Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No.


39 Tahun 2016 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga", pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana
dari program ini adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah
ujung tombak dan penentu keberhasilan program ini. Adapun area
prioritas/sasaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui program ini
adalah penurunan angka kematian ibu/angka kematian bayi (AKI dan AKB),
penurunan prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular
dan penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui pendekatan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang


menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan
kepada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.

Kedepan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan


milik pemerintah harus lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program
kesehatannya. Program preventif dan promotif harus kembali digalakkan. Melalui
pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah-masalah
kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya penanganan
masalah kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses kelahiran,
tumbuh kembang masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa sampai
usia lanjut. Fokusnya adalah pada kesehatan individu-individu dalam keluarga.
Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 -

1
2019 dimana penerapan pelayanan kesehatan harus terintegrasi dan
berkesinambungan (continuum of care).

1.2.TUJUAN PENULISAN
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep dari Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Kelurga (PIS-PK) serta untuk mengetahui konsep
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian PIS-PK


2. Untuk mengetahui tujuan PIS-PK
3. Untuk mengetahui pilar utama PIS-PK
4. Untuk mengetahui prioritas dan indikator utama PIS-PK
5. Untuk mengetahui pelaksanaan PIS-PK di tingkat puskesmas
6. Untuk mengetahui konsep pendekatan keluarga dalam pencapaian
prioritas pembangunan kesehatan
7. Untuk mengetahui pengertian Germas
8. Untuk mengetahui tujuan Germas
9. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mewujudkan Germas
10. Untuk mengetahui langkah mewujudkan gerakan masyarakat
hidup sehat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN


KELUARGA (PIS-PK)
1. PENGERTIAN PIS-PK

Menurut Permenkes No 39 tahun 2016, Program Indonesia Sehat adalah


suatu program yang dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dimulai dengan


integrasi ke dalam Manajemen Program/Pelayanan Kesehatan. Integrasi ini
dengan sendirinya akan mendorong manajemen aspek-aspek lain untuk
mendukung pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

Untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat diperlukan pendekatan


keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga,
berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga.

2. TUJUAN PIS-PK

Menurut Permenkes No 39 tahun 2016, Penyelenggaraan Program


Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga bertujuan untuk:

1. Meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan


kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar
2. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota;
melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;

3
3. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional
4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana
strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

3. PILAR UTMA PIS-PK


Menurut Permenkes No 39 tahun 2016, Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,yaitu:

(1) Penerapan Paradigma Sehat,

(2) Penguatan Pelayanan Kesehatan, Dan

(3) Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan


kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu
ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

4. PRIORITAS DAN INDIKATOR UTAMA PIS-PK


Menurut Permenkes No 39 tahun 2016, Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) area prioritas yang meliputi:

a) Penurunan angka kematian ibu dan bayi


b) Penurunan prevalensi balita pendek (stunting)
c) Penanggulangan penyakit menular; dan
d) Penanggulangan penyakit tidak menular.

4
Area prioritas dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan
sesuai kompetensi dan kewenangannya serta dilaksanakan sesuai dengan standar,
pedoman, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Permenkes No 39 tahun 2016, Dalam rangka penyelenggaraan


Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas)
indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai
berikut:
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Pemerintah Daerah dapat menetapkan indikator tambahan selain indikator
utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

5. PELAKSANAAN PIS-PK DI TINGKAT PUSKESMAS

Menurut Permenkes No 39 tahun 2016,Pelaksanaan Program Indonesia


Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas dilakukan melalui
kegiatan:

1. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga


2. Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas

5
3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana puskesmas
4. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif
5. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup
6. Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga oleh


Puskesmas akan berjalan dengan baik, bila dilaksanakan langkah-langkah
persiapan yang meliputi :

1. Sosialisasi
Keberhasilan pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas dalam
rangka Program Indonesia Sehat memerlukan pemahaman dan komitmen yang
kuat dari seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas. Selain itu, diperlukan dukungan
yang kuat dari para pengambil keputusan dan kerjasama dari berbagai sektor di
luar kesehatan di tingkat kecamatan. Puskesmas perlu melakukan sosialisasi
tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga secara terencana
dan tepat sasaran

2. Pengorganisasian

Pengaturan tugas terintegrasi dalam pelaksanaan Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga diharapkan akan terbentuk di tingkat kecamatan
dengan kedua jenis sosialisasi tersebut di atas. Pengaturan tugas tidak harus
terbentuk secara formal, melainkan dapat berupa jejaring koordinasi dan
kerjasama antara internal Puskesmas dengan pihak-pihak eksternal yang
diharapkan mendukungnya.

