Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 1

Program Studi : Pendidikan Biologi


Kode Mata Kuliah : KB1811742
Mata Kuliah : Ekologi Hewan
Bobot (sks) : 3 SKS
Kelas : A dan B
Materi : Ekologi Populasi dan Ekologi Komunitas
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Juli 2019
Waktu : 10.30 – 12.30 WIB (120 menit)
Dosen : Puguh Karyanto, S. Si, M. Si, Ph. D.

1. Berikan penjelasan tentang karakteristik populasi primer dan karakteristik populasi


sekunder. Buatlah analisis menyangkut hubungan antara karakteristik primer dan
karakteristik sekunder.
Jawaban :
Populasi primer dan populasi sekunder masing-masing memiliki karakteristiknya
sendiri-sendiri yang dapat dirangkumkan dalam tabel berikut ini
Kategori karakteristik Populasi primer Populasi sekunder

Kehadiran Melimpah Berdasarkan hitungan


rata-rata pertumbuhan
populasi

Usia dan tingkatan Ukuran populasi Variasi dari


kemelimpahan

Ukuran Didasarkan pada Kemungkinan pada


kemelimpahan spesies ukuran kepunahan
 Berat individu  Struktur usia dan  Masa hidupnya
tingkatan populasi digunakan untuk
 Luas individu  Rasio sex memperbaiki atau
 Pertumbuhan  Pengerahan mencegah kepun
somatic ahan

Seks Dalam skala biomassa Tergantung pada


kemelimpahan populasi

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 2

primer

Habitat Habitat tersebar tergantung Habitat tersebar, spesies


pada habitat mana yang berdispersal
dipilih oleh spesies
tersebut, home rangenya
pada jalur yang sudah
dibuat
Gen Diukur berdasarkan
keanekaragaman genetik
Usia dan tingkat kematian Dapat dijumlah Akan berpengaruh
terhadap populasi

Keberadaan populasi primer menyebabkan hubungan sebab akibat terhadap


keberadaan populasi sekunder. Hal ini terjadi karena keberadaan populasi sekunder
dihitung berdasarkan tingkat keberadaan pertumbuhan dan kemelimpahan populasi
primer. Sedan gkan kualitas dan kuantitas kehidupan di populasi primer akan
diperbaiki dan dipertahankan dengan keberadaan populasi sekunder sebab
keberadaan populasi sekunder dipengaruhi atau didasarkan pada rata-rata
kemelimpahan yang ada pada suatu populasi.
Sumber :
Lawrence W. Barnhouse, Wayne R. Munns, Jr. Marry T.S. (2007). Population-Level
Ecological Risk Assesment. Webster New York
2. Jelaskan yang dimaksud dengan r (laju pertumbuhan instrinsik/intrinsic rate of
natural increases) dan berikan penjelasan bahwa nilai tersebut akan relevan dengan
nilai b – d (b= birth, d = dead) dan berikan analisis mengapa nilai r dapat berbeda
untuk setiap organisme.
Jawaban:
Laju pertumbuhan intrinsik merupakan merupakan kapasitas suatu populasi untuk
meningkat yang besarnya ditentukan oleh berbagai aspek yang menyangkut sejarah
kehidupan organisme yaitu natalitas, mortalitas dan waktu perkembangan. Laju
pertumbuhan intrinsik relevan dengan nilai birth (kelahiran) dikurangi death
(kematian) karena jumlah populasi akan meningkat seiring dengan pertambahan

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 3

kelahiran di populasi tersebut dan akan ikut menurun seiring dengan pertumbuhan
jumlah kematian di populasi tersebut. Nilai r dapat berbeda-beda untuk setiap organ
isme karen a kemampuan organ isme tersebut untuk survive atau bertahan dari
berbagai faktor lingkungan dan iklim juga berbeda-beda. Beberapa individu hewan
dapat bertahan dengan iklim dan suhu dingin namun beberapa individu tidak. Selain
itu, beberapa individu hewan dapat bertahan dengan cuaca dan iklim panas namu n
beberapa individu yang lainnya tidak. Bahkan untuk individu yang sejenis, laju
pertumbuhan intrinsiknya dapat berbeda-beda dengan adanya faktor cuaca dan iklim
yang berbeda-beda, dicontohkan pada jurnal penelitian oleh Baehaki, Iswanto, dan
Munawar, laju pertumbuhan wereng coklat pada tahun 2012 lebih tinggi yaitu sekitar
2,22, 1,5 kali lipat lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada tahun 1984. Hal
tersebut terjadi karena faktor lingkungan seperti iklim, suhu, dan ketersediaan nutrisi
lebih baik dan lebih mendukung kelangsungan hidup wereng coklat pada tahun 2012
daripada tahun 1984.

