4
5
laboratory works. The field activities included field and laboratory works. The
field activities were to take samples, strike and dip joint, depth and thickness
measurements outcrops. Laboratory activities included physical and chemical
properties analysis, XRD analysis, and ceramic making testing. The result
showed that genesis of kaolin was weathering processes for residue kaolin and
sedimentation processes for sedimentary kaolin which spread at stream valley
area. The best result of ceramic product as ceramic ware can be made by
mixing of 1 part of kaolin and 3 parts by volume of ball clag.
3. Penelitian yang dilakukan Krokida, Maroulis, dan Kremalis dalam jurnal
Process Design Of Rotary Dryers For Olive Cake (2002) olive-mill cake is one
of the most widespread biomaterials for bioenergy explotation in Greece. It is a
sludge-type material, produced as by product from olive-mill extraction
process. Its energy content is higher than 15MJ/kg db and it can be used for
burning, after drying. The drying process of olive cake is examined in the
present paper. Drying kinetics data as well as the related thermophysical
properties are obtained experimentally. The appropriate dryer model is
proposed, validated and used to design an industrial rotary dryer. Economic
analysis of the process is also discussed. A characteristic case study of an
industrial rotary dryer for olive cake is included to illustrate the effectiveness
of the proposed approach.
plagioklas, biotit horenblenda. Batuan ini termasuk dalam tipe “S”, mengandung
greysand yang kaya mineral kasiterit primer. Umur mutlaknya berdasarkan K-Ar
berkisar dari 208-245 juta tahun yang lalu.
2.2.6 Adamelit Baginda (Jma)
Formasi ini berupa adamelit, kelabu sampai kehijauan, holokristalin,
ekuigranular berbutir kasar dengan mineral penyusun terdiri atas kuarsa, feldspar,
plagioklas, biotit, horenblenda, serta mineral sekunder seperti klorit, karbonat,
limonit dan oksida besi. Berdasarkan analisis kimia batuan ini termasuk ke dalam
tipe granit “I”, yang tidak mengandung mineral kasiterit. Umur mutlaknya
berkisar dari 160-208 juta tahun.
2.2.7 Granodiorit Burung Mandi (Kbg)
Formasi ini tersusun oleh granidiorit kelabu muda sampai kehijauan,
holokristalin, ekuigranular, hipidiomorfik. Mineral penyusun adalah kuarsa,
plagioklas, feldspar, biotit, horenblenda, dan mineral sekunder seperti klorit,
karbonat dan oksida besi. Berdasarkan hasil analisa kimia, batuan ini termasuk ke
dalam granit tipe “I”. Umur mutlaknya 115-180 juta tahun.
2.2.8 Diorit Kuarsa Batu Besi (Kbd)
Formasi ini terdiri dari diorit, warna hijau-kelabu muda, holokristalin,
berbutir sedang, hipidiomarfik granular, mineral penyusunnya adalah kuarsa,
plagioklas, K-feldspar, biotit, horenblenda klorit, dan oksida besi. Umur
mutlaknya 115-160 juta tahun.
Proses pelapukan tersebut terjadi pada permukaan atau sangat dekat dengan
permukaan, pada umumnya terjadi pada batuan beku. Endapan kaolin yang terjadi
karena proses hydrothermal terdapat pada rekahan-rekahan, patahan atau daerah
dengan permeabilitas tinggi. Di Indonesia endapan kaolin yang potensial
merupakan endapan residual dari hasil pelapukan batuan beku asam/granit. Kaolin
umum berwarna putih, kekerasan 2-2,5, berat jenis 2,60-2,63, indeks bias 1,56,
titik lebur 1.850º C, plastis, daya hantar panas dan listrik yang rendah, pH
bervariasi. Kaolin yang diambil dari Pangkalpinang, Bangka (2 tempat yaitu di
Batu Belubang dan Air Mesu menunjukkan kandungan SiO2 = 64,28-52,34%,
Al2O3 = 24,00-31,80%, Fe2O3 = 1,35-1,70%, TiO2 = 0,003-0,002%.
2.3.2 Lokasi Diketemukan Kaolin
Keterdapatan kaolin di beberapa daerah antara lain sebagai berikut:
1. Daerah Istimewa Aceh: Kab. Aceh Tenggara, daerah Blangkejeren (kaolin
berwarna putih, plastis, mengandung pasir kuarsa dan pirit) ; Kab. Aceh Barat
daerah Kruceng, Seunagan (terdapat dalam formasi Tutut yang berumur
Kwarter, warna putih abu-abu, plastis mengadung pasir kuarsa dan sisipan tipis
lignit); Kab. Aceh Tenggara, Kec. Kuta Panjang Kp. Akul (telah digunakan
sebagai bahan keramik, analisa X-RD adalah kaolin, kuarsa, dan mika, terdapat
dalam Formasi Rampong yang berumur Oligosen Atas-Miosen Bawah).
