Anda di halaman 1dari 30

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED


HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA POKOK BAHASAN SATUAN JARAK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN
LOCERET 1 TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh : DANANG PRIHANTORO WIBOWO


NIM. 821307793
Email : danang_prihantorowibowo@yahoo.co.id

ABSTRAK

DANANG PRIHANTORO WIBOWO, 2013 : Penerapan Model Pembelajaran


Numbered Heads Together (Nht) Dalam Pembelajaran Matematika Pokok
Bahasan Satuan Jarak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sdn
Loceret 1 Tahun Ajaran 2013/2014.
Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT), hasil belajar, Satuan Jarak.
Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan penulis, bahwa pembelajaran
yang dilakukan di SDN Loceret 1. Dalam pembelajaran siswa cenderung pasif,
keaktifan siswa yang berperan penting dalam pembelajaran masih rendah. Hal ini
diketahui dari hasil belajar siswa, diskusi dengan teman sejawat (selaku observasi)
pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 08.00 dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas V SDN Loceret 1 masih mencapai 46% (kurang aktif). Hasil belajar
matematika siswa yang cenderung rendah, karena konsep matematika yang
dipelajari siswa sulit diingat atau tidak tahu sama sekali khususnya pada pokok
bahasan Satuan Jarak. Hal ini diketahui dari hasil belajar siswa, diskusi dengan
teman sejawat (selaku observasi) pada tanggal 29 Oktober 2013 pukul 08.00
bahwa hasil belajar siswa SDN Loceret 1 kelas V masih mencapai 49% secara
klasikal.
Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimana meningkatkan aktifitas
belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 pada mata pelajaran matematika dengan
topik mengenal Satuan Jarak melalui permainan? (2) Bagaimana meningkatkan
2

hasil belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 terhadap konsep Satuan Jarak melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT)?
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan subyek penelitian siswa kelas V SDN Loceret 1. Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus (siklus I menggunakan 1 pertemuan dan siklus II menggunakan
1 pertemuan), menggunakan instrumen berupa RPP, Uji Kompetensi (tes hasil
belajar), Lembar APKG1-PKP, APKG2-PKP, dan Lembar Observasi aktivitas
siswa.
Kesimpulan hasil peneliti ini dari 2 siklus dengan siklus I terdiri dari 1
pertemuan dan siklus II terdiri dari 1 pertemuan adalah (1) Pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktifitas belajar
siswa kelas V SDN Loceret 1 khususnya pada pokok bahasan satuan jarak.
Diketahui dari hasil analisis dapat diketahui bahwa hasil aktifitas belajar siswa
rata – rata siklus I dan siklus II meningkat dari 59% menjadi 65%. (2)
Pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 mata pelajaran
Matematika khususnya pada pokok bahasan satuan jarak. Diketahui dari hasil
analisis data bahwa rata – rata nilai pada siklus I dan siklus II meningkat dari 72
menjadi 86 secara. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
rata – rata ketuntasan secara klasikal siklus I dan siklus II meningkat dari 59%
menjadi 85%.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disampaikan saran tindak lanjut
sebagai berikut: (1) Sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) karena aktifitas siswa menjadi lebih
menarik dan menyenangkan karena siswa terlibat langsung dalam pembelajaran
terutama pada pokok bahasan satuan jarak. (2) Sebaiknya guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam
pengembangan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya
Manusia, sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan begitu penting dalam menciptakan
masyarakat yang cerdas, damai dan demokratis. Oleh karena itu pembaharuan
pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
suatu bangsa.
Berkembangnya teknologi yang pesat berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi mengakibatkan
berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat berdampak positif maupun
negatif. Perkembangan teknologi ini muncul dari negara maju, sehingga
Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan negara
yang sudah maju tersebut. Perbaikan pengajaran dan pembelajaran
merupakan dasar pijakan kebijaksanaan nasional untuk menjamin masa depan
siswa yang lebih pasti. Belajar merupakan kebutuhan sebagai alat hidup yang
wajib belajar selama sembilan tahun. Dalam waktu sekurang – kurangnya
sembilan tahun itu warga masyarakat mendambakan anak – anaknya
memperoleh tempat belajar di Sekolah yang baik. Oleh karena itu tujuan dari
pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya secara
optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya yang
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Proses belajar mengajar matematika yang baik adalah guru harus
mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap
persoalan yang ada sehingga mereka mampu mencoba memecahkan
persoalannya. Proses belajar membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan
menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan
yang diinginkan. Guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai
4

prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru


tidak asal mengajar, karena pelajaran matematika cenderung dipandang
sebagai mata pelajaran yang ”kurang diminati” atau ”kalau bisa dihindari”
oleh sebagian siswa. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan
bernalar siswa dalam dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan
karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk
belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Oleh karena itu seorang
guru dituntut untuk memahami dan mengembangkan metode pembelajaran di
dalam kelas. Hal ini juga dapat mengurangi rasa jenuh dan rasa takut siswa
terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena masih banyak
siswa yang kurang minat dan takut akan pelajaran matematika. Proses
pembelajaran dengan menggunakan metode yang kurang tepat mempengaruhi
keaktifan siswa dan daya ingatnya. Siswa akan cenderung pasif dengan
proses pembelajaran yang menurut mereka kurang berkesan. Sedangkan
dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga
akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih
lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila
konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat,
jelas dan menarik, sehingga siswa akan betah belajar dan aktif.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu diadakan
identifikasi masalah, ini bertujuan untuk mengetahui arah
pengembangan dan masalah pokok (pada latar belakang). Adapun
masalah yang terkait dengan masalah pokok dalam latar belakang
masalah dapat diidentifikasikan berbagai teori dari para pakar antara lain
:
1) Von Glaserfled ( Tokoh Filsafat Kontruksivisme Amerika)
Pengetahuan bukanlah barang yang biasa dipindahkan dari pikiran
orang yang mempunyai pengetahuan (guru) ke pikirang yang belum
mempunyai pengetahuan (siswa).
2) Van Hiele
5

Perlu adanya kombinasi yang baik antara waktu, materi dan metode
yang digunakan pada tahap tertentu untuk dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa ke tahap yang lebih tinggi.
Dari data yang dikumpulkan peneliti dalam bentuk refleksi, hasil
belajar siswa, diskusi dengan teman sejawat (selaku observasi) dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas V SDN Loceret 1 ditemukan
permasalahan bahwa :
1) Dalam pembelajaran matematika siswa cenderung pasif, keaktifan
siswa yang berperan penting dalam pembelajaran masih rendah
mencapai 46% (kurang aktif).
2) Hasil belajar matematika siswa yang cenderung rendah, karena
konsep matematika yang dipelajari siswa sulit diingat atau tidak tahu
sama sekali khususnya pada pokok bahasan Satuan Jarak.
3) Masih banyak kendala dalam proses belajar matematika seperti
kemampuan matematika, metode yang kurang tepat, kurangnya
ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal maupun pemecahan
masalah serta minat siswa dalam proses belajar matematika.
Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan teman sejawat dan
supervisor, maka perbaikan pembelajaran difokuskan pada bagaimana
cara merancang proses pembelajaran yang bermakna untuk dapat
meningkatkan kemampuan serta hasil belajar siswa.
2. Analisa Masalah
1) Saat memberikan materi, guru hanya menggunakan metode
ceramah sehingga prestasi belajar matematika siswa yang
cenderung rendah, karena konsep matematika yang dipelajari siswa
sulit diingat atau tidak tahu sama sekali karena sebagai penerima
masih pasif.
2) Saat memberikan materi, guru tidak menggunakan alat
peraga/media pembelajaran
3) Siswa dalam pembelajaran cenderung pasif karena model
pembelajaran yang kurang tepat
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
1 Guru saat pembelajaran sebaiknya menggunakan model
pembelajaran kooperatif karena sangat cocok diterapkan pada
pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika
6

tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep


matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta
kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan
benar.
2 Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together), karena pada model ini siswa
menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan
terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya
penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap
materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor
anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model pembelajaran
kooperatif NHT ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat
lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas V SDN Loceret 1
pada mata pelajaran matematika dengan topik mengenal Satuan Jarak
melalui permainan?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Loceret 1
terhadap konsep Satuan Jarak melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Mendeskripsikan cara meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas V SDN
Loceret 1 pada mata pelajaran matematika dengan topik mengenal Satuan
Jarak melalui permainan
2. Mendeskripsikan cara meningkatkan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 terhadap konsep Satuan Jarak.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebagai penelitian tindakan, penelitian ini memberikan kegunaan pada
pembelajaran.
1 Bagi siswa
7

1) Meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model


pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).
2) Siswa lebih termotivasi dan berminat dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga akan cenderung aktif dalam
pembelajaran.Kegunaan secara teoristis.
2 Bagi guru
1) Sebagai masukan bahan pertimbangan mengenai model / metode
pengajaran yang tepat untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam
belajar matematika
2) Membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered
Heads Together).
3 Bagi sekolah
1) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya bidang studi
Matematika
2) Untuk mewujudkan misi dan visi sekolah.
3) Sebagai acuan untuk penyusunan program sekolah berikutnya.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif subyek dengan lingkungan yang menghasilkan suatu
perubahan. Perubahan hasil belajar berupa sesuatu yang baru, yang segera
nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi (behavior
atau kognitif). Perubahan tersebut bisa juga merupakan penyempurnaan
dari hal-hal yang sudah dimiliki sebelumnya. Menurut (Sugiono, 2010 :
19) belajar adalah suatu proses N4 (Niteni, Niruake, Nemoake,
Nambani), Niteni artinya mengamati dengan teliti berbagai aspek
maupun komponen – komponen yang dipelajari. Niruake artinya
menirukan sesuatu model yang dianggap paling baik. Nemoake artinya
menemukan cara, metode, maupun produk baru sebagai hasil belajar, dan
Nambani artinya dengan kemampuannya tersebut bisa mengatasi
berbagai masalah.tidak saja mengobati jika ada masalah, tetapi bisa
mencegah sebelum terjadinya masalah dan memelihara yang baik agar
tetap baik.
Pengertian belajar menurut beberapa pakar dari barat Morgan,
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
Selanjutnya Witherington, “ Belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian”. Selanjutnya menurut Hilgard dan Bower “ Belajar adalah
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang – ulang
9

dalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan –
keadaan sesaat”. Selanjutnya Geoch “ Belajar adalah perubahan
performance sebagai hasil latihan”. Thobroni dkk, ( 2011 : 20).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses belajar yang
berulang – ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang
disadari dan cenderung bersifat tetap.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik,
yang didalamnya ada kegiatan utama yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan perencanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.pembelajaran dikatakan berhasil apabila peserta didik
belajar. Pembelajaran akan berhasil apabila bisa membawa perubahan
peserta didik yaitu adanya perubahan sebagian kecil atau sebagian aspek
pengetahuan, nilai dan sikap, serta ketrampilan (Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik).
Pembelajaran yang didalam aktifitasnya termasuk kegiatan untuk
memilih, menetapkan model, strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran, serta merupakan implementasi dari kurikulum yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian seorang guru dalam
melaksaksanakan pembelajaran dituntut untuk mengetahui, memahami
serta mampu memilih dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
peserta didik tentang model, strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran. Guru juga harus mampu mengelola kelas, sehingga
pembelajaran semakin efektif dan efisien mencapai tujuan. Sugiono,
(2010 : 44). Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy “
pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan
merupakan hasil praktik berulang – ulang”. Pembelajaran memiliki
makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan.
Thobroni, mustofa, ( 2011 : 18 ).
10

B. Pembelajaran Matematika
Dalam kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sabagai
“ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan”(Depdikbud). Menurut Soedjadi (dalam Suryo Widodo, 2003: 2)
Mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang mempelajari struktur dan
pola. Tidak heran matematika juga sebagai bagian yang abstrak dan lainnya.
Mengingat betapa pentingnya matematika maka diharapkan guru
matematika harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Guru harus menciptakan atau membuat suasana dan kondisi yang
menyenangkan salam proses belajar mengajar matematika, sehingga tujuan
pembelajaran matematika dapat tercapai. Guru dituntut dapat memilih teknik
– teknik yang manyenangkan dalam pembelajaran matematika, misalnya
teknik mencatat.
Teknik mencatat yang baik, efektif dan menyenangkan dapat
membuat siswa menghemat waktu, menyimpan informasi secara mudah dan
mengingatnya kembali jika diperlukan. Menurut Tony Buzan (2012: 5)
mencatat yang baik harus membantu untuk mengingat informasi yang sudah
di tempatkan ke dalam otak dan mempermudah mengambil informasi itu
ketika di butuhkan.
Jadi pembelajaran matematika adalah serangkaian kegiatan yang
sengaja dirancang oleh guru dengan melibatkan peserta didik dan teknik
pembelajaran yang tepat untuk mempermudah mengingat informasi yang
sudah di tempatkan ke dalam otak dengan tujuan tercapainya pembelajaran
matematika.

C. Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.
Menurut Arends dalam Agus Supriyono (2009 : 46) menyatakan bahwa
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
11

termassuk di dalamnya tujuan – tujuan pembelajaran, tahap – tahap


dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas. Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000 : 10)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Nieveen (1999) dalam Trianto (2011 : 8), mengatakan bahwa
suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Sahih (valid)
2. Praktis
3. Efektif
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan pola perencanaan yang digunakan oleh guru sebagai pedoman
merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Melalui
model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Di
samping itu, model pembelajaran juga dapat dijadikan pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Spenser Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur fase sebagai langkah/sintaks NHT :
1. Langkah 1 : Penomoran (Numbering)
Pada langkah pertama, guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan
12

memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut


memiliki nomor yang berbeda
2. Langkah 2 : Pengajuan pertanyaan (Questioning)
Pada langkah kedua ini guru mengajukan suatu pertanyaan kepada
para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
hingga yang bersifat umum
3. Langkah 3 : Berfikir bersama (Heads Together)
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
4. Langkah 4 : pemberian jawaban (Answering)
Terakhir, di langkah keempat ini guru menyebutkan satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai - nilai, pengertian -
pengertian, sikap - sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran
Gagne (dalam Suprijono, 2009:5), hasil belajar berupa hal-hal berikut:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut
Selain itu, Bloom (dalam Suprijono, 2009 : 6) menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulakn bahwa hasil belajar
merupakan penilaian yang berupa angka yang dihasilkan dari kemampuan
13

kognitif, afektif, psikomotorik serta informasi verbal dan keterampilan


intelektual siswa setelah menjalani proses pembelajaran.

E. Aktivitas
Adapun pengertian aktivitas dari beberapa pendapat yaitu sebagai
berikut :
1. Menurut anton M. Mulyono (2001: 26), Aktivitas adalah “kegiatan atau
keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan – kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas/
2. Menurut Sriyono (didin, 2010 : 17) aktivitas adalah kegiatan yang di
laksanakan baik secara jasmani dan rohani. Aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indicator adanya
keinginan siswa untuk belajar
Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif. Aktivitas yang dilakukan dalam penilitian ini
yaitu tentang kedisiplinan, perhatian, kerjasama, bertanya dan mengutarakan
pendapat yang berlangsung pada pembelajaran kooperatif tipe NHT.
14

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. SUBJEK, TEMPAT, WAKTU PENELITIAN, PIHAK YANG


MEMBANTU
Dalam pelaksanaan kegiatan PKP sebagai subjek penelitian adalah
mata pelajaran matematika pada pokok bahasan satuan jarak kelas V SDN
Loceret 1. Adapun tahap siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober
2013 dan siklus II tanggal 2 Nopember 2013 dengan pembimbing ibu Ika
Marista Dewi, S.Pd.SD yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan.

B. DESAIN PROSEDUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Sesuai dengan jenis penelitian yaitu penelitian tindakan. Maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (perencanaan), action
(pelaksanaan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Langkah – langkah penelitian :
1 Pelaksanaan Siklus I
a Perencanaan
1) Penggalian akademis meliputi : mengkaji pelajaran yang sedang
berlangsung atau yang sudah ada, pendekatan atau metode yang
digunakan guru, dan hasil belajar siswa pada materi sebelum –
sebelumnya.
2) Perencanaan pembelajaran, meliputi : menyusun perangkat
pembelajaran berupa silabus rencana pembelajaran yang di
setting sesuai langkah – langkah pendekatan model kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together), bahan pengajaran yang
15

akan di berikan kepada siswa, bahan tugas untuk siswa dan


menyusun alat evaluasi.
3) Persiapan alat, meliputi : sarana dan sumber acuan yang
digunakan
b Pelaksanaan
1) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa
2) Guru memberikan apersepsi kepada siswa
3) Guru terlebih dahulu akan menjelaskan materi yang akan
dipelajari
4) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah –
langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
c Pengamatan
Pada tahap pengamatan disini dilakukan pada waktu proses
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilaksanakan oleh teman
sejawat yaitu ibu Ika Marista Dewi, S.Pd.SD. Kegiatan ini ditujukan
untuk mengamati siswa maupun guru selama proses belajar
mengajar, melalui lembar observasi, dan jika, kamera foto. Setelah
selesai melakukan pengajaran dengan peraga gambar, peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang pemahaman
mereka setelah diterangkan guru dengan menggunakan peraga
gambar itu. Dalam melakukan observasi sambil mengajar, perlu
dijaga kondisi dan setting kelas cukup kondusif.
d Refleksi
Kegiatan perenungan terhadap pembelajaran yang telah di
lakukan. Apabila sudah diketahui keberhasilannya atau hambatan
dalam tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus pertama.
Penelitian kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk
menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus
kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila
ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan atau
untuk menguatkan hasil.
2 Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II didasarkan pada
proses pembelajaran perbaikan pembelajaran I serta hasil yang dicapai
siswa pada siklus I.
16

Dalam pelaksanaan siklus II proses pembelajaran difokuskan pada


penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk mengatasi kesulitan para siswa yang belum dapat
sepenuhnya memahami materi yang disampaikan guru.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) siswa-siswa yang masih tertinggal dalam penguasaan materi
dapat terbantu dengan penjelasan yang diadakan dengan penggunan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
yang disertai dengan penjelasan guru.

C. TEKNIK ANALISIS DATA


Data yang diperoleh disini adalah data dari post tes setiap siklus yang
digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya
dan data dari hasil observasi siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari teknik tes/post tes. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari
data observasi siswa.
1 Teknik Analisis data Kuantitatif
a Data tentang hasil belajar siswa dilihat dari nilai akhir siswa pada
tes, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Purwanto (2011 : 207)

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi

jawaban benar siswa ≥ 75.


Hasil belajar siswa meningkat diketahui dari post tes setiap 1 pertemuan, apabila

bjumlah
Datasiswa yangKetuntasan
tentang nilainya meningkat lebih Klasikal
Belajar secara dari 85%dihitung
(Depdiknas) dari jumlah
dengan
rumus
siswa yangsebagai berikut
diketahui maka: dapat disimpulkan hasil belajar sudah meningkat.

Keterangan : P = Ketuntasan Belajar Klasikal

Jika siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM yaitu 75 klasikal mencapai 85%

(Depdiknas) maka pembelajaran dikatakan tuntas dan dapat dilanjutkan pada

pokok bahasan selanjutnya


17

c Data hasil observasi siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

Trianto (2011: 76)


Ket :
AS = Aktivitas siswa
A = jumlah skor yang diperoleh untuk setiap indikator
B = jumlah skor total (maksimum)
Lembar observasi diatas akan dimasukkan dalam kriteria sebagai
berikut.
Kriteria : 81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik
41% - 60% = Cukup
21% - 40% = Kurang
0% - 20% = Sangat Kurang

2 Teknik analisis data kualitatif


Data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan
teknik deskripsi. Data dari hasil observasi terhadap aktivitas-aktivitas
siswa selama KBM, kemudian dideskripsikan secara jelas.

Kriteria Ketuntasan :
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, penelitian ini dikatakan
berhasil yaitu sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa
kelas V SDN Loceret 1 khususnya pokok bahasan satuan jarak jika
dilihat dari lembar observasi siswa, siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran atau mendapat nilai rata – rata yaitu ≥ 85% dari
keseluruhan siswa.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas V SDN Loceret 1 khususnya pokok bahasan satuan jarak. Hasil
belajar siswa klasikal ≥ 85% (Depdiknas) siswa yang tuntas belajar
dalam artian ≥ KKM yang telah ditentukan yaitu 75.
18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1 Rencana Umum Pelaksanaan Tindakan
Rencana umum pelaksanaan tindakan penelitian ini untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan model
siklus, yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi, dan refleksi. Pada akhir proses belajar mengajar tiap
siklus siswa diberi post tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan
pada siklus I dan siklus II.
2 Pelaksanaan Siklus I
a Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan perencanaan meliputi :
1) Penentuan materi yang akan dibahas yaitu tentang satuan jarak
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
melampirkan LKS sebagai permasalahan dalam diskusi dalam
diskusi kelompok terkait penggunaan metode NHT
3) Menyusun soal – soal post test/tes yang akan diberikan pada
akhir pertemuan/PBM
4) Merancang lembar observasi aktivitas siswa
5) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pembelajaran
b Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 31
Oktober 2013 di kelas V dengan jumlah siswa 33 terdiri dari 13
laki - laki dan 20 perempuan dengan materi “satuan jarak”.
Pada akhir proses belajar mengajar pertemuan 1 siswa diberi soal
post tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada
siklus I
Dengan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
19

1) Guru bersama observer memasuki kelas V SDN Loceret 1


2) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan salam untuk
membuka kegiatan pembelajaran.
3) Guru mengingatkan materi sebelumnya
4) Guru membentuk kelompok dengan mengelompokkan siswa
menjadi 6 kelompok (setiap kelompok 5 - 6 siswa) dengan
nama yang berbeda – beda dan memberi nomor kepada setiap
siswa dalam setiap kelompok .
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
tentang materi pengertian relasi dan fungsi serta cara
menyatakan relasi dengan memotivasi siswa untuk belajar
6) Guru menyampaikan materi pelajaran tentang pengertian
relasi dan fungsi serta cara menyatakannya
7) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) pada siswa
untuk berfikir bersama/diskusi dalam pemahaman meteri
yang diajarkan
8) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi
9) Guru menunjuk salah satu nomor siswa dan nomor yang
sama menyiapkan jawaban dan tanggapan serta guru
membantu jalannya presentasi
10) Guru bersama – sama siswa melakukan refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya
11) Guru melakukan post tes
Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus 1
Hasil dari pemberian post tes yang dikerjakan secara individu pada
siklus I dengan sub materi pokok satuan jarak. Tes tersebut
digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang diberikan melalui model pembelajaran NHT. Soal uraian
yang diberikan pada siswa berjumlah 5 soal. Berdasarkan hasil
nilai siswa dalam siklus I yang di peroleh pada pertemuan 1
melalui hasil belajar individu yang mengacu pada ketuntasan
belajar dengan daya serap hasil belajarnya mencapai nilai 75 maka
dapat ditunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan pertama
dengan post tes 1. Adapun daftar hasil belajar dan ketuntasan
20

belajar siswa secara klasikal siklus I di tunjukkan dalam tabel


sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I

Siklus I
No Uraian
(Pertemuan 1)

1 Nilai tertinggi 85
2 Nilai terendah 60
3 Nilai rata-rata 72
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
5 Jumlah total siswa 33
6 Prosentase ketuntasan klasikal 61%

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah siswa


yang tuntas dari 33 siswa adalah 20 siswa dan 13 siswa yang lain
tidak tuntas. Sedangkan nilai rata – rata siswa adalah 72 dengan
prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai 61%.
c Pengamatan
Pada tahap ini, kegiatan dilakukan oleh peneliti dan
pengamat yaitu ibu Ika Marista Dewi, S.Pd.SD selaku teman
sejawat dan guru kelas V SDN Loceret 1. Obsever mempunyai
tugas untuk mengamati aktivitas peneliti dalam pembelajaran dan
mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa. Adapun hasil
pengamatan aktivitas siswa sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa siklus I

Jumlah
Kriteria Skor Prosentase
siswa

Sangat Baik 81%-100% - -


Baik 61% - 80% 11 33%
21

Cukup 41% - 60% 22 67%


Kurang 21% - 40% - -
Sangat Kurang 0% - 20% - -
Prosentase rata – rata 59%
Dari tabel 4.2 dapat dilihat rata - rata nilai kriteria aktivitas
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model NHT adalah
33% dari siswa memperoleh kriteria Baik, dan 67% dari siswa
memperoleh kriteria Cukup.
1. Dampak Positif Pada Siklus I
1) Bagi guru
a) Guru lebih mudah dalam mengelola kelas karena
siswa dibagi dalam kelompok – kelompok
b) Guru dapat mengukur sejauh mana pengetahuan
siswa terhadap materi satuan jarak. Hal itu dapat
diketahui pada saat siswa melakukan presentasi
lisan.
2) Bagi siswa
a) Siswa antusias mengikuti pembelajaran tersebut
karena merupakan suatu hal yang baru dalam
penggunaan model NHT pada materi yang
disampaikan.
b) Siswa merasa lebih senang dalam memecahkan
masalah secara berkelompok
2. Dampak negatip Pada Siklus I
a) Terdapat beberapa kelompok yang masih mengalami
kesulitan dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa.
b) Siswa dalam mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya masih malu – malu dan kelihatan agak
terpaksa karena adanya pengamat
d Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada
siklus 1 adalah sebagai berikut:
a) Sebagian siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan model NHT. Hal ini bisa dilihat dari observasi
22

terhadap aktivitas siswa dalam KBM mencapai 59% dari rata –


rata siklus I.
b) Hasil post tes siswa di akhir pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama yaitu dengan jumlah siswa tuntas 20 anak.
Ketuntasan hasil belajar siswa masih belum tuntas pada siklus I

karena siswa yang mendapatkan nilai 75 mencapai 61%,

sedangkan kriteria ketuntasan harus mencapai

berdasarkan indikator keberhasilan hasil belum tuntas.


