Anda di halaman 1dari 19

Radiasi lonisai

Radiasi ionisasi merupakan radiasi gelombang elektromagnetik (>10 KeV) yang dapat
melepaskan elektron sehingga merusak ikatan-ikatan kimia di jaringan tubuh. Radiasi yang
termasuk jenis ini adalah :

1. Sinar kosmis (terdapat diruang angkasa yang di perisai/dilindungi oleh lapisan


atmosfer), sinar X, dan sinar gamma akibat potensi energi radiasi gelombang
elektromagnetik yang tinggi.
2. Partikel-partikel atom lainnya (alfa/inti atom helium, beta/elektron, proton, neuron),
yang mengasilkan energi radiasi gelombang elektromagnetik bila bertabrakan dengan
bangunan-bangunan lain.

Semua jenis radiasi, kecuali sinar kosmis, dihasilkan dari stasiun pembangkit tenaga
nuklir atau reaktor nuklir yang memproduksi isotopradioktif.

Pekerja yang rentan terpajan radiasi ionisasi adalah awak pesawat, radiologis, operator
radiologi, pekerja tambang uranium, pekerja tambang thorium, dll.

Risiko gangguan kesehatan akibat radiasi ionisasi

Radiasi gelombang elektromagnetik masuk ketubuh dengan cara :

1. Eksternal, yaitu melalui penetrasi pada kulit. Dosis pajanan bergantung pada potensi
daya tembus gelombang elektromagnetik.
2. Internal, yaitu melalui inhalasi atau tertelan (air yang mengandung isotop tritium), dan
kulit cedera.

Intensitas risiko gangguan kesehatan akibat radiasi ionisasi bergantung pada cara masuk
radiasi tersebut ke tubuh dan jenis sinar radiasi. Partikel alpha paling mudah ditahan dengan
perisai, sedangkan partikel gamma dan sinar X lebih sukar.

Satuan radiasi dan nilai ambang batas untuk pajanan radiasi ionisisi

Untuk memperkirakan intensitas risiko pajanan, serangkaian sistem unit atau satuan
radiasi di ciptakan untuk bermacam-macam dosis kepentingan tertentu. ICRU (The
International Commission on Radiological Unit and Measurements) telah merekomendasikan
bahwa sistem satuan terdahulu, yaitu sistem CGS (centimeter-gram-second) di ganti dengan
ekuivalen SI (International System of Units)
Peralatan pengukuran dosis radiasi

Berbagai macam peralatan tersedia ntuk mengukur dosis radiasi, seperti kamar
ionisasi, pipa Geiger-Muller, meja sintilasi, dan meja proposional. Peralatan lain yang lebih
sederhana, tetapi dapat memberikan indikasi dosisyang akurat adalah Bagde film, dosimeter
termoluminescent (TLD), dan dosimeter ionisasi.

Gangguan Kesehatan akibat Radiasi ionisasi

Gangguan kesehatan akibat radiasi ionisasi dapat berbeda-beda,seperti :

1. Stokastik
Berat ringan efek radiasi tidak bergantung pada dosis absorbsi,maka tidak memiliki
nilai ambang batas, misalnya karsinoma,efek mutagenik,teratogenik.
2. Non stokastik/deterministik
Berat ringan/progresinya bergantung pada dosis absorbsi dan memiliki nilai ambang
batas.

Berdasarkan progresinya, radiasi dapat berbentuk radiasi efek cepat menghasilkan


sindrom radiasi akut (usus,darah,SSP,gangguan fertilisasi) dan radiasi efek lambat
(katarak,dermatitis)

Pajanan akut dengan dosis besar,kira-kira 30-50 Gy (2000-5000 rad) akan


mengakibatkan kematian dengan edema serebri dalam waktu 48 jam. Pada dosis yang lebih
rendah (1-20 Gy), kemetian di akibatkan oleh saluran pencernaan atau depresi hematopoiesis
dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan.

Pajanan dosis rendah, tetapi dalam jangka waktuyang lama,perlu mewaspadai adanya
risiko neoplastik. Letak tumor sangat bergantung pada sumber radiasi yang umumnya
mempunyai target organ khusus (mis.,J pada kelenjar tiroid Sr, pada tulang), serta
bergantung pada tempat masuk radiasinya.

