI.


Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Dwiyana, Z. 2002. Diktat Kuliah Biologi Dasar.Universitas Hasanuddin :


Makassar.

Elisabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. UI: Jakarta

Ganiswara, G. S., dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press : Jakarta.

Guyton, 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.EGC : Jakarta.

Harvey, Richard , dkk. 2013, “ Farmakologi Ulasan Bergambar”, Jakarta : EGC

Katzung, G, Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika :


Jakarta.

Mary J., Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC: Jakarta

Sjafaraenan, 2005.Diktat Anatomi Fisiologi Manusia.Unhas, Makassar.

Tjay, T., H., dan Rahardja, K., 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media
Komputindo Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai