I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan pembuatan ekstrak pigmen dari pasta tomat dengan cara
ekstraksi.
2. Melakukan pemisahan senyawa β-Karoten dengan sampel pigmen
menggunakan metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
V. Prosedur Percobaan
5.1 Pembuatan ekstrak pigmen (Ekstraksi)
0,5 gram pasta tomat ditambahkan dengan 3 mL etanol, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung rekasi. Selanjutmya diaduk dan dikocok hingga
pasta menjadi mengering, lalu sesudah itu etanol dibuang. Tabung reaksi yang
sudah terisi pasta kering ditambahkan dengan 3 kali 1 mL diklorometan.
Hasilnya diekstrak dengan pelarut menggunakan corong pisah hingga didapatkan
pigmen sebanyak mungkin. Pigmen tersebut ditambahkan dengan NaCl, lalu
dikocok. Setelah itu dipisahkan. Diklorometan ditambahkan dengan serbuk
natrium sulfat anhidrat. Dikocok selama 5 menit, kemudian dipisahkan.
Selanjutnya serbuk natrium sulfat anhidrat dicuci dengan diklorometan dan
dilakukan evaporasi. Hasil ektraksi pigmen pasta tomat ini digunakan untuk
percobaan kromatografi.
5.2 Kromatografi kertas
Disiapkan kertas whatman no. 1. Kemudian ditandai 5 spot dengan ukuran
sudah ditentukan yang bertujuan untuk penotolan pigmen pasta tomat hasil dari
percobaan ekstraksi. Spot 1 ditandai untuk larutan standar β-karoten. Spot 2
ditandai untuk l kali penotolan pigmen pasta tomat. Spot 3 ditandai untuk 2 kali
penotolan pigmen pasta tomat. Spot 4 ditandai untuk 3 kali penotolan pigmen
pasta tomat. Spot 5 ditandai untuk larutan standar β-karoten. Sebelum dilakukan
percobaan, larutan petroleum dan larutan aseton (9:1) dijenuhkan dengan fase
geraknya di dalam benjana kromatografi. Selanjutnya dilakukan penotolan
menggunakan pipa kapiler sesuai aturan di kertas whatman no. 1 yang sudah
diberi tanda pakai pensil. Pipa kapiler yang digunakan harus berbeda pada saat
penotolan pasta tomat dan β-karoten dan dipastikan hasil penotolan ukurannya
tidak melebihi 2 mm. Lalu kertas hasil penotolan disteples membentuk lingkaran
dan diletakkan dalam bejana kromatografi berisi larutan sudah jenuh untuk
dikembangkan. Fase gerak akan bermigrasi 0,5-1,0 cm dari permukaan bagian
atas kertas. Ditunggu sekitar 15 menit-1 jam dan diamati jangan sampai
bermigrasi melebihi panjang kertas. Sesudah itu kertas diangkat dan ditandai
hasil akhir dari spot setelah migrasi dengan pensil, lalu dibiarkan hingga kering.
Nilai Rf setelah dan sebelum percobaan ditentukan dan dibandingkan.
5.3 Kromatografi lapis tipis
Sampel pigmen yang sama digunakan untuk penotolan untuk 2 spot, yaitu
pigmen pasta tomat dan β-karoten pada plat KLT. Sebelum dilakukan percobaan,
larutan heksana dan larutan etanol (7:3) dijenuhkan dengan fase geraknya di
dalam bejana kromatografi. Diamati perubahan spotnya dibawah lampu sinar
UV. Nilai Rf setelah dan sebelum percobaan ditentukan dan dibandingkan.
Rf = 4,6
7
= 0,657 cm
Spot 3 (pigmen pasta tomat)
Jarak yang ditempuh spot sampel dari awal: 5 cm
Jarak yang ditempuh pelarut/fase gerak dari awal: 7 cm
Rf = 5
7
= 0,714 cm
Rf = 4,8
7
= 0,685 cm
Rf = 5,2
5,7
= 0,912 cm
Spot 2 (β-karoten)
Jarak yang ditempuh spot sampel dari awal: 0,9 cm
Jarak yang ditempuh pelarut/fase gerak dari awal: 5,7 cm
Rf = 0,9
5,7
= 0,157 cm
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah melakukan pembuatan ekstrak pigmen dari
pasta tomat dengan melalui cara ekstraski atau pemisahan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dan pelarut, kemudian juga melakukan
pemisahan senyawa β-karoten dengan sampel pigmen menggunakan metode
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis dengan pemisahan berdasarkan
kepolaran dan kecepatan migrasi eluen (adsorbsi).
