Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Computerized tomography (CT) merupakan salah satu terobosan terbesar
dalam radiologi diagnostik. Pesawat CT-Scan pertama kali dibuat dan digunakan
dalam klinik oleh Godfrey N. Hounsfield. Hounsfield menggunakan pesawat CT
untuk pemeriksaan kepala, dan pesawat CT tersebut dioperasikan di Atkinson-
Morley’s Hospital di Wimbledon, Inggris pada tahun 1971. Hounsfield kemudian
dianugerahi Nobel karena dunia kedokteran segera menangkap manfaat yang
sangat banyak dari penemuannya ini. Banyak pabrik kemudian berlomba-lomba
membuat pesawat CT, yang mulai sejak itu mengalami banyak perubahan dengan
sangat cepat. Sejak pembuatan konstruksi pertama sampai sekarang telah dibuat
empat generasi pesawat CT.1,2
Secara umum, CT digunakan untuk memberikan gambaran secara cepat
anatomi organ tubuh seseorang, misalnya kepala, leher, tulang belakang, toraks,
abdomen, dan ekstremitas. Gambaran yang diperoleh tersebut dapat digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit, membimbing ahli bedah untuk
melakukan biopsi pada suatu lesi secara tepat, mengidentifikasi massa dan tumor,
dan mempelajari pembuluh darah.3
Akhir-akhhir ini penggunaan CT dalam bidang urologi sangat
berkembang, dan manfaat dari penggunaan CT tersebut dirasakan sangat besar.
Ginjal merupakan salah satu organ yang dapat dianalisis dengan baik melalui
pemeriksaan CT. Hal ini dikarenakan adanya karakteristik enhancement yang
tipikal dari ginjal yang memungkinkan untuk visualisasi optimal dari parenkim
ginjal, lesi ginjal, dan pembuluh darah ginjal. CT umumnya dilakukan untuk
pemeriksaan lebih lanjut kelainan yang terdapat pada pemeriksaan intravenous
pyelography (IVP) dan ultrasonografi (USG). CT dapat dilakukan dengan atau
tanpa kontras. Seorang dokter diharapkan dapat secara bijaksana memilih
modalitas pemeriksaan CT ini dengan mempertimbangkan indikasi,
kontraindikasi, efek samping, dan faktor ekonomis.4,5,6
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai
gambaran CT-Scan ginjal.

1.3. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mengenai gambaran CT-Scan ginjal yang berlandaskan teori sehingga dapat
secara bijaksana menggunakan modalitas pemeriksaan CT pada kasus-kasus organ
ginjal.
BAB 2
ISI

2.1. Computerized Tomography (CT)


2.1.1. Defenisi CT
Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X
dimana pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari
berbagai tujuan terhadap pasien.1

2.1.2. Prinsip CT
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek
itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.7
Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset
dan peranan kamar gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti
pada foto sinar X biasa. Tabung Röntgen dan kumpulan detektor berada dalam
suatu wadah yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry tersedia lubang, yang
berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja beserta pasien dengan
motor.2
Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang
atau ke depan, masing-masing maksimal sampai 200, sehingga tidak hanya
penampang tegak saja yang dapat dibuat, melainkan juga scan miring dengan
sudut yang dikehendaki.2
Baik tabung Röntgen maupun detektor-detektor bergerak memutari pasien
sebagai obyek yang ditempatkan diantaranya, 3600. Selama bergerak memutar itu,
tabung menyinari pasien dan masing-masing detektor menangkap sisa-sisa sinar X
yang telah menembus pasien, sebagaimana tugas film biasa. Semua data secepat
kilat dikirim ke komputer yang mengolahnya (mengerjakan kalkulasi) secepat
kilat pula. Hasil pengolahan muncul dalam layer TV yang bekerja sebagai
monitor. Hasilnya merupakan penampang bagian tubuh yang diputari itu dan
disebut scan.2
Suatu skala untuk mengukur koefisien atenuasi jaringan pada CT disebut
Hounsfield Unit (HU). Hounsfield Unit juga sering disebut sebagai CT numbers.
Tabel 2.1. Contoh CT numbers dari Berbagai Jaringan8
Jaringan CT Numbers (HU)
Tulang 1000
Hepar 40-60
White Matter 20-30
Grey Matter 37-45
Darah 40
Otot 10-40
Ginjal 30
Cairan Serebrospinal 15
Air 0
Lemak -50-(-100)
Udara -1000

2.1.3. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan


Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan
diam, sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah
sama dengan foto Röntgen biasa, dan disebut sebagai topogram atau skanogram.2
Skanogram ini dibuat untuk memogramkan potongan-potongan mana saja
yang akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut program
tersebut. Dalam hal inilah pasien tetap diam di tempat, sehingga arah scan dapat
ditentukan dengan tepat, sedangkan tabung-detektornya (generasi ketiga) atau
tabung (generasi keempat) memutari pasien.2
Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras.
Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada
jaringan, yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali,
dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan
penyangatan atau dalam bahasa asing enhancement.2
Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan
patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada hepar,
limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat membantu dalam
pemeriksaan sken-sken.2