1. SINDROM RADIASI AKUT


Sindrom radiasi akut (radiation sickness) diakibatkan oleh pajanan radiasi ionisasi
yang berat padaseluruh atau sebagian tubuh. Radiasi akan mengacaukan ikatan-ikatan
kimiawi tubuh sehingga terjadi perangsangan molekular dan pelepasan radikal bebas.
Banyaknya radikal bebas yang bereaksi dengan molekul esensial yang lain, seperti
DNA dan enzim,menyebabkan fungsi selular tubuh terganggu. Gangguan kesehatan
yang terjadi bergantung pada dosis dan lamanya pajanan serta distribusinya di tubuh.
Sel-sel yang cepat membelah diri biasanya bersifat radiosensiti. Oleh karna itu,sumsum
tulang,testis dan mukosa saluran pencernaan merupakan organ-organ yang paling
menderita.
Pajanan akut dengan dosis kira-kira 100-400 Gy mulai bergejala dalam jangka
waktu waktu 2-6 jam, sedangkan dalam dosis 600-1000 Gy (dosis absorpsi malapetaka
Chenorbyl kira-kira 600 Gy) sudah timbul dalam 2 jam dalam bentuk sakit
kepala,demam,dan muntah. Pada hari ke-6, berkembang tanda limpopenia yang diikuti
dengan gastroentritis yang berat,garulositopenia,dan trombositopenia. Pajanan akut
dengan dosis 1000-3000 Gy dengan cepat menimbulkan gejala gastrointensial yang
disertai kehilangan cairan,darah,dan elektrolit disusul dengan penipisan mukosa saluran
pencernaan. Dosis yang melebihi 3000 Gy bersifat letal, yang di awali dengan
gangguan neurologik yang progresif seperti ataksia,letargia,tremor,dan kejang.
Pasien dengan sindrom radiasi akut pada umumnya melelui empat tahap gejala
klinis. Dimulai dengan tahap prodromal, diawali dengan timbulnya gejala iritasi saluran
pencernaan dan susunan saraf pusat, dan masa laten dengan penampakan fisik yang
sehat. Lamanya tahap laten tergantung pada dosis pajanan. Jika dosis pajanan besar,
tahap laten akan semakin pendek ataupun tidak sama sekal. Pada tahap sakit, gejala
awal menyerupai tahap prodromal, diikuti dengan gejala inhibisi sel-sel stem
hemopoietik. Leukopenia, eritrositopenia dan trombositopenia yang terjadi akan
mengakibatkan tubuh rentan terhadap infeksi sekunder, diatesis hemoragis, dan anemia.
Kadang-kadang disertai dengan kolapsnya sistem kardiovaskular, gangguan sistem
reproduksi, dan toksisitas pada janin serta embrio. Dapat berakhir dengan kematian,
atau mencapai tahap penyembuhan bila hanya terpajan dengan dosis kurang darin600
Gy dengan pengobatan yang memadai. Pada dosis yang lebih besar, prognosis malam
dan kematian umumnya diakibatkan oleh infeksi dan sepsis.
Upaya pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan 3 unsur penting,yaitu :
a. Waktu. Dosis pajanan merupakan hasil kelipatan dan konsentrasi dan waktu,
maka dengan mengurangi waktu pajanan praktis akan mengurangi dosis.
b. Jarak. Makin jauh jarak sumber radiasi, intensits pancaran radiasi akan makin
kecil. Maka dengan menggunakan peralatan pengendali jarak jauh (remote
cpntrol) akan sangant berguna untuk mengurangi dosis pajan.
c. Perisai. Berbagai macam bahan perisai dapat mengabsorpsi jenis pancaran
radiasi yang berbeda, maka bahan-bahan ini dapat di gunakan untuk
menangkal penyebaran radiasi. Kertas tisu dapat menangkal pancaran radiasi
partikel alfa, lempeng timbal/barium/ tembok bata untuk radiasi sinar X dan
gamma, sedangkan air merupakan penangkal radiasi partikel neutron. Oleh
karna itu, air sebagai penangkal radiasi partikel nautron yang di hasilkan dari
pemecahan atom uranium di stasiun pembangkit tenaga atom.

Pemantauan dosis pajanan merupakan usaha pencegahan yang tidak kalah


pentingnya. Pengukuran konsentrasi dosis pajanan perorangan dilaksanakan dengan
menggunakan bagde film, dosimeter thermoluminescent (TLD), atau dengan dosimeter
ionisasi.

Radioisotop dalam urine atau jaringan target lainnya, misaslnya tritium dalam
urine, atau yodium di jaringan tiroid, dapat di ukur dengan menggunakan alat cacah
sintilasi (scintillation counter). Pada pajanan dalam sekala besar, perlu dilakukan
pengukuran dosis pajanan di lingkungan kerja dengan menggunakan kamar ionisasi,
pipa geiger-muller, meja si ntilasi dan meja proporsional.

Pengobatan dengan perawatan di rumah sakit, dengan mengutamakan upaya


dekontaminasi, pemantauan fungsi sistem hematologis, gastrointestinal, dan susunan
saraf pusat.

2. CEDERA RADIASI LOKAL AKUT


Pancaran radiasi ionisasi dapat terjadi dengan tidak menyeluruh, tetapi secara
terlokalisasi pada kulit atau bagian tubuh lainnya. Pajanan radiasi >300 Gy
mengakibatkan kerontokan rambut, sedangkan pajan >600 Gy akan meneyebabkan
eritema,pajanan >1000 Gy mengakibakan deskuamasi kering pada kulit, dan pajanan
>2000 Gy akan menyebabkan deskuamasi basah. Rasa nyeri dan gatal-gatal segera
terjadi setelah pajana, diikuti dengan eritema dan pembentukkan vesikula. Usaha
pencegahan untuk cedera radiasi akut sama seperti yang dilaksanakan pada sindrom
radiasi akut.