7.1 Pembuatan ekstrak pigmen (Ekstraksi)
0,5 gram pasta tomat ditambahkan dengan 3 mL etanol, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung rekasi. Penggunaan etanol dikarenakan memiliki
sifat universal (semi polar) yang cocok dikondisi polar maupun non polar yamg
ada pada 0,5 gram pasta tomat, bertujuan untuk memisahkan senyawa yang kita
inginkan dalam percobaan ini, yaitu β-karoten. Selanjutmya diaduk dan dikocok
hingga pasta menjadi mengering dan terbentuk seperti gumpalan, lalu sesudah itu
etanol dibuang. Tabung reaksi yang sudah terisi pasta kering ditambahkan dengan
1 kali 1 mL diklorometan dan dikocok, ulangi sebanyak 3 kali penambahan agar
lebih merata dan seimbang dengan penambahan 3 mL etanol. Penggunaan
diklorometan yang sifatnya nonpolar akan menarik β-karoten keluar dari pigmen
pasta tomat yang juga bersifat nonpolar, sebab pada umumnya nonpolar akan
menarik nonpolar. Posisi diklorometan akan berada diatas pigmen pasta tomat
yang sudah terkandung β-karoten. Hasilnya diekstrak dengan pelarut
menggunakan corong pisah hingga didapatkan pigmen sebanyak mungkin.
Pigmen tersebut ditambahkan dengan NaCl karena berfungsi lebih
mengkrucutkan diklorometan dari senyawa-senyawa lain yang ikut terbawa dari
pigmen pasta tomat yang tidak hanya mengandung β-karoten dan likopen, lalu
dikocok. Setelah itu dipisahkan. Diklorometan ditambahkan dengan serbuk
natrium sulfat anhidrat. Karena kemungkinan molekul air ikut masuk ke dalam
diklorometan, maka fungsi dari serbuk natrium sulfat anhidrat adalah menarik
molekul-molekul air yang berasal dari udara tersebut atau disebabkan karena
masih tersisa nya air di dinding-dingding corong pisah agar lebih memurnikan β-
karoten. Dikocok selama 5 menit, kemudian dipisahkan. Selanjutnya serbuk
natrium sulfat anhidrat dicuci dengan diklorometan dan dilakukan evaporasi.
Hasil ektraksi pigmen pasta tomat yang mengendap pada dasar corong ini
digunakan untuk percobaan kromatografi dan β-karoten yang berada diatas
pigmen pasta tomat digunakan sebagai pembanding apakah di dalam pasta tomat
mengandung β-karoten yang ditandai dengan kesejajaran hasil spot di kedua nya
(β-karoten dan pigmen pasta tomat).
7.2 Kromatografi kertas
Disiapkan kertas whatman no. 1 dikarenakan cocok dalam percobaan ini
yang tidak menggunakan larutan bersifat merusak. Kemudian ditandai 5 spot
dengan ukuran sudah ditentukan yang bertujuan untuk penotolan pigmen pasta
tomat hasil dari percobaan ekstraksi. Selanjutnya dilakukan penotolan
menggunakan pipa kapiler yang berbeda pada saat penotolan β-karoten dan
pigmen pasta tomat supaya tidak tercampur antara β-karoten dengan pigmen pasta
tomat. Spot 1 dan spot 5 ditandai untuk larutan standar β-karoten, warna yang
dihasilkan adalah bening/tidak berwarna. Ketika ditotol warna yang terbentuk
langsung hilang diatas kertas whatman. Spot 2, spot 3, dan spot 4 ditandai untuk 5
kali penotolan pigmen pasta tomat, konsentrasi disama ratakan agar mudah dalam
proses percobaannya, warna yang dihasilkan adalah orange tua. Hasil penotolan
yang dilakukan ukurannya melebihi 2 mm, disebabkan karena ketidak sengajaan
pada saat penotolan yang melebihi jumlahnya. Sebelum dilakukan percobaan,
larutan petroleum dan larutan aseton (9:1) dijenuhkan dengan fase geraknya di
dalam bejana kromatografi. Fase diam dari kromatografi kertas adalah air dan
termasuk pemisahan berdasarkan adsorbsi (cair-cair). Waktu yang dibutuhkan
untuk posisi pelarut menjadi jenuh disebabkan pelarut yang sudah ditentukan
tersebut mudah menguap. Tunggu sekitar 20 menit dengan posisi bejana tidak
bergerak-gerak mempercapat penjenuhan dan tertutup rapat agar molekul air di
udara tidak ikut masuk dan melambatkan proses penjenuhan. Lalu kertas hasil
penotolan dibentuk menjadi setengah lingkaran (tidak disteples) supaya lebih
mudah serta efisien dan kemudian diletakkan dalam bejana kromatografi berisi
pelarut sudah jenuh untuk dikembangkan menggunakan penjepit. Kondisi bejana
harus tetap tertutup rapat dikarenakan akan mempercepat eluasi (proses migrasi)
larutan. Fase gerak akan bermigrasi 0,5-1,0 cm dari permukaan bagian atas kertas,
ditandai dengan pelarut di bejana kromatografi menyerap dan naik secara
perlahan sekitar 15 menit-1 jam. Migrasi pelarut yang dihasilkan tidak merata
diakibatkan kesalahan pada saat memasukkan kertas whatman dengan
permukaannya tidak terkena pelarut secara bersamaan. Ditandai perubahan akhir
dari spot setelah migrasi dengan pensil dan dilihat dengan menggunakan lampu
sinar UV. Pada saat menandai harus menggunaka pensil yang terbuat dari karbon
dan sifatnya polar, bukan pulpen (nonpolar). Hasil migrasi β-karoten (spot 1 dan
5) tidak terdeteksi/tidak terlihat karena dikedua spot ini pelarut sudah melewati
batas garis yang sudah ditentukan serta tidak boleh dilewati dan juga hasil migrasi
pigmen pasta tomat(spot 2,3, dan 4) berbentuk seperti ekor (tailing) yang
memanjang dengan berbeda ukuran panjanngnya/tidak saling sejajar karena
penotolan ekstrak yang terlalu pekat sehingga nempel terus/bergesekkan dengan
pelarut atau kemungkinan pelarut yang digunakan tidak cocok. Lalu selanjutnya
dibiarkan hingga kering. Nilai Rf setelah dan sebelum percobaan ditentukan serta
dibandingkan untuk masing-masing spot yang sudah terbentuk.
7.3 Kromatografi lapis tipis
Sampel pigmen yang sama digunakan untuk penotolan untuk 2 spot, yaitu
spot 1 ditandai dengan penotolan 5 kali pigmen pasta tomat dan spot 2 ditandai
dengan penotolan 5 kali β-karoten pada plat KLT. Kelebihan menggunakan plat
KLT yang terbuat dari aluminium adalah sebagai penyangga dan dapat dipakai
untuk larutan apa saja. Sebelum dilakukan percobaan, larutan heksana dan larutan
etanol (7:3) dijenuhkan dengan fase geraknya di dalam benjana kromatografi.
Fase diam dari kromatografi kertas adalah silica gel dan termasuk pemisahan
berdasarkan partisi (cair-cair). Waktu yang dibutuhkan untuk posisi pelarut
menjadi jenuh disebabkan pelarut yang sudah ditentukan tersebut mudah
menguap. Tunggu sekitar 20 menit dengan posisi bejana tidak bergerak-gerak
mempercapat penjenuhan dan tertutup rapat agar molekul air di udara tidak ikut
masuk dan melambatkan proses penjenuhan. Lalu masukkan plat KLT ke dalam
bejana berisi pelarut sudah jenuh untuk dikembangkan menggunakan penjepit.
Fase gerak akan bermigrasi 0,5-1,0 cm dari permukaan bagian atas kertas,
ditandai dengan pelarut di benjana kromatografi menyerap plat KLT dan naik
secara perlahan sekitar 15 menit-1 jam. Kenaikan itu terjadi karena silica gel yang
sifatnya polar, sedangkan eluen (larutannya) bersifat non polar yang akan
mengakibatkan proses eluasi (migrasi) pada plat KLT. Ditandai perubahan akhir
dari spot setelah migrasi dengan pensil dan dilihat dengan menggunakan lampu
sinar UV. Pada saat menandai harus menggunaka pensil yang terbuat dari karbon
dan sifatnya polar, bukan pulpen (nonpolar). Hasil migrasi pigmen pasta tomat
(spot 1) dan β-karoten (spot 2) berbentuk sepeti lingkaran yang tidak saling
sejajar disebabkan karena terdapat kegagalan dalam ekstraksi (β-karoten terlarut
untuk pelarut sebelumnya), eluen yang dipakai tidak cocok, atau sudah ter-eluasi
terlebih dahulu. Nilai Rf setelah dan sebelum percobaan ditentukan serta
dibandingkan untuk masing-masing spot yang sudah terbentuk.
VIII. Kesimpulan
Pembuatan ekstrak pigmen dilakukan dengan penarikan-penarikan
senyawa kimia di dalam matriks agar didapat suatu larutan yang diinginkan,
contoh pada percobaan kali ini larutan standar β-karoten dan pigmen pasta. Hal
tersebut dikenal dengan menggunakan cara ekstraksi, yaitu proses memisahkan
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel (pigmen pasta tomat) dan
pelarut (diklorometan).
Kromatografi kertas dan lapis tipis adalah memilik persamaan, yaitu
termasuk isolasi atau pemisahan dengan sistem cair-cair berdasarkan kepolaran
dan kecepatan eluasi (migrasi) dengan cara adsorbsi dan partisi. Termasuk ke
dalam pemisahan kualitatif karena dapat mengetahui adanya larutan standar β-
karoten di dalamnya dan komponen apa saja yang terdapat di senyawa yang kita
ingin ketahui. Perbedaan yang signifikan dari ke dua cara pemisahan ini adalah
pada saat fase diamnya, dimana kromatografi kertas memiliki fase diam berupa
air dan kromatografi lapis tipis memiliki fase diam berupa silica gel.
Pada pecobaan pemisahan atau kromatografi kali ini juga bertujuan untuk
membandingkan ke dua kromatografi agar dapat dikarakterisasi dengan
mengetahui nilai Rf setelah dilakukan eluasi. Dalam kromatografi kertas, spot 1
dan spot 5 (β-karoten) tidak terdeteksi sehingga tidak dapat diketahui nilai Rf-
nya. Spot 2 (pigmen pasta tomat) didapatkan hasil Rf-nya sebesar 0,657 cm
dengan jarak yang ditempuh spot sampel dari awal 4,6 cm dan jarak yang
ditempuh pelarut/fase gerak dari awal 7 cm, spot 3 (pigmen pasta tomat)
didapatkan hasil Rf-nya sebesar 0,714 cm dengan jarak yang ditempuh spot
sampel dari awal 5 cm dan jarak yang ditempuh pelarut/fase gerak dari awal 7
cm, dan spot 4 (pigmen pasta tomat) didapatkan hasil Rf-nya sebesar 0,685 cm
dengan jarak yang ditempuh spot sampel dari awal 4,8 cm dan jarak yang
ditempuh pelarut/fase gerak dari awal 7 cm. Dalam kromatografi lapis tipis, spot
1 (pigmen pasta tomat) didapatkan hasil Rf-nya sebesar 0,912 cm dengan jarak
yang ditempuh spot sampel dari awal 5,2 cm dan jarak yang ditempuh
pelarut/fase gerak dari awal 5,7 cm dan spot 2 (β-karoten) didapatkan hasil Rf-
nya sebesar 0,157 cm dengan jarak yang ditempuh spot sampel dari awal 0,9 cm
dan jarak yang ditempuh pelarut/fase gerak dari awal 5,7 cm.