Sumber:
Baehaki, Iswanto, dan Munawar. (2016). Laju Pertumbuhan Intrinsik dan Neraca
Hidup Wereng Coklat pada Tanaman Padi Akibat Perubahan Iklim Global.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 35 (1)
3. Jelaskan yang dimaksud dengan fekunditas, fertilitas dan
survivorship/kelangsunghidupan.
Jawaban:
a) Fekunditas merupakan kemampuan indvidu betina untuk mennghasilkan
keturunan. Fekunditas dapat pula diartikan sebagai jumlah individu yang
dihasilkan oleh individu betina. Fekunditas dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu suhu, ukuran tubuh, bobot tubuh dan kelembaban. Fekunditas dan
ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 4

fertilitas saling berkaitan, jika fertilitas individu baik maka fekuditasnya juga
ikut baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, Corembina,
dan Zubaidah tahun 2016 terhadap Drosophylla melanogaster strain wild type,
white, dan ebony, suhu memengaruhi tingkat fekunditas Drosophylla.
Toleransi suhu tertinggi Drosophylla berkisar antara 29˚C dan 30˚C. Suhu
yang terlalu ekstrim akan menurunkan fekunditas dari spesies tersebut.
b) Fertilitas didefinisikan sebagai hasil reproduksi nyata dari individu betina atau
jumlah individu yang lahir dimana individu tersebut menunjukkan tanda-tanda
kehidupan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas
antara lain keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status
perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Sementara itu, faktor umum yang
memengaruhi frekuensi fertilitas antara lain pendidikan dan usia kawin
pertama. Usia kawin pertama berpengaruh signifikan negatif terhadap
fertilitas. Semakin tinggi usia kawin pertama, akan menurunkan tingkat
fertilitas. Pendidikan khususnya pendidikan untuk wanita berpengaruh
signifikan negatif terhadap fertilitas. Semakin tinggi pendidikan maka semakin
rendah tingkat fertilitas. (Sinaga & Prihanto, 2017).
c) Survivorship/kelangsungan kehidupan diartikan sebagai tingkat ketahanan
suatu individu dalam populasi untuk bertahan hidup dalam selang waktu
tertentu. Jumlah individu yang mampu bertahan hidup pada setiap umur dari
suatu spesies dapat digambarkan melalui kurva kelangsungan hidup
(survivorship curve).

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 5

 Kurva tipe I, kemungkinan hidup tinggi dengan mortalitas rendah dalam


stadium muda dan mortalitas cepat dalam stadium tua contohnya pada manusia
dan mamalia
 Kurva tipe II, kelangsungan hidup konstan sepanjang hidupnya dimana tingkat
kelahiran dan kematian sama, contoh sebagian jenis burung, serta sebagian
besar reptil dan amfibia
 Kurva tipe III, tingkat kematian tinggi pada awal kehidupan, dan tingkat
kematian rendah di usia dewasa contohnya berbagai jenis avertebrata dan ikan.
Contoh lain yaitu tiram yang mampu menghasilkan jutaan telur, tetapi
sebagian besar larvanya mati karena predasi atau sebab lain. Beberapa tiram
yang menghasilkan cangkang keras akan dapat hidup relatif lama.

Sumber:
Sinaga, L., & Prihanto, P. H. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara
Tembesi Kabupaten Batanghari). Jurnal Paradigma Ekonomika, 12(1), 41–48.
Sukmawati, I., Corembima, A. D., & Zubaidah, S. (2016). Fekunditas dan waktu
perkembangan d. melanogaster strain wildtype, white, dan ebony pada
lingkungan bersuhu tinggi dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar
perkuliahan genetika. Jurnal Pendidikan, 1(5), 814—821.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan life table dan jelaskan makna lx, dx dan qx pada
perhitungan life table
Jawaban:
Life table merupakan skema yang menampilkan data tentang tentang
kematian dan bertahan hidup suatu individu pada interval waktu tertentu berdasarkan
kelompok usia sehingga kesimpulan tentang probabilitas kematian dan bertahan hidup
dapat dengan mudah ditarik (Tjahjo & Purnamanigtyas, 2009). Life table merupakan
cara yang paling efektif untuk mengekspresikan angka kematian atau mortalitas yang
dialami oleh suatu populasi selama periode waktu tertentu. Apabila tingkat kematian
berubah dari waktu ke waktu, maka perhitungan life table sangat rumit, sehingga
diperlukan life table yang bersifat kontinu.

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 6

Life table dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu


a) Cohort atau life table saat ini atau sesuai dengan tahun referensi dari
tabel
b) Unabridged (complete) sesuai dengan panjang interval umur, biasanya
menggunakan interval waktu 5 atau 10 tahun
c) Life table decrement sesuai dengan jumlah karakteristik yang
dipertimbangkan (Etikan, 2017). Life table decrement dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu single life table yang menyajikan satu penyebab
kematian dan satu karakteristik yang dipertimbangkan serta life table
multiple decrement yang menampilkan gabungan lebih dari satu
karakteristik dan mempertimbangkan lebih dari satu penyebab
kematian (Etikan, 2017).
Life table dapat digunakan untuk memprediksi jumlah populasi suatu hewan
pada waktu tertentu. Pengetahuan tentang jumlah populasi penting untuk mencegah
hilangnya suatu populasi. Hilangnya suatu populasi dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem, sehingga untuk mencari cara penanganan masalah keseimbangan
ekosistem, perlu adanya skema yang menampilkan data kematian dan bertahan hidup
pada interval waktu sehingga tindakan penanganan keseimbangan ekosistem yang
tepat dapat dilakukan.
Pada life table yang menampilkan data hewan, terdapat beberapa komponen
life table. Komponen lx merupakan banyaknya hewan yang bertahan hidup.
Komponen lx menggambarkan jumlah organisme yang hidup pada usia tertentu pada
tahun tertentu dengan mengasumsikan I0 sebagai angka kelahiran. Komponen dx
merupakan banyaknya hewan yang mati. Komponen dx menampilkan jumlah hewan
yang bertahan hidup sebelum kematiannya atau sebelum mencapai (x + 1).
Sementara, komponen qx merupakan peluang hewan yang mati. Komponen qx

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 7

menggambarkan angka probabilitas hewan pada usia tepat akan mati dengan satu
tahun setelah usia itu.
Sumber:
Etikan, I. (2017). A Review of Life Table Construction. Biometrics & Biostatistics
International Journal 5 (3) : 3-5
Tjahjo, D. & Purnamaningtyas, S. (2009). Keanekaragaman Jenis Ikan di Waduk Ir.
H. Djuanda Didik Wahju Hendro Tjahjo, Sri Endah Purnamaningtyas.
Prosiding Seminar Nasional 6(1) : 161 - 167
5. Jelaskan yang dimaksud dengan botlleneck effect dan founder effect dan jelaskan apa
pentingnya dalam konservasi populasi
Jawaban:
Bottleneck effect adalah peristiwa penurunan populasi secara drastis akibat adanya
suatu bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, dan sebagainya.
Sehingga hanya tersisa sedikit individu dari populasi tersebut. Individu yang bertahan
tidak dapat dikatakan sebagai perwakilan variasi genetik dari populasi sebelumnya.
Hal ini karena kemungkinan besar dampak dari penurunan populasi secara drastis
menyebabkan hilangnya alel pada kumpulan gen dalam populasi tersebut yang dapat
memengaruhi ekspresi gen dari suatu spesies. Hilangnya alel dari kumpulan gen
tersebut berpengaruh terhadap bottleneck effect dan hanyutan gen yang dapat
menyebabkan rendahnya keanekaragaman genetik dari populasi tersebut. Menurunnya
populasi dan keanekaragaman genetik dapat memengaruhi status spesies tersebut dari
yang semula melimpah atau common menjadi rare atau terancam. Sehingga perlu
adanya upaya konservasi terhadap populasi tersebut agar spesies dalam populasi tidak
punah dan dapat terus lestari. Contoh peristiwa bottleneck effect adalah penurunan
populasi cheetah di Afrika Selatan dan Afrika Timur. Jika populasi cheetah tersebut
dibiarkan saja tanpa adanya upaya konservasi, maka lama kelamaan maka populasi
cheetah di Afrika Selatan dan Afrika Timur dikhawatirkan dapat menjadi punah.
Sedangkan, founder effect adalah hilangnya variasi genetik yang terjadi ketika suatu
populasi baru terbentuk oleh sejumlah individu dalam populasi yang sangat kecil.
Akibat dari hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara
genotipe ataupun fenotipe, dari populasi asalnya.