Tabel 4.3
Permasalahan Siklus I
Aspek PERMASALAHAN SOLUSI
1. Aktivitas  Sebagian siswa cenderung  Guru memotivasi siswa
Siswa pasif saat pembelajaran dengan memberikan
sehingga sulit dalam penghargaan/nilai plus pada
mengajukan pertanyaan dan siswa yang berani
mengutarakan pendapat mengajukan pertanyaan dan
mengajukan pendapat
 Terdapat beberapa kelompok
2. Pemahama  Mengkondisikan siswa
yang masih mengalami
n materi dengan memberikan
kesulitan dalam
motivasi dan lebih
mengerjakan LKS karena
menumbuhkan sikap
sebagian siswa belum bisa
perhatian/rasa hormat
fokus dalam memahami
konsep yang diberikan

3 Pelaksanaan Siklus II
a Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan perencanaan meliputi :
1) Penentuan materi yang akan dibahas yaitu tentang satuan jarak
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
melampirkan LKS sebagai permasalahan dalam diskusi dalam
diskusi kelompok terkait penggunaan metode NHT
23

3) Menyusun soal – soal post test/tes yang akan diberikan pada


akhir pertemuan/PBM
4) Merancang lembar observasi aktivitas siswa
5) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pembelajaran
b Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan 2 dilaksanakan tanggal 2
Nopember 2013 di kelas V dengan jumlah siswa 33 terdiri dari 13
laki - laki dan 20 perempuan dengan materi “satuan jarak”.
Pada akhir proses belajar mengajar pertemuan 2 siswa diberi soal
post tes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada
siklus I
Dengan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
1) Guru bersama observer memasuki kelas V SDN Loceret 1
2) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan salam untuk
membuka kegiatan pembelajaran.
3) Guru mengingatkan materi sebelumnya
4) Guru membentuk kelompok dengan mengelompokkan siswa
menjadi 6 kelompok (setiap kelompok 5 - 6 siswa) dengan
nama yang berbeda – beda dan memberi nomor kepada setiap
siswa dalam setiap kelompok .
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
tentang materi pengertian relasi dan fungsi serta cara
menyatakan relasi dengan memotivasi siswa untuk belajar
6) Guru menyampaikan materi pelajaran tentang pengertian
relasi dan fungsi serta cara menyatakannya
7) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) pada siswa
untuk berfikir bersama/diskusi dalam pemahaman meteri
yang diajarkan
8) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi
9) Guru menunjuk salah satu nomor siswa dan nomor yang
sama menyiapkan jawaban dan tanggapan serta guru
membantu jalannya presentasi
10) Guru bersama – sama siswa melakukan refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya
11) Guru melakukan post tes
24

Hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II


Hasil dari pemberian post tes yang dikerjakan secara individu pada
siklus II dengan sub materi pokok satuan jarak. Tes tersebut
digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang diberikan melalui model pembelajaran NHT. Soal uraian
yang diberikan pada siswa berjumlah 5 soal. Adapun daftar hasil
belajar dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal siklus II di
tunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus II

Siklus II
No Uraian
(Pertemuan 2)

1 Nilai tertinggi 100


2 Nilai terendah 65
3 Nilai rata-rata 86
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
5 Jumlah total siswa 33
6 Prosentase ketuntasan klasikal 85%
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa jumlah siswa
yang tuntas dari 33 siswa adalah 20 siswa dan 13 siswa yang lain
tidak tuntas. Sedangkan nilai rata – rata siswa adalah 72 dengan
prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai 61%.
e Pengamatan
Pada tahap ini, kegiatan dilakukan oleh peneliti dan
pengamat yaitu ibu Ika Marista Dewi, S.Pd.SD selaku teman
sejawat dan guru kelas V SDN Loceret 1. Obsever mempunyai
tugas untuk mengamati aktivitas peneliti dalam pembelajaran dan
mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa. Adapun hasil
pengamatan aktivitas siswa sebagai berikut :

Tabel 4.5
25

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa siklus II

Jumlah
Kriteria Skor Prosentase
siswa

Sangat Baik 81%-100% - -


Baik 61% - 80% 25 76%
Cukup 41% - 60% 8 24%
Kurang 21% - 40% - -
Sangat Kurang 0% - 20% - -
Prosentase rata – rata 65%
Dari tabel 4.5 dapat dilihat rata - rata nilai kriteria aktivitas
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model NHT adalah
76% dari siswa memperoleh kriteria Baik, dan 24% dari siswa
memperoleh kriteria Cukup.
1. Dampak Positif Pada Siklus II
a) Siswa sudah tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan
Lembar Kerja Siswa
b) Siswa sudah berani mempresentasikan hasil diskusinya ke
depan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terlatih pada
siklus I. Saling berdiskusi dengan kelompoknya masing –
masing mengenai pembelajaran yang disampaikannya dan
materi yang belum dipahami.
f Refleksi
Adapun hasil yang diperoleh selama siklus II ini sebagai berikut :
1 Pembelajaran yang dilaksanakan sudah mencerminkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap materi tantang
satuan jarak dan tidak ada remidi karena 85% siswa sudah
tuntas secara klasikal maupun individu.
2 Aktivitas siswa dalam KBM sudah mengarah ke pembelajaran
dengan model pembelajaran tipe NHT. Siswa mampu
membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami
tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi
dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya.
Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan
26

baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap
aktivitas siswa meningkat dari 59% pada siklus I menjadi 65%
pada siklus II
3 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan post tes
terhadap kemampuan siswa menguasi materi pembelajaran. Hal
ini berdasarkan hasil belajar siswa yang mendapat nilai ≥ 75
pada siklus I dan siklus II meningkat dari rata – rata nilai 72
meningkat menjadi 86 dan hasil ketuntasan belajar dari seluruh
siswa meningkat dari 61% meningkat menjadi 85%.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN
1. Aktivitas Siswa Dalam Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh data
aktivitas siswa sebagai berikut :
Gambar 4.1
Diagram Aktivitas Siswa dalam Perbaikan Pembelajaran
Dalam Persen

Pada tabel Gambar dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas


siswa siklus I yaitu rata – rata 59% meningkat pada siklus II yaitu
rata – rata 65%.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan satuan jarak
27

dengan model pembelajaran NHT yang paling dominan adalah


bekerja dengan anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru.
Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan Baik
2. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh data
ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut :
Adapun Gambarnya sebagai berikut :

Gambar 4.2

Diagram Hasil Belajar Siswa dalam Perbaikan Pembelajaran

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT memiliki dampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (hasil belajar meningkat dari siklus I ke siklus II) yaitu masing-
masing rata – rata nilai mencapai 72 meningkat menjadi 86. Dan
ketuntasan secara klasikal meningkat dari 61% menjadi 85%. Jadi pada
siklus II hasil belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Tabel 4.6
28

Bukti Perubahan
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Perubahan
(Siklus I) (Siklus II)
1. RPP  Tidak menggunakan  Menggunakan alokasi
alokasi waktu waktu sehingga lebih
sehingga kurang efisien dalam
efisien dalam menggunakan
menggunakan waktunya
waktunya
2. Observasi  Aspek yang dinilai
 Aspek yang dinilai
Aktivitas Siswa perhatian,
perhatian,
kedisiplinan,
kedisiplinan,
kerjasama dan
kerjasama, bertanya
bertanya
dan berpendapat
 Tidak menumbuhkan
3. Observasi  Menumbuhkan
kedisiplinan siswa
Aktivitas Guru kedisiplinan siswa
 Tidak menumbuhkan
 Menumbuhkan rasa
rasa hormat siswa
hormat siswa
 Tidak memuat
 Memuat pemahaman
pemahaman siswa
siswa terhadap materi
terhadap materi yang
yang disampaikan
disampaikan
 Tidak memberikan
 Memberikan
penghargaan
penghargaan
29

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan perbaikan pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 khususnya
pada pokok bahasan satuan jarak. Diketahui dari hasil analisis dapat
diketahui bahwa hasil aktifitas belajar siswa rata – rata siklus I dan
siklus II meningkat dari 59% menjadi 65%.
2. Pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Loceret 1 mata pelajaran
Matematika khususnya pada pokok bahasan satuan jarak. Diketahui dari
hasil analisis data bahwa rata – rata nilai pada siklus I dan siklus II
meningkat dari 72 menjadi 86 secara. Dari hasil analisis dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa rata – rata ketuntasan secara klasikal siklus I
dan siklus II meningkat dari 59% menjadi 85%.

B. Saran Tindak Lanjut


Melalui hasil penelitian telah terbukti bahwa pembelajaran dengan
model Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika, maka peneliti sarankan hal – hal sebagai
berikut :
1. Sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) karena aktifitas siswa menjadi lebih
menarik dan menyenangkan karena siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran terutama pada pokok bahasan satuan jarak.
2. Sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dalam pengembangan pembelajaran
guna meningkatkan hasil belajar siswa.
30

DAFTAR PUSTAKA

Tobroni, Mustofa. 2011. Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran


dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media

Sugiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Kediri

Huda. 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Trianto. 2010. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Prestasi


Pustakarya

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai