Anda di halaman 1dari 7

Subtema: Konservasi Lingkungan Hidup dalam Perspektif Sains dan Islam

Judul Esai

Manusia, Pemimpin atau Perusak Bumi?

Disusun oleh:

Nama Peserta : Ramadanti Prativi


Program Studi : Pendidikan Biologi
Tahun Angkatan : 2016

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2019

Diajukan untuk Mengikuti:


LOMBA ESAI ISLAMI
BIOLOGY’S ISLAMIC COMPETITION

HMP PENDIDIKAN BIOLOGI BIOSFER

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


Manusia, Pemimpin atau Perusak Bumi?

Rumahku, istanaku. Istilah tersebut tampaknya sudah tak asing lagi bagi
kita. Ya, rumah adalah istana bagi siapapun yang menghuninya. Istana di sini
dapat dimaksudkan sebagai suatu tempat yang nyaman untuk ditinggali. Sebagai
manusia, rumah kita adalah bumi. Rumahku, istanaku, apakah istilah tersebut juga
sudah sesuai untuk kita sematkan kepada bumi kita tercinta?

Jika kita tinggal di suatu kompleks perumahan, tentu kita akan memiliki
tetangga sekitar kompleks. Allah swt pun berfirman dalam surat An Nisa ayat 36
untuk berbuat baik terhadap tetangga. Lantas, ketika kita hidup dan tinggal di
bumi Allah ini, apakah tetangga kita hanya manusia saja?

Di bumi yang sangat luas ini, penduduknya bukan hanya manusia saja
melainkan ada makhluk lain yang Allah ciptakan, seperti hewan dan tumbuhan.
Manusia memang sengaja Allah ciptakan lebih sempurna daripada hewan dan
tumbuhan. Manusia, makhluk paling keren yang tinggal di bumi. Keren karena
manusia memiliki satu hal yang sangat spesial yang tidak dimiliki oleh makhluk
Allah yang lainnya, yaitu akal. Allah memberi manusia akal dengan tujuan agar
manusia dapat mengerti dan memahami mana salah dan mana benar. Oleh
karenanya selain manusia dianugrahi akal oleh Allah, manusia juga diamanahi
suatu tugas yang sangat besar yaitu sebagai khalifah di muka bumi seperti yang
tertuang dalam Q.S. Al Baqarah ayat 30

ُ ِ‫ض خَ لِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬


‫ك ال ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر‬
َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ون‬jjjjjjjjjjjjjjjj‫ا اَل تَ ْعلَ ُم‬jjjjjjjjjjjjjjjj‫ا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َم‬jjjjjjjjjjjjjjjjَ‫ك ۖ ق‬ َ jjjjjjjjjjjjjjjjَ‫دِّسُ ل‬jjjjjjjjjjjjjjjjَ‫ك َونُق‬
َ ‫ ِد‬jjjjjjjjjjjjjjjj‫بِ َح ْم‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Kata Khalifah sendiri dalam bahasa arab dapat dimaknai sebagai penerus atau
perwakilan atau pemimpin. Manusia sebagai khalifah di bumi Allah itu artinya
manusia sebagai perwakilan dari semua makhluk di bumi. Perwakilan untuk
menjaga kelestarian alam sehingga bumi nyaman untuk ditinggali oleh semua
makhluk ciptaan Allah. Jika Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dapat
dituntut oleh rakyat jika tidak menjalankan tugas dengan benar, lantas dapatkah
manusia dituntut oleh lingkungan beserta bumi seisinya jika tidak menjalankan
tugasnya dengan benar?

Segala macam bencana alam yang terjadi di bumi jika kita telusuri dan
maknai secara lebih dalam sesungguhnya merupakan bentuk teguran Allah
sekaligus tuntutan dari lingkungan beserta bumi seisinya kepada kita, umat
manusia. Tuntutan karena mereka merasa hak mereka tidak dipenuhi bahkan
justru dirampas karena keserakahan manusia. Hutan-hutan dibakar dan digunduli
untuk kepentingan industri dan perumahan, hewan-hewan disiksa dan diburu
secara liar untuk dimanfaatkan kulit, daging, hingga tulangnya, samudra dikotori
oleh limbah-limbah pabrik dan sampah-sampah plastik yang setiap harinya kita
gunakan, dan entah apa lagi kerusakan demi kerusakan yang dilakukan manusia.
Seolah manusia lupa atau melupa akan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Bahkan
dalam suatu artikel yang diterbitkan oleh website Deutsche Welle, dikatakan
selama tahun 2018 silam, dunia telah kehilangan sekitar 12 juta hektar tutupan
hutan hujan. Jumlah tersebut setara dengan luas daerah Jawa Barat. Lebih
parahnya lagi, faktor utama hilangnya hutan seluas 12 juta hektar adalah produksi
daging di Brazil dan industri kelapa sawit di Indonesia, seperti yang tercantum
dalam diagram berikut ini
Tabel deforestasi hutan di beberapa negara dunia

Jika manusia saja lebih mementingkan kepentingan duniawi seperti industri,


perumahan, dan sebagainya hingga lupa akan amanahnya sebagai khalifah di bumi
ini, maka pantaslah jika akhirnya Allah memberikan teguran kepada manusia
melalui segala bentuk bencana alam yang menimpa penjuru bumi.

