Sore yang cerah, Nirma dan adiknya bermain. Mereka bermain dengan rukun. Nirma selalu
menjaga dengan baik adiknya apalagi saat ibunya pergi. Nirma tidak pernah nakal terhadap
adiknya. Nirma juga tidak pernah membuat adiknya menangis.
Di sebuah desa terpencil hiduplah sepasang suami istri yang bekerja sebagai petani. Keduanya
hidup tenteram dan bahagia. Suatu hari mereka menemukan seorang bayi di sawah kemudian
diasuhnya dengan penuh kasih sayang. Bayi tersebut sekarang sudah besar. Dia diberi nama si
Jebul.
3. Latar cerita dari dongeng tersebut adalah ….
a. di desa
b. di sawah
c. di desa terpencil
d. di sawah si Jebul
Jawaban dapat ditemukan pada kalimat pertama: Di sebuah desa terpencil hiduplah sepasang
suami istri yang bekerja sebagai petani.
Batang pisang mulai bergoyang hampir roboh, si Monyet tiba-tiba memegang perutnya karena
kekenyangan. Kepalanya mulai terasa pusing, tiba-tiba ”Kraaak ….!” Terdengar suara batang
pisang tumbang menimpa semak-semak. Si Monyet terlempar ke ranting-ranting kering.
Pemandangan di Desa Sukamaju memang indah. Di sebelah utara desa membentang sawah yang
hijau dan luas. Di kejauhan gunung tinggi tampak kebiruan. Kanan dan kiri gunung sedikit
tertutup awan putih sore hari.
Bacalah teks cerita berikut untuk menjawab soal nomor 6 sampai dengan 8 !
”Yang namanya akan bapak sebut berikut ini adalah anak yang mendapat nilai ulangan
Matematika bagus dan tidak perlu melakukan perbaikan. Jadi, bagi yang Bapak panggil namanya
boleh langsung berkemas dan pulang. Agung, Arum, Awang, Bagus, Pur, Bagus ….”
Pak Toto sudah menyebut belasan nama, dan sepertinya Pak Toto sudah hampir habis membaca
nama itu. Akan tetapi, Toti belum juga disebut.
Pukul 6.45 pagi Galih berangkat ke sekolah. Di jalan Galih bertemu Bu Santi yang baru pulang
dari pasar. Belanjaan Bu Santi banyak. Bu Santi pulang naik becak. Untuk membayar becak, Bu
Santi mengambil uang dari dompetnya. Saat akan memasukkan dompet ke dalam tas, tanpa sadar
dompetnya terjatuh. Bu Santi tidak mengetahuinya dan langsung masuk ke dalam rumah. Galih
melihat dompet yang terjatuh itu. Kemudian, Galih mengambil dompet itu dan
mengembalikannya kepada Bu Santi. Bu Santi bangga dengan perbuatan Galih. Sebagai imbalan,
Bu Santi memberi Galih uang Rp10.000,00.
“Tidak Rin, aku tidak berani masuk. Lihatlah lorong itu gelap. Lihatlah bulu kudukku sudah
berdiri semua!”