3. Pembiayaan

Pelaksanaan pendekatan keluarga ini dapat dibiayai dari beberapa sumber


pembiayaan, di antaranya adalah sebagai berikut:

6
a. Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD),
b. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN)
c. Dana alokasi khusus (DAK) fisik dan non fisik (BOK)
d. Dana dari pemanfaatan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional.
e. Alokasi dana desa (ADD)

4. Proses Pendataan
Persiapan pendataan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah kerja.


Puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan, kecamatan, serta data
kependudukan dan catatan sipil (berpedoman pada definisi keluarga menurut
Petunjuk Teknis ini)

2) menyiapkan instrumen pendataan


Instrumen yang perlu disiapkan dalam proses pengumpulan data kesehatan
keluarga adalah:

a. formulir Prokesga, yang dapat berbentuk tercetak atau elektronik.


Instrumen ini merupakan sarana untuk merekam dan menyimpan data-data
sebagai berikut:

a. data anggota keluarga berupa umur, jenis kelamin, status


perkawinan, status kehamilan, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan.
b. data kesehatan keluarga terkait penyakit hipertensi,
tuberkulosis, dan gangguan jiwa.
c. perilaku individu anggota keluarga terkait merokok, mengikuti
program KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita, memberikan ASI eksklusif, buang air besar (BAB), dan
penggunaan air bersih.
d. data lingkungan rumah (sarana air bersih dan jamban
sehat)melakukan pembagian wilayah binaan

7
3) Puskesmas harus membagi wilayah kerjanya menjadi beberapa
wilayah binaan berdasarkan desa yang disesuaikan dengan luas
wilayah, jumlah keluarga, jumlah tenaga pendata, kondisi geografis,
dan pendanaan.
menetapkan pembina keluarga.
4) Setiap tenaga kesehatan Puskesmas dapat diajukan sebagai Pembina
Keluarga. Pembina Keluarga bertanggung jawab mengumpulkan data
kesehatan keluarga, melakukan analisis Prokesga di wilayah
binaannya, melakukan koordinasi lintas program untuk intervensi
permasalahan keluarga di wilayah binaannya, serta melakukan
pemantauan kesehatan keluarga

6. KONSEP PENDEKATAN KELUARGA DALAM PENCAPAIAN


PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019
dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap
potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun
masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat,
yaitu keluarga.

Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan


pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,
untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal.
Sebagai penjabaran dari amanat undang-undang tersebut, Kementerian Kesehatan
menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

8
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.

Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan


pendekatan keluarga. Keluarga memiliki lima fungsi, yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.Tugas-tugas
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya.

9
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.

2.2. GERAKAN MASYARAKAT (GERMAS)


1. PENGERTIAN GERMAS

Menurut Depkes RI tahun 2017, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


(GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan
secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan
dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah
bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

2. PRINSIP DAN TUJUAN GERMAS

Prinsip GERMAS, yaitu Kerjasama multisektor; Keseimbangan masyarakat;


keluarga dan individu, Pemberdayaan masyarakat, Penguatan sistem kesehatan;
Pendekatan siklus hidup, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan berfokus pada
pemerataan layanan

Menurut Depkes RI tahun 2017, Tujuan GERMAS, antara lain:

1) Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik


kematian maupun kecacatan;

2) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk

3) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena


meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.

10
GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan,
yaitu:

1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,

2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan

3)Memeriksakan kesehatan secara rutin.

3. PERAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN GERMAS

Menurut instruksi Presiden no 01 tahun 2017, fungsi dan peran


pemerintah dalam mewujudkan Germas mempunyai tugas dan tanggung jawab
masing-masing, yaitu :

1. Menteri Kesehatan untuk :


a. melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta
meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
b. meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, serta aktivitas fisik; dan
c. meningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di Puskesmas
dan menyusun panduan pelaksanaan deteksi dini penyakit di instansi
pemerintah dan swasta.
2. Menteri Pemuda dan Olahraga
Untuk meningkatkan kampanye gemar berolahraga, memfasilitasi
penyelenggaraan olahraga masyarakat, dan meningkatkan penyediaan
fasilitas sarana olahraga masyarakat.

3. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk :


a. meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
mendorong sekolah sebagai (KTR), dan mendorong Sekolah
Ramah Anak;

11
b. meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di sekolah dan
satuan pendidikan secara eksternal dan ekstrakurikuler serta
penyediaan sarana sanitasi sekolah; dan
c. meningkatkan pendidikan keluarga untuk hidup sehat.
4. Menteri Agama untuk :
a. Melaksanakan bimbingan kesehatan pranikah untuk mendorong
perilaku hidup sehat dan peningkatan status gizi calon pengantin
serta mendorong pelaksanaan kegiatan rumah ibadah bersih dan
sehat;
b. Memperkuat fungsi pos kesehatan pesantren dan upaya
kesehatan madrasah dan mendorong madrasah sebagai ktr dan
madrasah ramah anak; dan
c. Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/olahraga di madrasah
dan penyediaan sarana sanitasi madrasah.
5. Menteri Pertanian untuk :
a. Mengawasi keamanan dan mutu pangan segar yang tidak
memiliki kandungan pestisida berbahaya; dan
b. Meningkatkan produksi buah dan sayur dalam negeri dan
mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam
sayur dan buah.
6. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk:
a. Meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan
Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada
masyarakat; dan
b. Mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan.
7. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk :
a. Memfasilitasi penyediaan sarana aktivitas fisik pada kawasan
permukiman dan sarana fasilitas umum;
b. Mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah untuk
menyediakan ruang terbuka hijau publik yang memadai di wilayahnya;
dan

12
c. Memfasilitasi penyediaan air bersih dan sanitasi dasar pada fasilitas
umum.
8. Menteri Perhubungan untuk :

a. Mendorong penataan sarana dan fasilitas perhubungan yang aman


dan nyaman bagi pejalan kaki dan pesepeda; dan
b. Mendorong konektivitas antarmoda transportasi massal termasuk
penyediaan “park and ride” untuk meningkatkan aktivitas fisik
masyarakat.

9. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk :


a. Mengendalikan pencemaran badan air;
b. Mendorong penghapusan penggunaan bahan bekas tambang dan
bahan berbahaya di lokasi pertambangan yang berdampak pada
kesehatan;
c. Mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank
sampah untuk mengurangi timbulan sampah; dan
d. Mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat
dalam menjaga kualitas lingkungan.
10. Menteri Perdagangan untuk :
a. Meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan
produk tembakau, minuman beralkohol, dan bahan berbahaya yang
sering disalahgunakan dalam pangan; dan
b. Meningkatkan promosi makanan dan minuman sehat termasuk
sayur dan buah produksi dalam negeri.
11. Menteri Keuangan untuk :
a. Melakukan kajian peningkatan cukai dan pajak produk tembakau
dan minuman beralkohol; dan
b. Melakukan kajian kemungkinan adanya skema insentif bagi daerah
yang melaksanakan gerakan masyarakat hidup sehat.

