Anda di halaman 1dari 4

1.

Steroid
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan
sebagai hormon kelamin, asam empedu, dll.Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid
yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan .Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir
setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol.(Harborne,1987; Robinson, 1995)
teroid merupakan senyawa kimia yang tergolong bahan alam. Sebagian besar struktur senyawa steroid
terdiri dari 17 atom karbon dan mempunyai struktur dasar 1,2-siklopentenoperhidrofenantren. Pengelompokan
senyawa steroid dapat didasarkan berdasarkan efek fisiologis yang dapat ditimbulkan. Berdasarkan struktur,
perbedaan antar kelompok ditentukan dengan substituen yang terikat pada kerangka dasar (R1, R2, dan R3).
Sedangkan perbedaan antar senyawa dari satu kelompok dapat dibedakan berdasarkan panjangnya rantai karbon
substituen, gugus fungsi, jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen, ikatan rangkap pada kerangka dasar, serta
konfigurasi pudat asimetris pada kerangka dasar (Kristanti, dkk., 2008).
Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:
1) Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol.
2) Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol
3) Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol
4) Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya spongesterol.
Steroid yang terdapat di alam secara biogenetikberasal dari triterpen. Jaringan hewan mempunyai steroid
yang berasal dari lanosterol sedangkan jaringan tumbuhan mempunyai steroid dari sikloartenol, steroid tersebut
terbentuk setelah kedua triterpen tersebut mengalami perubahan. Molekul steroid adalah relatifdatar /planar.
Berdasarkan konfigirasi cincinnya, steroid mempunyai dua kelompok besar, yakni jika cincin A-B berada pada
posisi trans,maka disebut dengan deret 5α sedangkan jika posisi A-B berada pada posisi cis disebut deret 5β
(Kristanti, dkk., 2008).
Steroid terbentuk dari asam asetat melalui jalur asam mevalonat yang telah mengalami berbagai macam
reaksi kondensasi, siklisasi, dan sebagainya. Sehingga terbentuklah senyawaan antara (intermediet). Steroid
terbagi dalam berbagai kelompok senyawa seperti β-sitosterol, isofukosterol, fukosterol dan 15sebagainya
(Sapar, dkk., 2004). Berdasarkan penelitian Renai Institute of Integrative Medicine(dalam Sapar, dkk. 2004)
senyawa β-sitosterolmerupakan senyawa yang mempunyai efek farmakologis terhadap penghambatan kerja
enzim yang menyebabkan terjadinya kanker prostat. Cara kerja dari senyawa β-sitosteroladalah dengan kerja
enzim yang mengkonversi testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT).
2. KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Kromatografi Suction Column atau vacuum liquid chromatography (VLC) atau kromatografi cair vakum
(KCV) adalah bentuk kromatografi kolom khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu
ekstrak. Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini
sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2006).
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan
memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan
kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan
dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti, 2008).
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada tekanan lebih besar dari
atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di
dalam bekerja dengan menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat utama adalah
mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis tipis (Harris, 1982).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa metabolit sekunder secara
kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana:etil dan
asetat:metanol (elusi gradien) dengan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen
(Helfman, 1983).
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran dimana
cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan
cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak
berupa zat cair, disebut kromatografi cair (Hendayana, 1994).
Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering (biasanya dengan
penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum
dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom
dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).
Kromatografi ialah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan zat-zat terlarut yang bergerak
bersama-sama dengan pelarutnya pada permukaan suatu benda penyerap. Cara ini umum dilakukan pada
pemisahan zat-zat berwarna (bahasa Yunani : chromos = warna) (Kennedy, 1990).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom. Kromatografi kolom
merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan
menggunakan bahan kolom. Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa
(Schill, 1978).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa
diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang
akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan
mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan (Sarker et al.,
2006).
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan fase diam yang digunakan
ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan
(Sarker et al., 2006).
Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai metode seperti preparasi fasa
diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara kering (Canell, 1998). Preparasi sampel cara basah dilakukan