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 8

Skema founder effect

Skema peristiwa founder effect digambarkan dalam gambar diatas. Dari gambar
tersebut, diketahui bahwa awalnya terdapat sekumpulan populasi besar. Kemudian
beberapa individu dari populasi tersebut tersebar ke tiga wilayah sehingga membentuk
tiga populasi yang berbeda dimana salah satu warna akan mendominasi salah satu dari
tiga wilayah tersebut. Dalam gambar di atas, populasi asal memiliki jumlah individu
biru dan merah yang sama rata.

Akibat dari founder effect, populasi yang terbentuk sering kali kecil sehingga sangat
rentan terhadap hanyutan genetik atau pergeseran gen dan peningkatan perkawinan
sesama jenis yang dapat menyebabkan rendahnya variasi genetik serta perubahan
fenotip dan genotip dari individu parental ke individu pewaris sehingga dapat
memengaruhi kelestarian spesies tersebut di alam. Jika hal ini dibiarkan terus menerus
tanpa adanya upaya konservasi terhadap populasi tersebut, maka kemungkinan seiring
berjalannya waktu, spesies tersebut akan kehilangan keaslian sifat-sifat fenotip dan
genotipnya. Sehingga upaya konservasi tentu sangat penting dan dibutuhkan untuk
menanggulangi dampak dari founder effect.

Sumber :

Gilpin, M.E.; Soulé, M.E. (1986). "Minimum viable populations: The processes of
species extinctions". In Soulé, Michael E. (ed.). Conservation biology: The
science of scarcity and diversity. Sunderland Mass: Sinauer Associates. pp. 13–
34. ISBN 978-0-87893-794-3

Hundertmark dan Van daele. (2010). Founder effect and bottleneck signatures in an
introduced, insular population of elk.Consery genet 11 : 139-147
Templeton. (1980). THE THEORY OF SPECIATION VIA THE FOUNDER
PRINCIPLE.Genetics 84: 1011-1038

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 9

6. Berikan penjelasan tentang struktur komunitas.


Jawaban :
Struktur komunitas memberikan gambaran komposisi atau susunan spesies berserta
faktor kemelimpahannya dalam suatu komunitas. Untuk dapat menggambarkan
struktur suatu komunitas dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain
keanekaragaman spesies, interaksi spesies dan interaksi fungsional.
a. Keanekaragaman spesies
Menjelaskan keberagaman spesies yang ada pada suatu komunitas.
Keanekaragaman spesies dapat dianalisis menggunakan Indeks Shannon-
Weinner, Indeks Margalef dan Indeks Eveness. Indeks Shannon-Weinner
menjelaskan keanekaragaman berdasarkan kemelimpahan spesies, Indeks
Margalef menjelaskan keanekaragaman menurut kekayaan spesies, sementara
Indeks Eveness dihitung berdasarkan kemerataan spesies. Keseluruhan indeks
dihitung berdasarkan kombinasi dari jumlah individu dan jumlah spesies. Oleh
karena itu, keanekaragaman spesies akan semakin tinggi seiring semakin
banyaknya individu dan jenis spesies yang menyusun suatu komunitas.
b. Interaksi spesies
Keankearagaman juga bisa dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi pada suatu
individu. Interaksi spesies pada hewan misalnya kompetisi, predasi, dan
komensalisme. Semakin banyak pola asosiasi yang menunjukkan interaksi
antar individu dalam suatu populasi, akan menyebabkan semakin banyak pula
kombinasi interaksi yang ada dan keanekaragaman organisme yang muncul
pada populasi tersebut.
c. Interaksi fungsional
Interaksi fungsional menunjukkan interaksi yang lebih luas dari interaski antar
spesies. Interaski fungsional terjadi dalam ranah populasi yang menyebabkan
setiap komunitas menjadi unik dan berbeda satu sama lain. Misalnya,
komunitas savanna akan berbeda dengan komunitas gurun. Hal ini karena
spesies penyusun dari komunitas tersebut juga berbeda. Savanna pada
umumnya didominasi mamalia seperti kelompok tikus atau jerapah, sedangkan
gurun pada umumnya didominasi hewan-hewan reptil. Individu ini akan
membentuk populasi, dan populasinya akan saling berinteraksi membentuk
suatu komunitas fungsional yang unik satu sama lain.