2.1.4. Risiko Pemeriksaan CT-Scan


Risiko terhadap pemeriksaan CT-Scan terdiri dari risiko terhadap paparan
radiasi sinar X dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras. CT-Scan
memberikan paparan sinar X yang lebih besar daripada foto Röntgen biasa.
Penggunaan sinar X dan CT-Scan yang berkali-kali dapat meningkatkan risiko
terkena kanker. Akan tetapi, risiko dari sekali pemeriksaan CT-Scan adalah kecil.
Seseorang yang mempunyai riwayat alergi terhadap pemakaian kontras
sebelumnya harus berhati-hati bila akan menjalani prosedur pemeriksaan CT-Scan
dengan kontras. Umumnya kontras yang digunakan untuk penggunaan melalui
vena mengandung iodine.3

2.2. CT-Scan Ginjal


2.2.1. Anatomi Ginjal4
Ginjal terletak pada kompartemen sentral dari retroperitoneum (spasia
Gerota / spasia perirenal) di antara fasia renal anterior (fasia Gerota) dan fasia
renal posterior (fasia Zuckerkandl atau fasia Gerota posterior). Ginjal dibungkus
oleh sebuah kapsul berlemak dan mempunyai volume rata-rata 150 mL. Ukuran
sebuah ginjal adalah 9-11 cm pada dimensi kraniokaudal, dimana ukuran ginjal
kiri sekitar 1 cm lebih panjang dari ginjal kanan. Diameter koronal ginjal pada
segmen hilus ginjal sekitar 5-6 cm, dan diameter sagital sekitar 4 cm. Pada CT
yang diperkuat dengan kontras, korteks dan medula ginjal dapat dibedakan. Sinus
ginjal mengandung cabang pembuluh darah utama, pielum dan kaliks, dan lemak
perirenal. Pembuluh darah utama dan ureter keluar dari ginjal melalui hilus ginjal.
Umumnya hilus ginjal akan mengarah ke aorta secara anteromedial, tetapi
peningkatan rotasi anterior bukan hal yang jarang.
Lebar parenkim ginjal adalah sekitar 1,5 cm dan cenderung akan
berkurang seiring peningkatan usia. Korteks dan medula memiliki nilai atenuasi
CT antara 30-50 HU pada unenhanced scans, dan pemberian kontras intravena
diperlukan untuk diferensiasi kortikomedula. Korteks ginjal mengandung sistem
vaskuler, glomerulus, dan tubulus. Medula mengandung tubulus kolektivus dan
terdiri dari sekitar 18 piramid. Piramid medula dipisahkan satu dan yang lain oleh
perluasan dari korteks ginjal (kolumna renalis atau kolumna Bertin), yang meluas
ke sinus ginjal. Apeks-apeks dari piramid akan bertemu satu dengan yang lain dan
membentuk 6-12 papila, yang menyalurkan urin ke sistem pielokaliks.

Potongan Koronal Ginjal


Gambar CT Ginjal Normal

2.2.2. Indikasi Pemeriksaan CT Ginjal4


Adapun indikasi pemeriksaan CT pada ginjal tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Indikasi Pemeriksaan CT pada Ginjal
Kecurigaan tumor : Eksklusi atau konfirmasi tumor ginjal
Stadium tumor : Renal cell carcinoma
Transitional cell carcinoma
Nephroblastoma
Lymphoma
Komplikasi : Perdarahan (postoperasi, penyakit polikistik)
Abses (pielonefritis, dll)
Trauma : Perdarahan, kontusio
Cedera atau sumbatan pembuluh darah ginjal
Hidronefrosis : Diferensiasi antara batu, tumor ureter, atau kompresi
eksternal
Kolik atau batu ginjal : Pengganti urografi intravena
2.3. Batu Ginjal
Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam-macam. Batu
kecil di dalam kaliks tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala.
Keluhan yang paling banyak bila batu berada dalam ureter. Batu besar yang
mengisi sistem pelviokalik (batu staghorn) dapat merusak seluruh ginjal.
Biasanya terjadi perdangan dan obstruksi. Gambaran klinis yang lazim adalah
kolik ureter, hematuria, dan radang traktus urinarius.9
Pemeriksaan radiologik yang diperlukan adalah foto polos abdomen,
intravenous pyelography (IVP), USG, dan CT-Scan. Masing-masing pemeriksaan
mempunyai sensitivitas, spesifisitas, kelebihan, dan kekurangannya sendiri
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.3. Modalitas Radiologi dalam Diagnosis Batu Saluran Kemih10,11
Modalitas Sensitivitas Spesifisitas Kelebihan Kekurangan
(%) (%)
USG 19 97 Terjangkau Kurang baik
Baik untuk dalam
melihat visualisasi batu
hidronefrosis ureter
Tidak meradiasi
BNO 45-59 71-77 Terjangkau dan Kurang baik
murah untuk melihat
Digunakan batu di ureter
sebagai media dan batu
pemeriksaan radiolusen
awal
IVP 64-87 92-94 Terjangkau Kualitas foto
Memberikan bervariasi
informasi yang Butuh persiapan
adekuat tentang dan penggunaan
batu (lokasi, kontras
radiodensitas, &
ukuran),
anatomi, dan
fungsi kedua
ginjal
CT non- 95-100 94-96 Paling definitif Mahal dan
kontras dan spesifik kurang
Tidak terjangkau
menunjukkan Tidak
derajat mengukur
obstruksi fungsi ginjal
dengan jelas
Memberikan
informasi
tentang kondisi
selain sistem
genitourinari
CT-urografi 100 100 Paling sensitif Mahal dan
dengan dan spesifik, kurang
kontras dengan terjangkau
mengevaluasi
fungsi ginjal