dengan melarutkan sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan
dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali
dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan sebagian
kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang
telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Canell, 1998; Sarker et al.,
2006).
3. TERIPANG
teripang merupakan hewan laut yang berasal dari filum Echinodermata. Filum ini, dibagi menjadi lima
kelas yaitu: (1) Holothuridea, (2) Asteroidea, (3) Echinoidea, (4)Ophiuroidea, dan (5) Crinoidea. Tubuh
teripang memiliki bentuk silindris yang menyerupai timun sehingga disebut timun laut (sea cucumber). Contoh
teripang yang digunakan adalah teripang pasir(Gambar 1).Berikut secara umum klasifikasi penamamaan
terupang pasir (Holothuria scabra) menurut (Arnold dan Birthles, 1989) dan (Kamarudin et al,.2010
Morfologi Teripang
Teripang pasir atau disebut sebagai Holothuria scabra, memiliki bentuk tubuh bulat dan panjang dengan
permukaan yang kasar. Warna teripang ini adalah coklat pada permukaan tubuh dengan bintik-bintik coklat tua,
serta punggung yang berwarna abu-abu. Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh (Dewi et al,.2008) bentuk
tubuh teripang pasir bulat meyerupai ketimun, warna coklat dengan punggung berwarna abu-abu atau
kehitaman dan berbintik-bintik. Panjang tubuh teripang sekitar 30 cm. Teripang pasir memiliki dua bagian
tubuh utama yaitu bagian mulut ke arah anus (oral-aboral). Oral teridiri dari tentakel yang merupakan
modifikasi kaki tabung yang digunakan sebagai peraba. Tentakel ini terdiri dari 10 hingga 30 buah. Bagian
peraba atau mulut teripang terdapat pada bagian yang disebut anterior dan anal disebut juga anterior. Hewan ini
bergerak dengan sistem saluran air abulakralyang bekerja secra hidrolik. Pusat pada saluran air tersebut adalah
saluran cicin (calcareous ring) hal ini yang mengatur tekanan hidrolik sehingga tentakel bisa digerakan (Hyman,
1955; Nichols, 1966).
tentakel pada bagian mulut digunakan sebagai alat dalam mencarimakan yaitu dengan menangkap
plankton dan menyedot pasir yang ada (Gambar 2). Teripang memiliki endo skeleton yang disebut sebagai
spikula. Hal ini berguna sebagai pengidentifikasian jenis teripang yang ada. Spikula merupakan endoskeleton
yang telah tereduksi menjadi ukuran mikroskopis yang tertanam di lapisan dermis teripang. Senyawa utama
spikula adalah kalsium karbonat yang dapat larut dalam larutan asam (Hyman, 1995).
Reproduksi Teripang
Teripang melakukan perkembang biakan dengan perkawinan eksternal. Induk betina akan melakukan
gerakan menggeliat dan pemanjangan tubuh, bersamaan dengan itu teripang jantan akan melepaskan sperma
dan selang waktu 30 menit induk betina akan mengeluarkan se telur (Conand, 1989). Teripang merupakan
hewan tergolong diosiousatau dengan alat kelamin yang berbeda pada pada masingmasing individu. Untuk
membedakannya dapat dilakukan pembedahan pada gonad. Seekor induk betina dapat mengeluarkan telur
dengan jumlah 4-5 juta butir dengan ukuran 160-180 μm. Telur yang telah dibuahi akan berkembang dalam
waktu 32 jam setelah pembuahan. Fase awal perkembang biakan teripang setelah telur adalah blastula, lalu
kemudian gastrula, berikutnya akan berkembang menjadi aurikularia. Aurikularia akan berkembang berturut-
turut menjadi doliolariadan pentakula, hingga menjadi teripang muda. Larva aurikularia dan dolaria bersifat
planktonik, sedangkan pentakula mulai mengendap dan menempel di substrat, yang kemudian menjadi benih
teripang yang bersifat bentik (Ghufran et al.,2010)
Habitat TeripangEkosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan habitat utama teripang.
Teripang padaumumnya ditemukan di perairan laut dangkal, tetapi ada juga yang ditemukan hingga kedalaman
10.000 meter (Purwati, 2002). Habitat teripang pada siang hari bersembunyi di bawah atau celah karang. Dari
segi kondisi perairan yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan teripang adalah perairan yang bersih deengan
arus yang relatif tenang dengan suhu 28-31oC dan salinitas 30-34‰. Sumber utama makanan teripang adalah
kandungan zat organik yang terdapat dalam lumpur, detritus, dan plankton. Jenis makanan lain teripang adalah
organisme kecil, protozoa, alga filamen, rumput laut, dan potongan-potongan kecil hewan maupun tumbuhan
laut serta partikel-partikel pasir (Darsono, 2007).
Kandungan Tubuh TeripangTeripang memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Dalam sebuah
penelitian (Fredalina et al, 1999) menyatakankandungan nutri teripang basah, terdiri dari 44-55% protein, 3-5%
karbohidrat, dan 1,5% lemak. Teripang kering juga mengandung protein sebesar 82 %, lemak 1,7 %, abu 8,6%,
karbohidrat 4,8 %, vitamin A 455 μg, dan vitamin B (thiamine 0,04%, riboflavin 0,07%, dan niacin 0,4 %).
Total kalori dari 100 gram teripang kering sebesar 385 kalori. Kadar protein yang cukup besar memberikan nilai
gizi yang baik. Kandungan lemaknya mengandung asam lemak tidak jenuh yang juga sangat diperlukan bagi
kesehatan jantung dan otak. Asam lemak tersebut adalah EPA, oleat, DHA, linoleat, dan arakidonat. Asam
lemak linoleat, EPA, dan DHA termasuk dalam golongan omega 3, sedangkan linolenat dan arakidonat
tergolong dalam omega 6. Selain asam lemak, teripang memiliki asam amino yang terbagi atas asam amino
esensial dan non-esensial. Teripang pasir memiliki asam amino esensial glisin yang paling tinggi sebesar 8,09
mg (Wang, 1997 dalam Ghufran, 2010)

Anda mungkin juga menyukai