Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATAKULIAH FARMAKOGNOSI

SEJARAH FARMAKOGNOSI

OLEH

KELOMPOK 1 KELAS IIIB

NI KOMANG SRI WULANDARI 171081

I DEWA MADE ANDY DWI PUTRA 181048

I MADE WISNU WARDANA 181049

NI PUTU DIAH INDRAYANI 181050

NI WAYAN ARI WIDYANINGSIH 181051

PROGRAM DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019/2020
I. Farmakognosi dan sejarahnya : Manusia, tumbuhan dan bahan alam

Sejarah farmasi selama berabad – abad identik dengan sejarah farmakognosi, atau
tradisi materi medika yang diperoleh dari sumber – sumber alam, kebanyakan
tumbuh – tumbuhan dan juga mineral – mineral, hewan dan jamur. Tradisi eropa
terutama sangat dikenal dan mempunyai pengaruh kuat terhadap farmakognosi
modern di Barat. Para sarjana eropa awal, konsep – konsep orang awam yang baru –
baru ini datangnya orang dan produk - produk dari tradisi non-eropa telah
mempengaruhi penggunaan obat di Eropa.

Sumber informasi : sumber informasi


yang tersedia untuk memahami sejarah
Dokumen Shanidar IV
penggunaan tumbuhan obat (nutrisi
Kuburan manusia Neandertal masa Shanidar IV , dan juga racun) adalah catatan
suatu tempat Argeologis di Irak , merupakan catatan
terdokumentasi paling awal yang diperkirakan arkeologis dan dokumen tertulis. Tidak
berhubungan dengan tumbuhan obat, sejak dari banyak catatan yang tersedia karena
60.000 SM.Serbuk sari beberapa spesies tumbuh- tulisan – tulisan tersebut tidak pernah
tumbuhan, yang diperkirakan digunakan sebagai
obat, telah ditemukan ( Leroy-Gourhan 1975,Solecki diproduksi atau di musnahkan oleh
1975,Lietava 1992) ; penjajah.
Centurarea solstitialis L (Knapweed, Asteraceae )
Catatan dari Negara Arab dan
Ephedra altissima ( efedra, Ephedraceae) Eropa Kuno
Achillea sp. ( yarrow, Asteraceae) Manusia selalu menggunakan
Althea sp. ( mallow, Malvaceae) tumbuhan dengan banyak cara dalam
tradisi masa evolusi manusia.
Muscari sp.( grape hyacinth,
Liliaceae/Hyacinthaceae) Contohnya obat jamur oleh “manusia
es” zaman dahulu di negara eropa dari
Senecio sp. ( grondsel, Asteraceae)
pegunungan Alpen Olztal (3300 SM).
Spesies – spesies ini diperkirakan berada di tanah Dua objek berbentuk kenari yang
dan membentuk suatu hamparan yang di atasnya
terbaring jasad renik spesies – spesies ini. Tumbuh-
diidentifikasi sebagai pohon berpori
tumbuhan ini kemungkinan merupakan budaya (Piptoporus betulinus), suatu jamur
utama yang penting bagi orang-orang Shanidar IV. hambalan yang umumnya hidup di
Namun,tidak dapat ditentukan apakah spesies-
spesies ini digunakan sebagai obat, tetapi tampaknya pegunungan tinggi, mengandung bahan
demikian. Dipihak lain, ada yang mengkritik alam beracun dan salah satu zat
laporan-laporan ini, karena :
aktifnya adalah asam agarat, sebagai
 Deskripsi-deskripsi arkeobotanikal yang pencahar yang sangat kuat dan efektif.
detail tentang serbuk sari tidak pernah Asam agarat memiliki efek
diterbitkan.
 Biasanya,serbuk sari tidak dapat bertahan antibiotik untuk melawan
baik di negara Asia Barat Daya mikrobakteria dan efek toksik
terhadap berbagai organisme
(Capasso, 1998). “Manusia es” dapat
menderita kram gastrointestinal dan
anemia karena di dalam ususya
terdapat telur cacing cambuk (Trichuris
trichluria). Herba yang telah dibakar dan
 Ada bukti yang baik bahwa semut diletakkan di atas insisi kulit juga sering di
sering menimbun serbuk sari dengan praktikan pada budaya Eropa kuno dan
cara yang sama ( Sommer 1999 )
goresan pada kulit “manusia es”
Oleh karena itu, meski hal ini mungkin menandakan kegunaan tumbuhan obat.
ditemukan tidak secara langsung berikatan
dengan budaya Shanidar,spesies ini ( atau
berhubungan erat satu sama lain dari genus
yang sama) masih penting hingga sekarang
dalam fisioterapi di Irak dan juga diketahui
dari tradisi budaya lain. Spesies ini mungkin
sangat tipikal dengan Penduduk Neandertal,
dan mungkin menjadi bagian dari tradisi
Shanida IV yang pertama kali dapat tercatat.

Anda mungkin juga menyukai