Komposisi batu saluran kemih sebagian besarnya terdari dari garam


kalsium, seperti kalsium oksalat monohidrat, kalsium oksalat dihidrat, dan
kalsium fosfat. Sedangkan sebagian kecilnya terdiri dari batu asam urat, struvit,
dan sistin. Nefrokalsinosis, hiperparatiroidisme, asidosis tubuli ginjal, dan
hiperoksalmia dapat pula ditemukan. Penyebab lain perkapuran fokal ginjal
adalah trauma, tuberkulosis, kistra hidatit, sistosomiasis, perkapuran pembuluh
darah, dan perkapuran tumor.9,10,11
Batu parenkim ginjal merupakan kalsifikasi jinak dalam ginjal. Yang
patologik adalah parut ginjal atau organisasi dan kalsifikasi abses, penyakit
granuloma tua, abses ginjal, atau hematoma.9
Penilaian batu ginjal penting diperhatikan: (1) jumlah, densitas, dan
bayangan batu, (2) lokasi, (3) komplikasi (obstruksi, parut ginjal, atau
pembentukan striktur), (4) terjadinya anomali, dan (5) nefrokalsinosis.9
Gambar Batu Ginjal pada CT-Scan

2.4. Gambaran CT Scan Tumor Ginjal


2.4.1. Gambaran CT Scan Tumor Jinak Ginjal
1. Hemangioma
Tumor ini merupakan suatu kelainan kongenital. Gejala berupa hematuria
tanpa rasa nyeri atau hematuria dengan nyeri saat dilalui bekuan darah. Gambaran
Roentgen minimal. Tumor ini dapat membuat impresi ringan pada infudibulum
dari kalik, meregang susunan tersebut, seolah-olah memperlihatkan penyakit
polisiklik.12
2. Hamartoma
Tumor ini terjadi sebab adanya tendensi terjadinya infark spontan atau
perdarahan dalam di dalam substansi ginjal. Tumor ini dapat melibatkan kedua
ginjal, terutama pada pasien dengan tuberous sklerosis. Gambaran Roentgennya
tidak spesifik. Impresi pada sistem kalik sama seperti penyakit polikistik ginjal.12
3. Ginjal Polikistik
Pasien dengan penyakit ginjal polikistik biasanya tumor dapat diraba
dalam abdomen. Penyakit ini diturunkan inheritas dan biasanya dijumpai pad
pasien berumur di atas 40 tahun. Gejala berupa hematuria, proteinuria, dan
hipertensi. Kemudian diikuti gejala sakit pinggang, nyeri abdomen. Perdarahan ke
dalam kista ginjal menyebabkan nyeri dengan meregangnya kapsul ginjal. Pada
rupture kista, terjadi hematuria yang masif. Kelainan ini dapat dilihat pada
pemeriksaan pielografi intravena, nefrotomogram, CT scan, dan USG.12
Dalam bentuk muda, ginjal nyata diperbesar tetapi mempertahankan
bentuk normal. Banyak kista yang 1-2 mm dan umumnya tidak dapat
didefinisikan oleh CT. Kontras ditingkatkan untuk memperlihatkan goresan radial
yang samar di parenkim, yang tidak menunjukkan diferensiasi kortikomedular.13
Dalam bentuk penyakit polikistik dewasa, ginjal membesar selama masa
remaja dan dewasa muda dan difus diresapi oleh kista ukuran yang bervariasi
(pola keju Swiss). Jumlah dan ukuran dari kista meningkat dengan perkembangan
lebih lanjut. Perdarahan intrakistik berulang sangat umum (70%) dan
menghasilkan hambatan tinggi daerah variabel dengan isi homogen. Kalsifikasi (>
50%) hasil dari kalkulus kecil, perdarahan, atau infeksi. Pemberian kontras
intravena meningkatkan demarkasi pada parenkim sisa dari kumpulan struktur.13
Pada pemeriksaan pielografi intravena jarang ditemukan kalsifikasi pada
dinding kista ginjal polikistik. Bayangan lusen pada nefrogram didapati
permukaan ginjal berbenjol-benjol, kista pada medula kecil dan yang di korteks
besar dan letak superfisial. Pada pemeriksaan CT scan dibuat potongan transversal
dan koronal pada kedua ginjal. Dibuat potongan 5-10 cm. Pada gambaran CT
tampak kista pada kedua ginjal di dalam parenkim atau di sentral.12
Gambar CT scan menunjukkan kista luas di kedua ginjal, kista telah hampir
sepenuhnya menggantikan parenkim ginjal.
4. Kista Tunggal
Kista tunggal berada di parenkim. Kriteria nefrotomografi suatu kista
sederhana homogen radiolusen adalah pinggir berbatas tegas dengan dinding yang
tipis. Kriteria CT untuk kista sederhana bentuknya tidak berubah dengan
penambahan kontras.12

