Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Kromatografi merupakan proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan distribusi


campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Metode kromatografi dibagi menjadi dua
tipe dasar, yaitu kromatografi kolom dan kromatografi planar. Pada kromatografi planar, fasa
diamnya tertahan pada suatu plat datar atau pada pori-pori kertas, dan fasa geraknya bergerak
melaluinya akibat aksi kapilaritas ataupun karena pengaruh gravitasi. Sedangkan pada
kromatografi kolom, fasa diamnya ditahan pada suatu kolom sempit dan fasa geraknya didorong
melewati kolom tersebut melalui tekanan atau grafitasi. Metode kromatografi kolom secara luas
digunakan dalam kimia terutama dengan skala laboratorium atau skala kecil untuk memisahkan
senyawa secara individu dari suatu campuran. Kromatografi kolom banyak digunakan dalam
aplikasinya sebagai metode isolasi suatu senyawa dari bahan atau sampel tertentu sehingga
didapatkan satu jenis senyawa murni yang diinginkan. Kromatografi kolom memungkinkan
untuk memisahkan dan mengumpulkan masing-masing senyawa dalam beaker glass yang
berbeda-beda.
Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan dan pemurnian dari suatu campuran baik
itu dalam fasa cair maupun padat untuk menghasilkan senyawa yang diinginkan secara individu.
Prinsip dari kromatografi kolom adalah adanya perbedaan daya serap dari masing-masing
komponen yang akan diuji. Sampel dilarutkan dalam pelarut kemudian dimasukkan ke dalam
kolom kromatgrafi melalui puncak kolom dan larutan tersebut mengalir ke dalam fase diam yang
kemudian bermigrasi ke bawah sambil terjadi pemisahan (Stahl, 1985). Proses pemisahan
kromatografi kolom tergantung pada perbedaan distribusi campuran komponen antara fase gerak
dan fase diam. Fase diam dapat berupa pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk
mengalir melewati fase diam. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan bergerak
lebih cepat melalui sistem kromatografi. Sedangkan senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase
diam akan bergerak sangat lambat (Christian, 1994: Skog, 1998).
Sama seperti pada kromatografi lain, pada kromatografi kolom juga digunakan media
berupa fasa diem dan fasa gerak. Pada umumnya, fasa diam dan fasa gerak dibuat berdasarkan
kepolarannya dimana keduanya dibuat berlawanan seperti fasa diam yang bersifat polar dan fase
gerak yang cenderung lebih non polar. Bila pelarut dibiarkan mengalir melalui kolom, maka
akan mengangakat senyawa-senyawa yang merupakan komponen-komponen dari campuran.
Pemisahan komponen suatu campuran tergantung pada tingkat kepolaran dari fase gerak dan
senyawa yang terkandung dalam campuran tersebut. Jika suatu campuran terdiri dari beberapa
komponen, maka setiap komponen tersebut memiliki struktur masing-masing dengan sifat yang
khas untuk setiap senyawanya. Salah satu sifat yang berpengaruh dalam kromatografi kolom
ialah kopolaran senyawa serta berat dan ukuran molekul.
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan campuran asam asetat, kurkumin dan asetosal secara
kromatografi kolom. Asam asetat merupakan suatu senyawa organic turunan dari asam karboksilat. Asam
asetat meiliki rumus empiris C 2H4O2. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagai menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Adapun kurkumin merupakan senyawa fenolik yang terdapat dalam rimpang kunyit (curcuma
longa L) dengan aktivitas biologi sebagai antioksidan, antiinflamasi, kemopreventif dan kemoterapi.
Kurkumin juga memiliki aktivitas sebagai antikanker, antimutagenik, antikoagulan, antifertilitas,
antidiabetes, antibakteri, antijamur, antprotozoa, antivirus, dan antifibrosis (Chattopadhyay, 2004).
Stabilitas kurkumin sangat dipengarhi oleh pH lingkungan dan cahaya. Dalam lingkungan berair dengan
kondisi basa kurkumin mudah terhidrolisis dam terdegradasi menjadi asam ferulat, feruloymeten, dan
vanillin karena ada gugus metilen aktif (-CH 2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut
(Tonnesen dan Karlsen, 1985).
Asetosal atau asetil salisilat merupakan jenis obat turunan salisilat. Nama sistematis IUPAC
(International Union of Pure and Appkied Chemistry) asetosal adalah asam 2-asetilbenzoat asam asetat.
Asetol memiliki rumus molekul C9H8O4 dengan berat molekul 180,1 g/mol, kelarutan dalam air 3 mg/mL
merupakan kristal dengan pemerian sebuk berwarna putih serta tidak memiliki bau yang kuat. Asetosal
yang sering dikenal sebagai aspirin digunakan oleh masyarakat luas sebagai analgesic atau penahan rasa
sakit atau nyeri minor, antipiterik (penurun demam) dan anti-inflamasi (peradangan). Penggunaan aspirin
dalam dosisi tinggi dapat menyebabkan beberapa indikasi dan dampak negative seperti iritasi lambung,
perforasi atau kebocoran lambung serta menghamat aktivitas trombosit. Penentuan kadar asetosal dalam
sediaan obat menjadi sangat penting untuk uji kualitas produk sebelum dan selama proses produksi
maupun setelah menjadi produk akhir.

Daftar Rujukan
Chattopadhyay, L., Biswas, K., Bandypadhyay, U., & Banarjee, R. K. 2004. Turmeric and Curcumin:
Biological Actions and Medicinal Applications. Current Science, 87(1), 44-53.
Christian, Gary d. 1994. Analytical Chemistry. Fifth Edition. University of Washington John Wiley &
Sons, USA.
Skoog, D.A. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Fifth Edition. Brooks/cole-Thomson Learning,
USA.
Stahl, E. 1985. Analisi Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: ITB.
Tonnesen, H.H. and Karlsen, J. 1985. Studies on Curcumin and Curcumin Oids: V.Alkaline Degradation
of Curcumin, Lebenum Uniers Forch., 180, hal. 132-134.

Anda mungkin juga menyukai