Radiasi Tanpa Lonisasi

Radiasi gelombang elektromagnetik (<10 KeV) yang tidak memiliki cukup kekuatan
untuk menyebabkan ionisasi molekular,tetapi hanya dapat menimbulkan vibrasi dan
rotasi molekul disebut radiasi tanpa ionisasi. Frekuensi radio microwave (gelombang
mikroradio frekuensi tinggi), infra-merah (termasuk sinar laser), dan radiasi tampak
termasuk dalam jenis ini.

Microwave Tanpa Ionisasi

Pejanan gelombang mikro_radio frekuensi (RF) tinggi, gambarannya seperti

Cedera yang diakibatkan oleh efek termal. Radiasi pada frekuensi <15MHz

Sukar di absorbsi dan tidak mungkin dapat menyebabkan kerusakan termal yang
bermakna. Radisasi microwave (gelombang mikro-radiofrekuensi 2,45 GHz) dapat
membakar jaringan tubuh. Seperti efek termal lainnya,jarinmgan tubuh yang terbakar
dengan ditandai denaturasi protein dan netrosis jaringan pada lokalisasi
pajanan,dimanifestikan sebagai reaksi flamsi dan pembentukan jaringan parut.resiko
jarngan cedera ternal bertambah seiring dengan semakin tingginya intensitas radiasi dan
semakin dekat jarak sumber radiasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konduksi dan radiasi RF dalam tubuh meliputi


vaskularisasi,ketebalan,distribusi,dan kandungan air pada masing-masing jaringan
tubuh.bila kandunbgan air bertambah,absorpsi energi dan pengaruh ternal pun akan
bertambah pula.beberapa jaringan tubuh sangat rentan terhadap radiasi RF,misalnya
testis karena memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suhu, dan mata karena
miskinnya penghalang anatomis terhadap radiasi eksternal.kerentanan bergantung pula
pada kelembapan dan temperatur lingkungan,graunding,dan media refleksi.

Pajanan individu terhadap radiasi RF di tempat kerja,misalnya pekerjaan yang


berada didekat peralatan yang mengeluarkan radiasi RF (khususnya pralatan untuk
pemanas listrik yang digunakan untuk menempel [lak] plastik fdan memanaskan
kayu),tukang masak ,fisiotrapi,pekerjaan radar, dan radiokomunikasi
lainya,pemeriharaan areal transmiter serta peralatan listrik tegangan tinggi.

1. Efek klinis
Induksi ternal pada lokasi pajanan menyebabkan gambaran luka bakar dengan
destruksi jarinagn superfisil dan/atau profunda.pada mata,efek pemanasan pada
cairan balik mata (aqueous humor) yang menyebabkan katarak dan/atau cedera
pada retin.pada ganitalia,dapat mengakibatkan cedera pada testis
2. Pencegahan
Pencegahan radiasi microwave dan radiofrekuensi tinggi lainnya dapat
dilakukan dengan mengatur jarak yang memadai dari sumber radiasi,mengurangi
durasi pajana,menggunakan perisai logam,dan memelihara peralatan dengan baik
dalam upaya mencegah kebocoran sambungan.

Infra-merah

Infra-merah merupakan gelombang elektromagnetik yang terletak diantara radiasi


gelombang mikro-radiofrekuensi (RF) dan radio tampak.sinar leser termasuk dalam
kelompok ini.sumber pejanan infra-merah antara lain proses pemanasan dan
dehidrasi,pengelasan mikro,pabrik gelas,proses pengeringan pada pelapiasan
logam,pemotong logam,dan peralatan medis.sifat sinar mengumpul dan terfokus dengan
penetrasi tinggi.efek klinis gelombang ini merupakan induksi ternal pada lokasi pejanan.oleh
karena itu,mata adalah organ yang paling sensitif karena infra-merah dapat mengakibatkan
cedera pada kornea,iris atau lensa mata(katarak).luka bakar dapat terjadi juga pada kulit yang
terpajan,tetapi biasanya dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan cacat dalam bentuk
hiperpigmentasi.

Pencegahan radiasi infra-merah dialukan dengan menggunakan perisai terhadap sumber


panas,pada kulit dan mat,serta memantau derajat pajanan.

Radiasi tampak

Radiasi tampak merupakan gelombang elektromagnetik yang terletak diantara radiasi


gelombang infra-merah dan ultraviolet.pekerjaan menjadi beresiko jika terpajan secara
berulang-ulang dalam jangka waktu lama terhadap sumber cahaya seperti lampu dengan
intensitas yang tingg,flashbulb,dan spotight sinar matahari termasuk dalam kelompok ini.

Seperti radiasi tanpa ionisasi lainnya,efek klinis juga merupakan induksiternal pada lokasi
pajanan.oleh karena itu,organ yang paling sensitif untuk terkena radiasi ini adalah mata.untuk
jenis panjang gelombang ini,retina merupakan bagian mata yang paling sensitif sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya destruksi fotokimia pada retina yang disebut solar retinitis.

4. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, misalnya suara yang menghalangi
terdengarnya suara yang diinginkan, seperti musik, perbincangan, perintah, dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa tidak nyaman bagi tubuh. Bising merupakan
bahaya golongan fisika yang terdapat di lingkungan kerja sebagai efek samping
pemakaian peralatan/perlengkapan kerja seperti mesin dan proses yang dilakukan. Efek
utama yang menyertai kahadiran bising ini ialah kemungkinan timbulnya ketulian pada
pekerja yang dipengaruhi oleh lamanya paparan dan karakteristik bising tersebut. Di
antara pencemaran lingkungan yang lain pencemaran/polusi kebisingan dianggap
istimewa dalam sifat-sifat sebagai berikut.
1. Penilaian pribadi dan penilaian subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara
sebagai pencemaran kebisingan atau tidak.
2. Kerusakan yang diakibatkan kebisingan ini (kecuali bising lalu lintas) bersifat lokal
dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air dan pencemaan udara.

Secara ilmiah, bising didefinisikan sebagai sensasi yang diterima telinga sebagai
akibat fluktuasi tekanan udara “superimposing” tekanan atmosfer/udara yang steady .
Telinga akan merespons fluktuasi kecil-kecil ini dengan sensitivitas yang sangat besar.
Bising juga diartikan sebagai sejenis vibrasi/energi yang dikonduksikan dalam media
udara, cairan, padatan, tidak tampak, dan dapat memasuki telinga serta menimbulkan
sensasi pada alat dengar.

Identifikasi

1. Unsur-unsur kebisingan
Di dalam ruang kerja, karakteristik kebisingan yang perlu dikenali ditekankan
pada:
a. Intensitas/tekanan (sound intensity/pressure);
b. Frekuensi; dan
c. Durasi eksposur yang diterima pekerja terhadap bising.

Ketiga katarkteristik tersebut diperlukan karena:

 Semakin keras suara, semakin tinggi intensitas;


 Frekueensi lebih tinggi berbahaya daripada frekuensi rendah karena telinga
manusia lebih sensitif terhadap frekuensi tinggi ; dan
 Semakin lama durasi eksposur, semakin besar kerusakan yang diderita
mekanisme pendengaran.

a. Intensitas/Tekanan (Sound Intensity/Pressure)


Intensitas didefinisikan sebagai aliran energi per satuan luas. Intensitas suara
akan semakin kecil bilamana sumber suara semakin jauh karena luas permukaan total
yang harus dilalui semakin besar. Intensitas terkecil rata-rata yang dapat memberikan
rangsangan pendengaran pada organ telinga ialah 10-12 watt/m2 pada frekuensi 1000
Hz.
Tekanan suara adalah sejumlah fluktuasi tekanan udara yangdihasilkan oleh
sumber suara. Manusia dapat mendengar suara pada tekanan antara 0,0002 sampai
2.000 dynes/cm2 . jadi kebisingan yang didengar orang berkisar antara yang terhalus
yang dapat didengar manusia sehat disebut ambang dengar (threshold of hearing),
yaitu sebesar 0,0002 dynes/m2; kebisingan yang beribu kali lipat besarnya dapat
mencapai ambang sakit (120-140 dB), bahkan melebihi ambang sakit ini, suatu
kisaran jarak yang sangat luas. Oleh karena itu, dipakai unit desibel (dB) sebagai
satuan untuk mengukurnya. Nilai dB merupakan lagaritmik perbandingan antara
intensitas/tekanan suara dengan nilai ambang intensitas/tekanan, dimana nilai ambang
intensitas dan tekanan berturut-turut adalah 10-12 watt/m2 dan 2x10 N/M2 (0,0002
dynes/cm).
Besaran umum yang dipakai untuk menyatakan tingkat kebisingan dalam
suatu rentang waktu tertentu ialah Leq (L-ekuivalen). Leq adalah tingkat kebisingan
kontinu dengan skala tertentu yang ekivalen terhadap kandungan energi dan fluktuasi
kebisingan dalam suatu rentang waktu pengamatan (2). Perhitungan desibel dapat
dilakukan dengan persamaan (5.1) dan (5.2) sebagai berikut.