2. Sumatera Utara: Kab. Tapanuli Utara, daerah Perbukitan dan Rawa Aek Rao di
dataran Sarulla (merupakan hasil proses hydrothermal, berasosiasi dengan
batuan andesit).
9
3) Semen
4) Pupuk
5) Bahan pemutih
6) Kosmetika (alat/obat kecantikan)
7) Pasta gigi
8) Tekstil
2.3.5 Spesifikasi Kaolin
Menurut Sudrajat, dkk (1997) spesifikasi atau persyaratan kaolin sebagai
bahan baku adalah:
1. Spesifikasi untuk Industri Hilir
Penggunaan kaolin dalam industri hilir memerlukan beberapa persyaratan
tertentu, dan ini bergantung kepada jenis industrinya, antara lain sebagai berikut:
1) Industri kertas
Pada industri kertas, kaolin berfungsi sebagai pengisi dan pelapis.
Spesifikasi kaolin yang dibutuhkan dalam industri ini secara umum dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
2) Industri keramik
Dalam industri keramik, kaolin antara lain digunakan untuk membuat white
were (barang-barang yang berwarna putih, termasuk porselen), ubin
dinding, insulator (alat penyekat), refraktori, face brick. Klasifikasinya:
a. Kelas porselen,
b. Kelas saniter
c. Kelas gerabah halus padat (stone-ware)
d. Kelas gerabah halus tidak padat (earth-ware)
Tes terhadap kaolin ini meliputi Modulus of Rupture (MOR), Casting Rate,
Pyrometric Cone Equivalent (PCE), warna hasil pembakaran, dan
penyusutannya. Sebagai syarat umum, kaolin harus mengandung mineral
kaolinit paling sedikit 80%. Syarat-syarat yang lain dapat dilihat pada tabel
2.2.
3) Industri karet
Dalam industri karet, kaolin digunakan sebagai campuran latek, yang
dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifatnya, antara lain kekuatan,
ketahanan terhadap abrasi, dan kekakuannya. Persyaratan kaolin untuk dapat
digunakan dalam industri karet adalah:
a. Pengisi
Kaolin digunakan sebagai pengisi dengan beberapa spesifikasi
diantaranya:
a) Derajat kecerahan : 76-84%
b) Kandungan air : 1%
c) Sisa lolos saringan 325 mesh : 0,02-0,30%
14
Talang dengan
sekat (sluice box)
Elustrasi/deslimi
ng
Tangki
Tangki pengumpul pengendapan Pasir kuarsa
(settling tank)
Pengeringan
Kaolin murni
Penggilingan
Tepung kaolin
Sedimen Sedimen
Silo Silo
Pengepakan Pengepakan
Kaolin untuk bahan pelapis (coating) Kaolin untuk bahan pengisi (filer)
Gambar 2.2 Bagan alir pengolahan kaolin untuk pengisi (Sukandarrumidi, 1998)
Gambar 2.3 direct fired, parallel flow rotary dryer (Kram, 1980)
Keterangan:
mu1 = laju udara masuk (kg/jam)
H’u1 = entalpi udara masuk (kJ/kg)
a. Menghitung entalpi udara masuk (T = ºC)
Entalpi udara panas masuk rotary dryer dihitung dengan persamaan
(Geankoplis, 1997):
H’ui = (1,005 + 1,88H) (T – ToºC) + 2501,4H ................................. [2.3]
Keterangan:
H = kelembaban udara
T = suhu udara panas (oC)
To = suhu dasar (0oC)
Keterangan:
ma1 = laju material masuk (kg/jam)
H’a1 = entalpi material masuk (kJ/kg)
Keterangan:
22
Keterangan:
ma2 = laju material keluar (kg/jam)
H’a2 = entalpi material keluar (kJ/kg)
Keterangan:
Cpfeed = kapasitas panas feed (kJ/kg.oC)
Tso = suhu feed keluar (oC)
To = suhu dasar (0 oC)
Cpair = kapasitas panas udara (kJ/kg.oC)
X = kadar air keluar
Sehingga:
Qa2 = ma2 × H’a2 ................................................................................. [2.12]
Keterangan:
mu2 = laju udara keluar (kg/jam)
H’u2 = entalpi udara masuk (kJ/kg)
a. Menghitung laju udara keluar rotary dryer (mu2)
mu2 = massa udara in + massa air udara out + massa debu material .. [2.14]
massa air udara out = total air material + air udara in ....................... [2.15]
massa debu material = material in - material out............................... [2.16]
b. Menghitung entalpi udara keluar (T=ºC)
Entalpi udara panas keluar rotary dryer dihitung dengan persamaan
(Geankoplis, 1997):
H’u2 = (1,005 + 1,88H) (T – ToºC) + 2501,4H ................................. [2.17]
Keterangan:
H = kelembaban udara
T = suhu udara panas keluar (oC)
To = suhu dasar (0oC)