2.4.2. Gambaran CT Scan Tumor Ganas Ginjal


1. Tumor Wilms
Tumor Wilms yang merupakan keganasan genitourianaria paling sering
terjadi pada anak-anak neoplasma embrional trifase yang merupakan hasil
proliferasi dari blastema, stroma dan epithelium. Tumor ini merupakan 8%
keganasan pada anak-anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada
anak-anak , setelah tumor pada sentral nervus sistem, limfoma, neuroblastoma dan
soft tissue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab utama
kematian pada anak.14,15
Tumor Wilms adalah suatu proliferasi abnormal dari blastema sel-sel
metanefrik, yang dapat berubah menjadi sel-sel embrionik primitif dari
ginjal.15Tumor ini terdiri dari unsur blastoma, epitel, dan stroma, dengan
perbandingan yang berbeda. Kadang tidak tampak unsur epitel atau stroma.16
Tumor Wilms adalah suatu neoplasma soliter yang terjadi pada bagian
manapun dari kedua ginjal. Pada gambaran kasar, tumor ini berbatas tegas dan
belum tentu berkapsul. Daerah perdarahan yang kecil sering ada. Tumor biasanya
merusak batas ginjal dan sering menekan sisa ginjal normal.17
Penyebaran tumor dapat terjadi secara hematogen melalui vena renalis
atau vena cava, atau melalui saluran limfe. Tumor ini sering sudah metastase pada
saat ditemukan, terutama ke paru (85%) dan hati (10%).16
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di
abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi
kesan tumor ginjal.17
IVP merupakan diagnostik awal untuk menentukan adanya massa pada
ginjal, akan tetapi telah digantikan oleh diagnosis dengan modalitas yang lebih
non-invasif. Foto toraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada
tidaknya metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.18
Ultrasonografi dilakukan sebagai pilihan pemeriksaan untuk mengevaluasi
massa pada abdomen yang terlihat karena keakuratannya, tidak membutuhkan
sedasi, memiliki kegunaan yang luas dan menghemat biaya.19Misalnya pada kasus
tumor Wilms yang terdapat pada ginjal kanan, USG juga dapat digunakan sebagai
pemandu pada biopsi.20
Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan
tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus
Tomografi komputasi (CT) memberi beberapa keuntungan dalam
mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor
intrarenal, yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan
evaluasi dari ginjal yang lain. Pada pemeriksaan CT tanpa penguatan
(enhancement), tumor Wilms khas timbul dari ginjal sebagai massa yang tidak
homogen dengan daerah densitas rendah yang menunjukkan nekrosis.17

Gambar CT axial tanpa kontras pada tumor Wilms


Gambar CT axial dengan kontras pada tumor Wilms
Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan informasi penting
untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk
perluasan ke daerah intarkardial.19Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan
hipointensitas (low density intensity) pada T1W dan hiperintensitas (high density
intensity) pada T2W.21
2. Renal Cell Carcinoma (Adenocarcinoma Ginjal)
Dilaporkan pertama kali oleh Grawitz pada tahun 1883 sehingga dikenal
juga dengan nama tumor Grawitz. Sering juga disebut sebagai hipernefroma atau
clear cell carcinoma. Tumor ini biasanya didapati pada orang dewasa. Oleh
karena tumor ganas ini berasal dari sel-sel epitel tubulus proksimal, maka nama
yang tepat adalah renal cell carcinoma atau adenocarcinoma ginjal. (ilmu bedah
&12
Tumor ini tersering mengenai penderita pada usia enam puluhan dan dua
atau tiga kali lebih sering dijumpai pada penderita laki-laki.
Pemeriksaan radiologi pertama adalah foto polos abdomen, di mana dapat
dijumpai adanya pembesaran bayangan ginjal dan kadang-kadang adanya
kalsifikasi pada daerah ginjal. pada pemeriksaan pielografi intravena dapat
ditemukan adanya perubahan bentuk pada collecting system yang merupakan
tanda utama adanya tumor ginjal. Apabila ginjal yang terkena tidak berfungsinya
pada pemeriksaan ini, perlu dilakukan pemeriksaan retrograd pielografi untuk
melihat perubahan bentuk tersebut.13
Arteriografi ginjal masih merupakan langkah diagnostik yang penting pada
persangkaan adanya tumor ganas ginjal, dan tanda yang khas yaitu adanya
neovaskularisasi. Selain itu, untuk mencari adanya metastasis, perlu dilakukan
pemeriksaan foto toraks dan bone survey.13
Ultrasonografi dilakukan bila terdapat keraguan antara kista ginjal dan
tumor padat ginjal. Untuk tambahan ketepatan dalam mebedakan antara kista atau
tumor padat, dapat dilakukan pemeriksaan CT scan. Nilai tambahan dari
pemeriksaan ini adalah ketepatan dalam melakukan staging. Pemeriksaan ini
dapat juga dilakukan untuk melihat adanya sisa tumor setelah pembedahan atau
adanya rekurensi tumor pasca bedah.13
Gambar Aksial kontras ditingkatkan gambar CT menunjukkan massa yang
besar di ginjal kiri dengan nekrosis di daerah sentral (tanda bintang).
Trombus tumor dilihat dalam vena renalis kiri di tingkat hilus ginjal (panah)
Sebagai patokan, diapakai pembagian stadium yang dianjurkan oleh
UICC, yaitu:
T1 : Tumor berukuran ≤ 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal.
T2 : Tumor berukuran ≥ 2,5 cm, masih terbatas dalam ginjal.
T3 : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul ginjal atau mengenai vena
renalis tetapi masih belum menembus kapsul Gerota
T4 : Tumor sudah tumbuh ke luar dari kapsul Gerota.13
3. Tumor pelvis renis
Tumor ini berasal dari epitel. Tidak tampak kelainan pada foto polos
abdomen. Jika tumor kecil, sukar diketahui. Tumor menyebabkan kekurangan
pengisian (filling defect) dalam pelvis atau kalik. Batasnya bisa rata atau tidak
beraturan, dapat kecil atau besar. Sulit untuk dibedakan dengan papiloma, kadang-
kadang dijumpai kalsifikasi di dalamnya.12
4. Sarkoma
Tumor ini berasal dari jaringan ikat ginjal. Kadang-kadang sarkoma
retroperitoneal berasal dari dalam atau dekat ginjal. Gambaran Roentgen berupa
suatu massa di daerah ginjal, batas-batas tidak tegas dan dapat menutupi bayangan
psoas di bagian atas.12
5. Limfoma maligna dan Leukimia
Pada anak dengan leukemia akut lebih banyak melibatkan ginjal daripada
bentuk kronis. Foto polos abdomen memperlihatkan pembesaran ginjal, biasanya
bilateral. Pembesaran pelvis renis tanpa dilatasi atau obstruksi yang jelas. Kalik
dan infundibulum menunjang. Batas ginjal ireguler. Bila tumor berupa nodul yang
ganda kemungkinan suatu limfoma maligna.12
Pada CT scan didapati gambaran lesi hipovaskular setelah pemberian zat
kontras. Invasi muskuli psoas paling sering ditemukan. Kontras dari arteri renalis
lebih sering dijumpai dibandingkan hipernefroma.13

2.5. Gambaran CT Scan pada Kelainan Pada Vaskular Ginjal


A. Infark Ginjal
Infark ginjal akut paling sering disebabkan oleh oklusi arteri
tromboemboli dari ginjal atau percabangannya. Sumber utama emboli adalah
jantung (fibrilasi atrium, cacat katup mitral) atau aneurisma aorta. Tanda klinis
berupa hematuria dan nyeri pinggang mendadak. Infark trombotik mungkin hasil
dari arteriosklerosis, vaskulitis (poliarteritis nodosa), anemia sel sabit, atau
trauma. Jika diduga emboli akut, infark ginjal dapat didiagnosis dengan akurat
dengan menggunakan CT. Namun, angiografi lebih baik untuk kemampuan
gabungan diagnostik dan intervensi.13
Daerah infark pada parenkim ginjal terlihat dalam bidang-bidang yang
berbentuk baji. Parenkim subkapsular masih memiliki pasokan darah dan muncul
sebagai lingkaran tipis (tanda tepi kortikal). Emboli septik dapat menyebabkan
pembentukan abses. Gejala sisa akhir termasuk jaringan parut dan distorsi kontur
dari korteks ginjal dan penyusutan jaringan infark.13
B. Nekrosis Kortikal Ginjal
Nekrosis korteks ginjal merupakan penyebab yang jarang dari gagal ginjal
akut yang dapat terjadi dalam berbagai kondisi klinis seperti sepsis, syok, dan
kompilkasi kehamilan. Tubulus ginjal, glomerulus, dan jaringan ikat menjadi
nekrotik akibat koagulasi intravaskular.13
Dalam tahap akut, peningkatan kontras ginjal terbatas pada medula ginjal.
Korteks hipoatenuasi dikelilingi oleh pinggiran perifer yang tipis. Kontras
ekskresi diamati. Setelah sekitar satu bulan, kalsifikasi berkembang di korteks
(dalam kasus 50%) dan ginjal mengalami atrofi progresif.13
C. Trombosis Vena Ginjal
Trombosis vena ginjal dapat disebabkan oleh neoplastik, infeksi, dan
berbagai gangguan metabolik. Ini mungkin satu-satunya tanda keganasan ginjal
okultisme. Cukup banyakditemukan (sampai 33%) pada pasien dengan sindrom
nefrotik. CT jelas dapat menentukan trombosis vena renalis dengan optimal, tetapi
CT jarang digunakan sebagai alat diagnostik primer.13
Dengan oklusi lengkap, diameter vena ginjal diperbesar lebih dari 1,5 cm.
Sebuah defek terlihat setelah pemberian kontras IV, dan gambaran opak dari vena
tidak ada atau berkurang dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Aliran
kolateral menyebabkan dilatasi pembuluh darah gonad, vena kapsuler, dan vena
periureteral. Defek perfusi dapat ditemukan di parenkim ginjal.13

2.6. Gambaran CT Scan pada Trauma Ginjal


Banyak penyebab dari trauma ginjal. Dari sekian banyak penyebab
tersebut, trauma benda tumpul merupakan penyebab 80% dari trauma ginjal dan
biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, atau jatuh, atau perkelahian. Tipe-
tipe trauma ginjal yang paling penting adalah kontusio (edema intrarenal),
hematoma (subkapsular atau parenkimal), laserasi (adanya jalur ke ruang
subkapsular atau parenkimal sehingga dapat dimasuki darah atau urin), dan
ruptur.4
Trauma ginjal dapat dikelompokkan menurut skala trauma organ AAST
untuk trauma ginjal, menjadi:4,22
Skala Deskripsi
I Kontusio renal atau hematoma subkapsular dengan kapsul intak
II Laserasi superfisial korteks yang tidak melibatkan medulla ginjal dalam
atau sistem kolektivus atau hematoma perinefritik nonexpanding
III Laserasi dalam dengan atau tanpa ekstravasasi urin
IV Laserasi yang meluas ke sistem kolektivus dengan kebocoran urin
V Ginjal terbelah, kerusakan pembuluh darah ginjal
Sedangkan menurut budjang, trauma ginjal dibagi menjadi:12
Trauma ginjal ringan Dapat terjadi setempat atau difus, pembengkakan
parenkim dan perdarahan ringan intrarenal atau hematom
di subkapsul. Trauma ini dapat sembuh tanpa komplikasi
atau sekuelle
Trauma ginjal sedang Dapat berupa ruptur kapsul dengan kaliks yang masih
utuh, atau ruptur kaliks dan kapsul. Arteri renalis
mungkin dapat sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin
ke dalam parenkim ginjal dalam rongga di bawah kapsul.
Trauma ginjal berat Disebut juga shattered kidney, yaitu terjadi avulsi renalis
dan trombosis arteri renalis. Keadaan ini mencakup
parenkim ginjal, sistem pelviokalik, dan kapsul renalis,
laserasi ganda yang menyebabkan kematian ginjal.

Temuan radiografi trauma ginjal tergantung pada sejauh mana cedera.


Sebuah memar sederhana biasanya dapat menyebabkan pembengkakan ginjal,
penurunan kepadatan nephrogram di bagian yang terkena, dan penurunan atau
tertundanya ekskresi bahan kontras ke dalam sistem pengumpul. Jika muncul
perdarahan perirenal, bayangan ginjal, dan kadang-kadang bayangan psoas, dapat
saja lenyap atau justru diperbesar pada film biasa. CT scan dapat menunjukkan
hematoma perirenal dan pararenal.23
Gambar Trauma Ginjal
Gambar CT scan diatas menunjukkan contoh dari sebuah hematoma
sukapsular. Tampak daerah parenkim ginjal yang semakin jelas (ditunjukkan oleh
tanda panah).23

Gambar Trauma Ginjal


Tampak pada gambar diatas, terdapatnya peningakatan jumlah zat kontras
di ginjal kiri ditambah dengan hematoma disekitarnya.23

Gambar Infark Ginjal


Pada gambar CT scan diatas, tampak kurangnya perfusi darah menuju
ginjal kiri secara merata di keseluruhan ginjal. 4
Gambar Penyumbatan Arteri Renalis Bilateral
Pada gambar scan diatas, tampak penurunan densitas parenkim pada
kedua ginjal, tetapi aorta dan vena kava superior juatru meningkat densitasnya,
menunjukkan adanya penyumbatan kedua arteri renalis.23

Gambar Perdarahan Aktif Dari Arteri Ginjal


Pada gambar CT scan diatas, tampak beberapa fokus dengan densitas
tinggi dengan kebocoran arteri di posteromedial ginjal. Terdapat hematoma yang
mengelilingi daerah perdarahan, dengan perubahan posisi ginjal dari arah anterior.
Sebagai tambahan terdapat udara di bagian rongga subhepatik dan ruang anterior
kiri ginjal. Biasanya merupakan pertanda dari perdarahan arteri renalis yang
aktif.23
Gambar Trauma Ginjal Parah-Fragmentasi
Pada gambar CT scan diatas, tampak fraktur multipel yang melalui ginjal
kanan dengan hematoma besar yang mengelilingi perinefritik yang menyebabkan
membesarnya fasia gerota.23

Gambar Trauma Ginjal Akibat Penetrasi


Gambar CT scan diatas merupakan gambaran CT scan dari trauma
penetrasi (luka tembak). Tampak peluru datang dari arah anterolateral dinding
abdomen.23
INFEKSI GINJAL
PIELONEFRITIS AKUT
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5C), disertai
menggigil dan sakit pinggang. Infeksi biasanya disebabkan oleh Escherichia coli
atau bakteri gram negatif lainnya. CT merupakan pemeriksaan radiologis yang
paling sensitive untuk mendeteksi infeksi ini. Tetapi pielonefritis akut bukan
indikasi utama untuk dilakukan pemeriksaan CT. CT diindikasikan untuk pasien
yang diduga telah mengalami komplikasi dari pielonefritis tersebut (contohnya :
abses ginjal, infeksi yang telah menyebar ke perirenal).4,7
Gambaran CT Scan pada pielonefritis akut adalah akan terlihat ginjal yang
membengkak atau menebal yang menekan kalik dan pelvis renis.4,7

Pielonefritis akut. CT Scan (non-kontras) menunjukkan pembesaran dan


penebalan pada ginjal kiri, tetapi tidak terdapat batu obstruksi.4,7
Pielonefritis akut. CT Scan (dengan kontras) menunujukkan gambaran ginjal
yang membesar dan bergaris-garis. Hasil urinalisis membantu untuk mendiagnosis
adanya infeksi saluran kemih4,7

PIELONEFRITIS KRONIS

Pielonefritis kronis adalah infeksi pada ginjal yang merupakan akibat


lanjut dari infeksi bakteri yang berkepanjangan atau infeksi semenjak masa
kecil.4,7

Gambaran CT Scan pada pielonefritis kronis adalah ginjal akan tampak


mengecil dengan permukaan yang berbenjol, menipisnya parenkim ginjal dan
perubahan-perubahan pada bentuk kalik.4,7
pielonefritis kronis. CT menunjukan ginjal kanan yang telah mengecil,
bentuknya yang berubah dengan multiple skar dan kalsifikasi.4,7

ABSES GINJAL

Infeksi supuratif akut pada parenkim ginjal biasanya dimulai dari korteks
dan menyebar melalui hematogen.4,7

Gambaran CT Scan pada abses ginjal adalah dapat terlihat ginjal yang
menciut secara global tapi tanpa parut dikorteks seperti yang tampak pada
pielonefritis kronis. Akan terlihat seperti gambaran massa berdensitas rendah.4,7
Abses ginjal. CT scan (non kontras) menunjukan tidak ada batu obstruksi tapi
terdapat gambaran massa yang berdensitas rendah di bagian kanan atas.4,7

Abses ginjal. CT Scan (dengan kontras) terdapat gambaran lesi kistik.


Staphylococcus aureus terlihat pada kultur aspirasi spesimen.4,7
HIDRONEFROSIS
Penyebab hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada traktus urinarius. Hal
ini menyebabkan dilatasi pelvis kaliks, kemudian berlanjut dengan desrtuksi
parenkim ginjal.4,7
Gambaran CT Scan pada hidronefrosis adalah hidronefrosis yang dini
memberikan gambaran kalik-kalik yang mendatar (flattening). Perubahan ini
reversible. Pada stadium yang lanjut memperlihatkan kalik-kalik yang berbentuk
tongkat (clubbing). Pada tingkat yang lebih parah lagi terjadi destruksi parenkim
dan pembesaran sistem saluran kemih.4,7,24
KELAINAN KONGENITAL GINJAL
HORSE-SHOE KIDNEY (GINJAL TAPAL KUDA)
Kelainan kongenital ini merupakan kelainan yang ginjal dimana bagian
bawah dari kedua ginjal bersatu yang menyerupai tapal kuda.4,7,24
Gambaran CT Scan pada ginjal tapal kuda adalah sinus ginjal meluas kea
rah ventral, dan dapat pula diperlihatkan gambaran jembatan parenkim, sehingga
membentuk seperti tapal kuda. 4,7,24
GINJAL EKTOPIK DALAM PELVIS

Gambar diatas menunjukkan ginjal ektopik dengan ukuran normal diatas tulang
sacrum. Ginjal juga terlihat berotasi.4,7,24

CROSS FUSED ECTOPIC KIDNEY (GINJAL EKTOPIK MENYILANG)


Ginjal ektopik menyilang akan memberikan gambaran ginjal yang bersatu
atau berdekatan dengan ginjal yang berseberangan dan memberikan gambaran
ginjal ganda unilateral yang bersatu.4,7,24
AGENESIS DAN HIPOPLASIA GINJAL
Agenesis pada ginjal kanan akan menyebabkan fleksura kolon hepatic
berpindah. Tidak tampak sisa-sisa pembuluh darah.4,7,24

Gambar diatas merupakan CT Scan (dengan kontras) menunjukkan agenesis pada


ginjal kanan.4,7,24

Hipoplasia ginjal akan memperlihatkan gambaran ginjal normal yang


berukuran kecil pada pemeriksaan CT Scan.4,7,24
BAB 3
KESIMPULAN

Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X


dimana pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari
berbagai tujuan terhadap pasien.
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek. Karena panjang gelombang yang sangat pendek
itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda.
Pada CT, komputer dikerahkan untuk menggantikan peranan film-kaset
dan peranan kamar gelap dengan cairan-cairan developer serta fiksirnya seperti
pada foto sinar X biasa. Tabung Röntgen dan kumpulan detektor berada dalam
suatu wadah yang disebut gantry. Di tengah-tengah gantry tersedia lubang, yang
berfungsi untuk dapat memasukkan atau menggeser meja beserta pasien dengan
motor.
Mulai pesawat CT generasi ketiga, gantry dapat dimiringkan ke belakang
atau ke depan, masing-masing maksimal sampai 200, sehingga tidak hanya
penampang tegak saja yang dapat dibuat, melainkan juga scan miring dengan
sudut yang dikehendaki.
Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras.
Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada
jaringan, yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali,
dibandingkan dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan
penyangatan atau dalam bahasa asing enhancement.
Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan
patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada hepar,
limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat membantu dalam
pemeriksaan sken-sken.
Adapun indikasi pemeriksaan CT pada ginjal tertera pada tabel berikut ini.
Indikasi Pemeriksaan CT pada Ginjal
Kecurigaan tumor : Eksklusi atau konfirmasi tumor ginjal
Stadium tumor : Renal cell carcinoma
Transitional cell carcinoma
Nephroblastoma
Lymphoma
Komplikasi : Perdarahan (postoperasi, penyakit polikistik)
Abses (pielonefritis, dll)
Trauma : Perdarahan, kontusio
Cedera atau sumbatan pembuluh darah ginjal
Hidronefrosis : Diferensiasi antara batu, tumor ureter, atau kompresi
eksternal
Kolik atau batu ginjal : Pengganti urografi intravena
DAFTAR PUSTAKA

1. Prokop M. Spiral and Multislice Computed Tomography of the Body.


Germany: Thieme, 2001, Chapter 1; Principle of CT, Spiral CT, and
Multislice CT.
2. Kartoleksono S. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2008, Bab 19; Tomografi Komputer.
3. U.S. National Library of Medicine, 2011. CT Scan. USA: National Institutes
of Health. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003330.htm [Accessed 30th
October 2011]
4. Schaefer-Prokop C.& Prokop M. Spiral and Multislice Computed
Tomography of the Body. Germany: Thieme, 2001, Chapter 18; Kidneys.
5. Effendi I. & Markum H.M.S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid 2.
Jakarta: InternaPublishing, 2009, Bab 146; Pemeriksaan Penunjang pada
Penyakit Ginjal.
6. Davis L.M. & Davis L., 2011. CT Scan. USA: emedicinehealth. Available
from:
http://www.emedicinehealth.com/ct_scan/article_em.htm [Accessed 30th
October 2011]
7. Rachman M.D. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2008, Bab 4; Segi-Segi Fisika Radiologi dan Radiografi.
8. Medcyclopaedia, 2009. Hounsfield Unit. USA: GE Healthcare. Available
from:
http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_iii_1/h/hounsfield_uni
t.aspx [Accessed 30th October 2011]
9. Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008,
Bab 11; Traktus Urinaria.
10. Portis A.J. & Sundaram C.P. Diagnosis and Initial Management of Kidney
Stones. Am Fam Physician 2001; 63: 1329-1338.
11. Teichman J.M.H. Acute Renal Colic from Ureteral Calculus. N Engl J
Med2004; 350: 684-693.
12. Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008,
Bab 11; Traktus Urinaria.
13. Umbas R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah: Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
h.169-173.
14Yildiz, Yuksel, Ozkan A, Apank H, Celkan T, Danismend N, et,al.
Multidisciplinary Approach To Wilms Tumor : 18 years of Experience,
Japanese Journal Of Clinical Oncology. Available from
http://jjco.Oxfordjournals.org/cgi/content/full/30/1/17. Accessed on 2008
January 10
15. Robbins S.L, Kumar V., 1995. Tumor Wilms. Buku Ajar Patologi II. Ed.4.
Jakarta: EGC.
16. Sjamsuhidajat R., 1997. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku Ajar
Ilmu Bedah: Wim de Jong. Jakarta: EGC.
17. Shearer P.D, Wilims Y.A., 1996. Neoplasma Ginjal. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: EGC.
18. Tanagho E.A, McAnich J.W., 2000.Renal Parenchymal Neoplasma, Smith’s
General Urology. 16thed. New York:McGrow.Hill.
19. Masuda H, Azuma H, Nakajima F,Watsuji T, Katsuoka Y. Adult Wilms
Tumor With Calcification Untreated For 5 years-a Case Report. Available
from http://www.Pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=425587 .
Accessed on 2008 January 12
20. Aquisto T.M, Yost R, Marshall K.W. Anasplastic Wilms Tumor: Radiologic
and Phatologic Findings. Available from
http://radiographics.rsnajnls.org/cgi/content/full/24/6/1709. Accessed on 2008
January 12
21. Rauf S., 2002. Nefrologi. Catatan Kuliah Nefrologi Anak: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. FKUH. Makassar.
22. Mirvis, S.E., Shanmuganathan, K., Killeen, K.L., 2001. Injuries to the
Genitourinary Tract. in. Graigner, R.G., Allison, D., Adam, A., et.al., Grainger
& Allison’s Diagnostic Radiology: A Textbook of Medical Imaging. 4th ed.
London: Churchill Livingstone, 1654-1661.
23. Lee, F.T., Thornbury, J.R., 1998. The Urinary Tract. in. Juhl, J.H., Crummy,
A.B., Kuhlman, J.E., Paul, L.W., Paul and Juhl’s Essentials of Radiologic
Imaging. 7th ed. London: Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 27.
24.Medcyclopaedia, 2009. Hounsfield Unit. USA: GE Healthcare. Available
from:http://www.medcyclopaedia.com/library/radiology/chapter25/

25_2.aspx (diakses tanggal 30 November 2011)

Anda mungkin juga menyukai