Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Monday, 12 December 2016 Add Comment

A. Pengertian Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin. Pada dasarnya pembelajaran ini
dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis. Tife pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
merupakan salah satu dari tife pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dimulai
dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu tugas atau masalah, kemudian diikuti dengan
mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui forum diskusi, dan akhirnya melalui forum diskusi
tersebut siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya. Aktivitas berpikir, berbicara dan menulis ini
adalah salah satu bentuk aktivitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan tipe ini adalah
berpikir (Think), berbicara (Talk), dan menulis (Write). Dalam penelitian ini Think Talk write (TTW) akan
digabungkan dengan Problem Based learning (PBL).

Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran dimana siswa diberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih
dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa
sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan
masalah (Yamin dan Ansari, 2012: 84). Alur kemajuan strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari
keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan
temannya kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) ini, guru mengarahkan siswa untuk mencari atau
menyelidiki dan membuktikan sendiri kebenaran suatu konsep matematika yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu masalah matematika. Dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk bernalar,
bekerjasama, mengkomunikasikan, dan merumuskan kesimpulan sendiri dari hasil diskusi atau
penyelidikannya. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi Think Talk Write
(TTW) adalah pemahaman siswa mengenai konsep yang dipelajarai menjadi lebih baik.

Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan
dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut :

1. Berpikir (Think)
Menurut Kamus Inggris-Indonesia bahwa Think artinya berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
berfikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. berfikir
adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik
kesimpulan.Dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dengan gambar, simbol, suara, bentuk-
bentuk dan suara. Otak adalah mesin pembuat makna yang mencari-cari kecocokan dengan pengalaman
sebelumnya. Ilmuwan saraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber
visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap simbol, ikon dan gambar yang
sederhana dan kuat. Seperti menciptakan gambar yang unik untuk menjelaskan konsep pada mata
pelajarann matematika. Sehingga konsep itu berubah dari abstrak menjadi konkret dan mudah
dimengerti (Porter, 2010:145).

Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri,
karena belajar sendiri mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam memahami suatu
konsep sebagaimana dikemukakan oleh Hudoyo (2003:109) “……..jika siswa aktif melibatkan dirinya di
dalam menemukan suatu prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, mengingat
lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konterks yang lain”.

Menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2012:85) Aktivitas berfikir (think) dapat dilihat dari proses
membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang
telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi
penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun
langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.

Menurut Marzuki (2006:27) bahwa berpikir yang dilakukan manusia meliputi lima dimensi yaitu :

1. Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas
tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.

2. Berpikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar. Berpikir kritis merupakan
proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk
membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan.
Sedangkan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena adanya arahan
yang bersifat internal dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.

3. Proses berpikir, memiliki delapan kompenen utama yaitu pembentukan konsep,pembentukan prinsip,
pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan, dan berwacana
secara oral.

4. Kemampuan berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yang memfokuskan, kemampuan
mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan mengorganisasikan, kemampuan
menganalisis, kemampuan

5. menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta kemampuan mengevaluasi.


6. Berpikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non-prosedural yang antara lain
mencakup hal-hal berikut : kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan menggunakan
fakta-fakta, kemampuan membuat ide-ide matematik, kemampuan berpikir dan bernalar secara
fleksibel, serta menetapkan bahwa suatu pemecahan masalah bersifat logis.

B. Kelebihan dari strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Menurut Suseli (2010:39), kelebihan dari penggunaan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)
yaitu sebagai berikut : 1) Mendidik siswa lebih mandiri, 2) Membentuk kerjasama tim, 3) Melatih berfikir,
berbicara dan membuat catatan sendiri, 4) Lebih memberikan pengalaman pribadi, 5) Melatih siswa
berani tampil, 6) Bertukar informasi antar kelompok/siswa, 7) Guru hanya sebagai pengarah dam
pembimbing, 8) Siswa menjadi lebih aktif.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan dalam penggunaan strategi Think Talk Write (TTW) diatas, merupakan
suatu tindakan yang tepat apabila strategi ini diterapkan pada proses KBM dengan tanpa mengurangi
kualitas namun diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan tujuan pembelajaran.

C. Sintaks dalam strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Startegi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memiliki langkah-langkah (sintaks) dalam pembelajaran,


yaitu sebagai berikut :

1. Pendahuluan

a. Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas-tugas dan aktivitas siswa.

c. Melakukan apersepsi.

d. Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

e. Membagi siswa dalam kelompok kecil (2 – 3 siswa).

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi Lembar Kerja siswa (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta
didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.

b. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu
tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat
catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik
berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik
dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
c. Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan
penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa
dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota
kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen.

d. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal
(berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan
bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui
diskusi.

e. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta
memberikan tanggapan.

f. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.
Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk
menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

3. Kegiatan Penutup.

Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

Anda mungkin juga menyukai