13
12. Menteri Ketenagakerjaan untuk :
a. Mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk melaksanakan
pemeriksaan kesehatan/deteksi dini penyakit pada pekerja; dan
b. Mendorong dan memfasilitasi perusahaan untuk
c. Menyediakan sarana ruang menyusui, melaksanakan kegiatan
olahraga di tempat kerja, dan menerapkan ktr.
13. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk:
a. Mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan
sarana aktivitas fisik dan melaksanakan olahraga serta deteksi dini
penyakit secara rutin; dan
b. mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan
sarana ruang menyusui, menerapkan KTR, dan konsumsi sayur dan buah
dalam pertemuan di dalam atau luar kantor.
14. Menteri Komunikasi dan Informatika untuk :
a. Melakukan diseminasi informasi layanan masyarakat terkait pola
hidup bersih dan sehat; dan
b. Melakukan kerjasama dengan komisi penyiaran indonesia (kpi)
untuk pengawasan terhadap iklan/tayangan yang tidak mendukung
gerakan masyarakat hidup sehat.
15. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk :
a. Melakukan promosi untuk menggerakkan partisipasi kaum
perempuan dalam upaya deteksi dini faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM); dan
b. Meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat bagi keluarga, perempuan, dan anak.
16. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk :
a. Menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar di
masyarakat; dan
b. Memperkuat dan memperluas pengawasan dan intervensi
keamanan pangan jajanan anak sekolah (pjas).

14
17. Direktur Utama Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan promotif dan preventif untuk peserta program
Jaminan Kesehatan Nasional termasuk upaya pencegahan sekunder dan
deteksi dini penyakit.
18. Para Gubernur untuk :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan daerah yang diperlukan
untuk pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di wilayahnya;
b. Melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi
pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di kabupaten/kota di
wilayahnya; dan
c. Melaporkan pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada
Menteri Dalam Negeri.
19. Para Bupati/Walikota untuk :
a. Menyediakan dan mengembangkan sarana aktivitas fisik, ruang
terbuka hijau publik, kawasan bebas kendaraan bermotor, jalur sepeda,
dan jalur pejalan kaki yang representatif dan aman;
b. Melaksanakan kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah untuk
menanam sayur dan buah;
c. Melaksanakan kebijakan ktr;
d. melaksanakan kegiatan yang mendukung Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat yang didasarkan pada kebijakan daerah; dan

4. LANGKAH MEWUJUDKAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP


SEHAT

Menurut Depkes RI tahun 2017, 7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup,


Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting
dari pembiasaan pola hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai
masalah kesehatan yang beresiko dialami oleh masyarakat Indonesia

15
1. Melakukan Aktivitas Fisik

Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim


melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah
raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan
teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan
banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas
fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan seseorang.

2. Makan Buah dan Sayur

Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan


berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang sebenarnya jauh lebih
sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa jenis makanan dan
minuman seperti junk food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau
dihentikan konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan
sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun.

Salah satu kampanye GERMAS adalah kampanye makan buah dan


sayur yang memberikan informasi betapa besarnya manfaat dan kenapa harus
makan buah dan sayur setiap hari. Karena anda harus memahami pentingnya
kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari, berikut adalah dampak akibat
kurang makan buah dan sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya seperti
permasalahan BAB, peningkatan risiko penyakit tidak menular, tekan darah tinggi
dan lainnya.

Dengan memahami pentingnya perilaku makan buah dan sayur,


diharapkan masyarakat dapat dengan lebih aktif untuk meningkatkan kampanye
makan buah dan sayur untuk tingkatkan kesehatan masyarakat di seluruh
Indonesia

16
3. Tidak Merokok

Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi


kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan
akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di
sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti
merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk
tersebut.

4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok;


baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di
sekitarnya.

5. Melakukan Cek Kesehatan Berkala

Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup
sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Diantaranya adalah
dengan melakukan cek kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah
sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini memiliki manfaat untuk dapat
memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.

6. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan


meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga
kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti
tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain
yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko
kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di
lingkungan sekitar.

17
7. Menggunakan Jamban

Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup


sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan
kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko
penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan


status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan


sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari
keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian.

KELOMPOK 5.pptx

19
DAFTAR PUSTAKA

Instruksi Presiden No 01 tahun 2017

Permenkes RI No 39 tahun 2016

http://promkes.kemkes.go.id/germas

http://www.depkes.go.id/article/view/16111600003/pemerintah-
canangkan-gerakan-masyarakat-hidup-sehat-germas-.html

http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-
sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html

20

Anda mungkin juga menyukai