𝐼1
dB = 10 log10I1
𝐼0

di mana: I1 = intensitas suara terukur, I0 = nilai ambang intensitas suara

𝑃1
dB = 20 log10𝑃0

di mana: P1= tekanan suara terukur, P0 = nilai ambang tekanan suara

b. Frekuensi Dan Panjang Gelombang


Setiap frekuensi suara memengaruhi tekanan suara total/intensitas secara
keseluruhan. Suara-suara berfrekuensi tinggi ialah suara tinggi, sedangkan yang
berfrekuensi rendah ialah suara rendah. Hubungan antara kecepatan suara c (m/s),
gelombang , dan frekuensi f dinyatakan sebagai berikut:
c=fx
Panjang gelombang dari suara yang didengar adalah beberapa sentimeter
sampai sekitar 20 m. Kualitas suara yang dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-
permukaan yang memantulkan suara dan tingginya pembatas perambatan serta faktor-
faktor lainnya akan berbeda karena adanya variasi perbandingan dari panjang
gelombang terhadap dimensi objek. Oleh karena itu, permasalahan kebisingan di
dalam lingkungan akan menjadi kompleks.
Rentang frekuensi yang bisa terdengar oleh rata-rata manusia ialah 20-20.000
Hz, tetapi mudah tidaknya suatu suara bisa didengar memang tergantung pada
frekuensinya. Suara percakapan manusia berada pada rentang 300-3.000 Hz.
c. Lama Paparan
Jenis bising dibedakan juga berdasarkan lama/durasi paparannya. Paparan
bising yang semakin lama menjadikan potensi kerusakan organ pendengaran juga
semakin besar. Berdasarkan karakteristik durasi dan frekuensinya, jenis bising dibagi
atas kelompok-kelompok sebagai berikut:
 Bising kontinu dengan spektrum frekuensi luas (steady wide band noise), yaitu
bising konstan yang meliputi suatu jelajah frekuensi yang lebar dan dalam batas
amplitudo kurang lebih 5 dB(A) untuk periode waktu 0,5 detik. Misalnya, bising
dalam ruang mesin.
 Bising kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady narrow band noise)
yaitu bising konstan dari sebagian besar energi bunyi yang terpusat pada
frekuensi tertentu saja, misalnya bising adri gergaji bundar atau katup gas.
 Bising impulsif (impact noise), yaitu kejutan singkat yang berulang, memiliki
perubahan tekanan melebihi 40 dB(A), dalam waktu cepat dan membuat efek
kejut. Misalnya, bising riveting
 Intermitten noise, yaitu bising yang terputus, tidak berlangsung terus menerus,
tetapi ada periode relatif tenang. Misalnya, bising lalu lintas pesawat di bandara.

2. Dampak Kebisingan
Kebisingan dapat menimbulkan berbagai efek. Kebisingan tinggi dan rendah akan
menimbulkan efek yang berbeda. Secara umum, efek kebisingan dapat meliputi hal-
hal sebagai berikut:
 Efek psikologis seperti terkejut, terganggu, tidak dapat konsentrasi, tidur, dan
relaksasi dapat mempengaruhi kenyamanan kerja dan keselamatan kerja.
 Gangguan komunikasi seperti menurunkan kinerja dan keamanan.
 Efek fisiologis seperti menaikan tekann darah dan detak jantung, mengurangi
ketajaman pendengaran, sakit telinga, mual, kendali otot terganggu, dan lian-lain.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas:

1. Bising yang mengganggu (irritating noise), yaitu bising yang terjadi dengan
intensitas yang tidak terlalu keras. Contoh: mendengkur
2. Bising yang menutupi (masking noise), yaitu bising yang menghalangi
pendengaran sehingga secara tidak langsung akan berdampak buruk terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Bising yang merusak (damaging noise), yaitu bising dengan tingkat yang telah
melebihi nilai ambang batas (NAB) sehingga akan merusak organ dan fungsi
pendengaran.

Kebisingan dapat menurunkan kemampuan berkomunikasi, menimbulkan


gangguan tidur serta kerja peredaran darah, memengaruhi kesehatan mental,
menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan gangguan kenyamanan, dan
mengubah perilaku sosial pekerja.

Jenis Uraian

Akibat-akibat Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas


badaniah sementara akibat kebisingan,
perubahan ambang batas
permanen akibat kebisingan.

Akibat-akibat psikologis Rasa tidak nyaman atau stres


meningkat, tekanan darah
meningkat, sakit kepala,
bunyi dering.

Akibat-akibat Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan.


psikologi
Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat,
hilang konsentrasi waktu
bekerja, membaca, dsb.

Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan


mendengarkan TV, radio,
percakapan, telepon, dan
sebagainya.

a. Dampak terhadap pendengaran


Dampak kebisingan di industri terutama dipusatkan pada dampak terhadap
pendengaran. Kerusakan pendengaran dapat berupa seperti berikut ini.
1. Kerusakan pendengaran atau ketulian (hearing impairment)
Hal ini terjadi akibat terhalangnya secara mekanis transmisi suara ke telinga
bagian dalam (conductive hearing loss) atau kerusakan sel-sel rambut pada koklea
yaitu bagian telinga dalam (sensorineural hearing loss).
2. Noise-induced hearing loss (NIHL)
NIHL sering terdapat pada pekerja yang mengalami paparan kebisingan secara
frekuen, biasanya diakibatkan oleh durasi paparan bising tingkat tinggi yang lama.
Gejala awal penyakit ini ialah penurunan kemampuan pekerja untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi yang tinggi. Kerusakan akibat NIHL
bersifat permanen dan kehilangan kemampuan pendengaran secara total dapat
terjadi walaupun tanpa paparan jangka panjang.
3. Tinnitus
Tinnitus adalah sensasi dengung, desis, atau dentang pada telinga yang terjadi jika
terdapat paparan yang berlebihan.
4. Gangguan komunikasi
Kebisingan di lingkungan kerja tentunya akan mengganggu komunikasi di antara
pekerja. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika tingkat suara yang diterima
10 dB lebih besar daripada tingkat suara pada lingkungan sekitar.
b. Dampak Psikologis
Bising, bahkan pada tingkat yang sangat kecil bisa berperan sebagai stressor
(seperti dering telepon secara berulang-ulang atau dengungandari peralatan
elektronik) walaupun memang sering kali berkombinasi dengan faktor pencetus
lainnya, seperti halnya:
 Sifat/karakter bising, seperti volume dan nada bising;
 Kompleksitas tugas pekerja, misalnya gangguan percakapan orang lain akan
mengganggu pekerja pada pekerjaan yang memerlukan konsentrasi yang
tinggi;
 Jenis pekerjaan;
 Jabatan pekerjaan;
 Kondisi tubuh pekerja; pada kondisi tubuh yang lelah, bising bisa menjadi
kontributor stres pekerja.

Ketulian

Ketulian merupakan berkurangnya ketajaman pendengaran dibandingkan dengan


orang normal sebesar 15 dB untuk golongan usia yang sama. Pengaruh utama kebisingan
terhadap kesehatan ialah kerusakan pada indra pendengaran yang dapat menyebabkan
ketulian progresif. Pegaruh ini sangat penting bagi higiene perusahaan dan kesehatan kerja.
Efek kebisingan pada pendengaran biasanya bersifat sementara dan pemulihan dapat terjadi
secara cepat. Namun, apabila seseorang berada terus-menerus di tempat yang bising dan
terpajan pada kebisingan itu, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk pemulihan, orang
tersebut kan kehilangan daya dengar yang sifatnya menetap dan tidak dapa pulih kembali.
ketulian biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4.000 Hz yang kemudian meningkat dan
meluas ke frekuensi di sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan untuk
percakapan.

Berdasarkan sifatnya, ketulian dibagi menjadi dua jenis

1. Ketulian permanen, disebabkan oleh penyakit, usia, obat, trauma, dan kebisingan.
Ketulian karena bising disebut trauma akustik.
2. Ketulian temporer yang merupakan ketulian akibat pejanan bising dapat pulih setelah
istirahat dalam beberapa menit, jam, hari tergantung parahnya pejanan yang diterima
dan kondisi fisik orang. Walaupun demikian, ketulian temporer akan menjadi
permanen bila terus-menerus terekspos bising (pejanan terhadap bising bisa didapat di
rumah, tempat umum, rekreasi, musik, industri, dan lain-lain.

Berdasarkan penyebabnya, ketulian ada dua macam yaitu:

1. Ketulian konduktif, disebabkan peralatan konduksi rusak akibat trauma dan sakit.
2. Ketulian sensorineural, disebabkan persarafan rusak, akibat trauma, sakit, kebisingan,
dan usia (presbycussis)

Ketulian juga ditentukan oleh faktor lain selain penyebab, yakni faktor penentu seperti:

 Kepekaan individu;
 Usia pekerja;
 Obat yang dimakan;
 Total energi yang diterima;
 Spektrum frekuensi yang diterima;
 Lama eksposur/lama kerja; dan
 Karakteristik bising: kontinu, intermiten, impact noise

Derajat ketulian dikelompokkan sebagai berikut

a. Normal, jika terjadi peningkatan ambang dengar antara 0 dan 25 dB(A).


b. Tuli ringan, jika terjadi peningkatan ambang dengar sebesar 26-40 dB(A).
c. Tuli sedang, jika terjadi peningkatan ambang dengar sebesar 41-60 dB(A).
d. Tuli berat, jika terjadi peningkatan ambang dengar sebesar 61-90 dB(A).

