Anda di halaman 1dari 3

ANALISA JURNAL

Myasthenia gravis pada Pasien Laki-laki 39 Tahun dengan Sesak


Napas

PENULIS : 1. Nurul Hidayah Chairunnisa,


2. Zam Zanariah
3. Oktadoni Saputra
4. Karyanto

KATA KUNCI : Autoimun, Dyspneu, Myasthenia gravis, Ptosis

P (Problem)
Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan otot secara umum maupun
dapat terlokalisasi pada suatu otot tertentu. Pasien laki-laki berusia 39 tahun
datang dengan keluhan sesak napas (dyspneu) sejak tiga hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan disertai dengan kelopak mata kanan yang turun mendadak,
keluhan sudah sering dirasakan namun membaik setelah beristirahat. Tiga hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sesak napas yang semakin
memberat disertai sulit menelan dan sulit bicara sehingga pasien dibawa ke rumah
sakit. Di rumah sakit keluhan sesak semakin berat hingga pasien dirawat di ruang
ICU selama enam hari, setelah itu keluhan pasien berkurang sehingga pasien
dipindahkan ke ruang rawat inap dengan keluhan masih sulit menelan dan batuk.

I (Intervension)
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien adalah penatalaksanaan
umum dan khusus. Penatalaksanaan umum yang diberikan adalah tirah
baring/total bed rest dan pemantauan ketat tanda vital pasien terutama antisipasi
adanya sesak napas pada pasien yang semakin memberat. Penatalaksanaan khusus
yang diberikan adalah cairan RL 15 tetes/menit, asetilkolinesterase inhobitor
(Mestinon 3x60 mg), kortikosteroid (metilprednisolon 125 mg/8jam), antagonis
reseptor histamin H2 (Ranitidin 50 mg/12jam), dan vitamin B kompleks 2x1
tablet.

C ( Comparison )
Di antara pasien, 75% awalnya mengeluh gangguan mata, terutama ptosis
dan diplopia. Akhirnya, 90% dari pasien dengan MG mengembangkan gejala-
gejala okular. Mungkin ptosisunilateral atau bilateral, dan akan beralih dari mata
ke mata. Okular MG dikategorikan sebagai kelemahan dan kelelahan yang
tersembunyi dan membahayakan yang dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak
mata atau otot bola mata. Jika meliputi kelopak mata yang jatuh biasanya dikenal
sebagai ptosis; yang mengenai otot extraokular maka pasien akan melihat ganda
pada arah otot yang lemah Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini
menunjukkan adanya ptosis pada palpebra kanan pasien yang tidak menghilang
setelah pasien beristirahat. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada MG keluhan
yang paling sering terjadi adalah keluhan pada wajah 95% dari pasien
Kelemahan wajah dapat terjadi pada MG tanpa keterlibatan otot mata,
tetapi biasanya kedua gejala terjadi bersama-sama. Jika sensasi wajah terganggu,
lesi yang mempengaruhi saraf kranial seperti karsinoma nasofaring harus
dicurigai. Dengan adanya sensasi wajah normal. Namun, terjadinya kedua
kelemahan otot mata dan wajah sangat memperlihatkan gejala MG. Temuan
mungkin akan sulit untuk dilihat.8 Pada pemeriksaan fisik pasien ini juga
ditemukan adanya kelemahan otot-otot wajah termasuk otot untuk menelan
dimana pasien mengeluhkan sulit menelan makanan dan sulit bicara. Berdasarkan
teori, kelemahan otot wajah dan menelan terjadi pada 60% kasus MG
Meskipun menurut teori kelemahan pada otot-otot pernapasan hanya
terjadi pada 10% kasus MG, namun keluhan tersebut ditemukan pada pasien ini
dan merupakan suatu keluhan utama pasien datang untuk berobat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien ini dapat digolongkan menjadi pasien MG krisis
dimana keluhan telah mencapai otot-otot pernapasan sehingga menimbulkan sesak
napas yang dapat mengancam jiwa. Kelemahan otot-otot pernapasan dapat
menyebabkan gagal napas akut, dimana hal ini merupakan suatu keadaan gawat
darurat dan tindakan intubasi cepat sangat diperlukan. Kelemahan otot-otot
interkostal serta diafragma dapat menyebabkan retensi karbondioksida sehingga
akan berakibat terjadinya hipoventilasi.

O ( Outcame )
Meskipun tidak ada penelitian tentang obat yang telah dilaporkan dan
tidak ada konsensus yang jelas pada strategi pengobatan, MG adalah salah satu
gangguan neurologis yang paling dapat diobati. Beberapa faktor (misalnya,
tingkat keparahan, distribusi, kecepatan perkembangan penyakit) harus
dipertimbangkan sebelum terapi dimulai atau diubah. Terapi Farmakologis
termasuk obat antikolinesterase dan agen imunosupresif, seperti kortikosteroid,
azatioprin, siklosporin, plasmaferesis, dan immunoglobulin intravena.

Anda mungkin juga menyukai