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 10

7. Salah satu komponen struktur komunitas adalah diversitas. Jelaskan tentang konsep
eveness dan richness pada membangun konsep tersebut, dan jelaskan bagaimana
indeks diversitas dapat turun jika nilai eveness naik.
Jawaban:

Nilai indeks kekayaan spesies (richness(S)) merupakan jumlah spesies dalam suatu
komunitas. Sedangkan nilai indeks kemerataan (Eveness (E)) merupakan kesetaraan
dari kelimpahan yang proporsional. Hubungan E dan S secara empiris tidak konsisten,
sedangkan hubungan teoritis keduanya berhubungan. Nilai indeks kemerataan (E)
dipengaruhi oleh distribusi kelimpahan relatif (RAD). RAD ini nantinya yang akan
mengendalikan hubungan antara E dan S (Su, 2018). Secara teoritis nilai indeks
kemerataan (eveness) dibatasi oleh nilai indeks kekayaan spesies (richness) (Su,
2018). Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa nilai kemerataan suatu spesies
tergantung pada kekayaan spesies, akan tetapi hubungan antara keduanya tetap
dikendalikan oleh distribusi kelimpahan relatif. Apabila jumlah spesies dalam suatu
komunitas tinggi, maka kemerataan spesies tersebut dalam komunitas juga tinggi. Hal
tersebut karena jika dalam suatu komunitas jumlah spesies terlalu melimpah tanpa
diikuti dengan adanya kemerataan, keseimbangan komunitas dapat terganggu.
Kesamaan kebutuhan makan dapat menyebabkan persaingan dalam komunitas.
Keragaman bukan merupakan jumlah dari komponen kekayaan dan kerataan. Apabila
nilai indeks eveness tinggi, maka indeks keanekaragaman bisa saja turun. Hal tersebut
terjadi karena keanekaragaman spesies dipengaruhi oleh kekayaan spesies dan
kemerataan sedangkan hubungan antara indeks kekayaan (S) dan indeks kemerataan
(E) dipengaruhi oleh distribusi kelimpahan relatif (RAD). Sehingga bisa saja terjadi
nilai indeks eveness tinggi namun indeks keanekaragaman turun jika distribusi
kelimpahan spesiesnya memiliki pola yang cenderung sama dari satu wilayah ke
wilayah lainnya.

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Nomor
Tanggal Terbit 8 Juli 2019
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
Revisi 00
Halaman 11

Sumber:
Su, Q. (2018). A Relationship Between Species Richness and Evenness that Depends
on Specific Relative Abundance Distribution. Peer J 6 (2001), e 4951
https://doi.org/10.7717/peerj.4951
Perhatikan instruksi soal. Saat diminta menjelaskan, tampak hanya sekedar C2 tapi
sesungguhnya jawaban detail dan lengkap dapat menunjukkan kemampuan anda dalam
menganalisis dan megevaluasi, Setiap jawaban akan lebih baik jika disertai dengan
referensi. Buku Krebs, 2001 sudah merupakan modal awal untuk menjawab pertanyaan di
atas. Selain tersebut silahkan menjelajah melalui internet. Diperbolehkan untuk secara
kooperatif mendiskusikan dengan teman, tetapi dalam menulis mohon dapat
menggunakan Bahasa yang menunjukkan kepahaman anda. TERIMA KASIH

ISO 9001:2008 Certificate No :QEC30219

Anda mungkin juga menyukai