Evaluasi

1. Pengukuran Kebisingan

Untuk keperluan evaluasi, kebisingan perlu diukur. Pengukuran dilakukan untuk


mengetahui tingkat kebisingan dan paparannya terhadap pekerja bermanfaat dalam
identifikasi dan evaluasi lokasi kerja yang menimbulkan masalah kebisingan pekerja yang
terpapar dan jenis pengendalian yang harus dilakukan. Pengukuran bisa dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut.

a. Penentuan kebisingan ruang kerja (overall level) di lokasi pengukuran, digunakan


sound level meter.
b. Penentuan tekanan suara ekuivalen pada lokasi tertentu, digunakan integrated sound
level meter.
c. Untuk mengukur kebisingan pada setiap frekuensi, digunakan sound level meter
yang dilengkapi dengan frequency analyzer.
d. Penentuan eksposur (pengumpulan data) kebisingan yang diterima pekerja. Peru
dilakukan selama setiap pekerja bekerja dalam ruang dan waktu. Alat yang dipakai
disebut noise dosimeter dengan satua dBA.
e. Untuk pengukuran kepekaan pendengaran,digunakan audiometer. Uji menggunakan
alat ini disebut dengan uji audiometri. Hasil pengukuran menggunakan audiometer
cuku baik karena intensitas yang dihasilkan alat ini dapat dikontrol secara akurat.
Audiometer dibagi atas dua jenis yaitu wide-range audiometer yang digunakan untuk
keperluan klinis dan diagnostik serta limitid-range audiometer yang dipakai untuk
menentukan tingkat ambang pendengaran orang dewasa yang bekerja di industri.
2. Pengukuran Ketajaman Pendengaran
Untuk keperluan evaluasi, selain taraf kebisingan ruang kerja, ketajaman
pendengaran sebagai dampak kebisingan terhadap pekerja juga perlu diukur dengan
audiometer. Audiometri dilakukan dalam ruang yang kedap suara, segera setelah
selesai bekerja. Ketajaman pendengaran akan menurun sesuai dengan peningkatan
usia seseorang. Oleh karena itu, perlu dilakukan koreksi terhadap usia yang bertujuan
untuk melihat seberapa besar terjadi pergeseran batas pendengaran.
Setelah koreksi terhadap usia ini dilakukan, langkah selanjutnya ialah
menentukan tingkat ketulian yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
seperti tampak pada tabel
3. Peraturan Mengenai Kebisingan di Tempat Kerja
Proses evaluasi kebisingan dilakukan dengan membandingakan hasil pengukuran
dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku. NAB kebisingan di industri telah
diatur di dalam SK Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/Men/1999 yang mengatur lama
kerja (waktu) yang diizinkan dalam taraf kebisingan tertentu. Selanjutnya 8 jam
kerja/hari dihitung rata-rata waktu pekerja terpajan terhadap setiap taraf kebisingan
atau rata-rata pajanan yang dibebani waktu (time weighted average
concentration/TWA). Selain peraturan tersebut, NAB kebisingan juga diatur dalam SK
Menteri Kesehatan No.1405/Menkes/SK/XI/2002. Baku mutu/nilai ambang batas bagi
paparan kebisingan dinyatakan dalam lama kerja adalah sebagai berikut.
Pengendalian/Pengelolaan

Program perlindungan pendengaran dapat mencegah kerusakan pendengaran,


meingkatkan status kesehatan fisik dan mental pekerja, meningktakan produktivitas dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat tekanan idustri. Pekerja harus melakukan
program perlindungan pendengaran secara efektif dan berkesinambungan bilamana pekerja
tersebut terpapar oleh bising pada nilai TWA (time weighted average)  8 jam sebesar 85
dBA. Pengendalian kebisingan di industri dapat dilakukan pada ketiga faktor terjadinya
paparan kebisingan, yaitu pada sumber, pathway/media/jalur, dan penerima.

Meskipun demikian, pengendalian direkomendasikan untuk dilakukan secara berurutan


mulai dari yang paling efektif, yaitu:

 Kurangi/hilangkan sumeber kebisingan;


 Pengendalian pathway: jarak antara sumber dan penerima diperjauh dengan perisai;
 Perlindungan penerima dari bising (alat pengaman diri, APD).
Program perlindungan ini dapat dilakukan secara teknis, medis, manajemen, dan
pendidikan serta pelatihan (diklat).

a. Pengendalian secara Teknis


Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber kebisingan, media
dan pada penerima atau gabungan ketiganya. Beberapa contoh teknik pengendalian
kebisingan dapa dilihat pada tabel berikut ini.
Sumber Media Penerima
Absorpsi/damping Isolasi pekerja
Substitusi
Perisai Reduksi waktu kerja
Isolasi sumber
Perpanjang jarak (I1r12 = I2r22) APD

Secara teknis, ada empat prinsip dasar pengendalian kebisingan di sumber dan media.