Hutan adalah sumber oksigen terbesar untuk manusia, fauna, dan flora
hingga dijuluki sebagai paru-paru dunia. Akan tetapi, justru manusia merusak
paru-parunya sendiri dengan membakarnya habis-habisan hanya untuk
kepentingan sesaat. Tak hanya sebagai paru-paru dunia, hutan juga merupakan
rumah bagi sebagian besar fauna dan flora di penjuru bumi, khususnya Indonesia.
Jika rumah tersebut dihancurkan, maka bukan tak mungkin jika flora dan fauna
yang ada di dalamnya juga akan ikut musnah. Sebagai contoh, saat ini Orangutan
Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatra (Pongo abelii) menurut
data dari IUCN Red List keduanya masuk dalam kategori critically endangered
atau kritis. Hal tersebut menurut WWF Indonesia terjadi karena habitat orangutan
terus menerus menurun akibat pembakaran hutan yang terus menerus dilakukan
manusia untuk kepentingan industri kelapa sawit ataupun untuk pertambangan,
pembukaan jalan, dan lain sebagainya. Selain itu, perburuan dan perdagangan liar
orangutan yang masih kerap terjadi juga menjadi faktor berkurangnya populasi
Orangutan Kalimantan dan Orangutan Sumatra.

Jika manusia terus saja berbuat kerusakan tanpa mau bertaubat dan
memperbaiki kesalahannya, maka bumi akan cepat rusak. Jika sudah begitu, maka
hancurlah bumi dan seisinya termasuk manusia dengan segala ketamakannya.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk segera sadar dan berbuat sesuatu untuk
menyelamatkan bumi yang kian tua dan sakit-sakitan ini. Cara yang dapat kita
lakukan sebagai pemuda untuk menyelamatkan bumi adalah dengan melakukan
upaya-upaya konservasi lingkungan hidup. Salah satunya adalah dengan
menerapkan kebiasaan untuk mengurangi penggunaan kertas. Kayu merupakan
bahan baku kertas, semakin banyak kita menggunakan kertas berbahan kayu
maka semakin sering juga kita menjadi penyumbang berkurangnya pohon setiap
harinya. Alangkah lebih baik jika kita memilih kertas dari bahan daur ulang
daripada menggunakan kertas berbahan baku kayu. Selain itu, kita juga dapat
membiasakan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik karena plastik
merupakan bahan yang sulit untuk diuraikan sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk dapat terurai. Akibatnya, sampah-sampah plastik yang tidak
terurai akan tertimbun di daratan maupun di lautan sehingga dapat mencemari
lingkungan. Selain itu, sampah plastik yang hanyut di perairan juga dapat melukai
fauna perairan, seperti yang akhir-akhir ini kerap terjadi. Sampah plastik di lautan
dapat menyumbat hidung penyu ataupun memenuhi perut dan saluran cerna paus
dan satwa laut lainnya sehingga lama-lama dapat mengganggu saluran cerna dari
satwa tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian satwa tersebut. Selain itu,
kita juga dapat bergabung atau bahkan mendirikan sendiri organisasi pemuda
peduli lingkungan dan melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian alam seperti
gerakan menanam seribu pohon, gerakan bersih-bersih pantai, ataupun kampanye-
kampanye untuk mengajak masyarakat sekitar lebih peduli terhadap lingkungan
hidup. Bahkan kita juga dapat mengajukan petisi kepada presiden dan pemerintah
untuk lebih tegas lagi menindak dan mengusut tuntas pelaku pembakaran hutan di
Indonesia dan pelaku perburuan liar satwa di Indonesia. Saat ini sudah tidak
zamannya lagi pemuda hanya duduk diam tanpa melakukan apapun. Saat ini
adalah era di mana pemuda bergerak dan membuat perubahan hingga nantinya
kita dapat menjawab sendiri pertanyaan yang sering kita tanyakan “Manusia,
pemimpin atau perusak bumi?”

Daftar Pustaka

https://www.dw.com/id/hutan-bumi-dalam-kondisi-darurat/a-48472450
https://www.iucnredlist.org/species/17975/123809220
https://www.wwf.or.id/program/spesies/orangutan_sumatera/
Pendrill, et al. (2019). Agricultural and forestry trade drives large share of tropical
deforestation emissions. Global environmental change vol 56:1-10
Lampiran

1. Scan Kartu Tanda Mahasiswa

2. Scan Surat Pernyataan Orisinalitas Karya

Anda mungkin juga menyukai