 Isolasi suara (sound insulation): mencegah transmisi bising dengan menempatkan


peredam bising di sekitar sumber bising. Materi yang biasanya digunakan sebagai
peredam ini adalah yang mewakili kerapatan yang tinggi seperti tembok, beton,
logam, dan lain-lain.
 Absorpsi suara (sound absorption): materi porous yang berfungsi sebagai “noise
sponge” dengan mengubah energi suara menjadi energi panas. Materi yang umum
dipakai, misalnya wol, busa, dan fiberglass.
 Peredam getaran (vibration damping): teknik dapat diterapkan pada permukaan
bergetar yang lebar. Mekanisme kerja teknik ini ialah ekstraksi energi getaran dari
permukaan tipis dan mengubahnya menjadi energi panas. Contoh materi yang
biasanya digunakan ialah baja peredam.
 Isolasi getaran (vibration isolation): mencegah transmisi energi getar dari suatu
sumber ke seorang penerima dengan menempatkan materi fleksibel seperti per kawat,
karet, kayu, dan lain-lain.
Pengendalian secara teknis di penerima dapat digunakan dengan menggunakan
alat pelindung diri (APD) di telinga pekerja, seperti ear muffs atau ear plugs.
Penggunaan APD tidak mengendalikan kebisingan, sering memberi rasa aman yang
keliru karena bahaya kebisingan masih ada.APD hanya memberi perlindungan pada
pekerja. APD biasanya digunakan hanya saat pekerja berada di lokasi pekerjaan
dengan tingkat kebisingan di atas NAB. Kinerja APD harus dievaluasi secara rutin
untuk menilai perlu tidaknya pembaharuan dan penggantian jenis APD.

b. Cara Medis
Pengendalian secara medis misalnya dilakukan dengan cara berikut.
 Pemeriksaan ketajaman pendengaran secara periodik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melaksanakan program pengujian
audiometri. Selain menguji ketajaman dan ketepatan pendengaran pekerja
setiap saat, program ini juga dimaksudkan untuk mendidik pekerja mengenai
pentingnya kesehatan fungsi pendengaran dan perlunya melindungi fungsi
tersebut. Sasaran utama program ini ialah untuk pekerja

yang terpapar kebisingan dengan nilai NAB lebih besar dari 85 dBA pada 8
jam paparan. Tentunya program ini tidak boleh memberatkan pekerja secara
finansial sehingga pekerja aktif dalam mengikuti pemeriksaan pendengaran
ini. Pengujian ini biasanya dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali.
 Penempatan pekerja sesuai dengan kepekaan terhadap bising
Kegiatan ini tentunya bisa dilakukan jika pemeriksaan ketajaman pendengaran
seperti disebut sebelumnya sudah dilaksanakan. Penempatan pekerja sesuai
dengan kepekaan pendengaran ini dimaksudkan karena sensitivitas organ
telinga pekerja untuk setiap frekuensi kebisingan sangat bervariasi.
 Monitoring ketulian temporer
Ketulian permanen biasanya diakibatkan oleh ketulian temporer yang terjadi
secara berulang-ulang. Oleh karena itu, cara efektif untuk mencegah ketulian
permanen ialah denngan mencegah ketulian temporer. Dengan monitoring ini,
juga bisa dilakukan identifikasi sumber kebisingan dan cara-cara
pengendaliannya.
c. Pengendalian dengan Manajemen
Manajemen perusahaan bisa berupaya untuk mengurangi dampak negatif dari adanya
sumber kebisingan, misalnya dengan:
 Reduksi waktu eksposur
Pengurangan waktu paparan ini dimaksudkan untuk menjaga agar nilai TWA
8 jam tidak melebihi 85 dBA sehingga kerusakan organ pendengaran bisa
dicegah.
Jika nilai TWA  1, tindakan pengendalian kebisingan perlu dilakukan,
misalnya dengan reduksi eksposur.
d. Pengendalian dengan Pendidikan dan Pelatihan
Pekerja harus diberi pendidikan dan pelatihan mengenai kebisingan secara kontinudan
berkala dengan materi pendidikan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan
pengalaman pelatihan sebelumnya. Pelatihan biasanya dilakukan setahun sekali dan
materi pelatihan harus selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu dan
pengalaman di lapangan. materidiklat mencakup efek kebisingan pada pekerja,
kegunaan pelindung telinga, jenis-jenis APD dan kelebihan/kekurangannya, kegunaan
uji audiometri dan penjelasan prosedur pengujian.

Pencatatan Hasil

Kegunaan pencatatan adalah untuk membantu manajemen dalam mengenalidan


memperbaiki lingkungan kerja yang memiliki bahaya kebisingan melalui penelusuran
jejas/penyakit akibat kebisingan dan penyebabnya. Catatan ini harus dipelihara secara akurat
dan disimpan paling tidak selama 2-3 tahun. Semua pengukuran audiometri yang mencakup
nama pekerja, tanggal pengujian, nama penguji, dan tanggal kalibrasi alat harus terus dicatat
dan disimpan secara aman. Manajemen juga harus mencatat secara akurat pengujian niali
tingkat tekanan suara latar (background SPL) di dalam ruang uji audiometri dan catatan ini
harus disimpan selama pekerja tersebut bekerja di suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai