Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah Ia berikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Wusnah, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Proses Industri
Kimia I yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyeleasaikan
makalah Proses Industri Kimia I mengenai Proses Industri Gula.

Kami menyadari banyaknya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh


karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Maka
dari itu, kritik dan saran yang diberikan nantinya bisa membantu untuk mencapai
keinginan kami agar tercapai, dan terwujud tulisan yang bermanfaat dan berguna.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa Teknik Kimia Universitas Malikussaleh dalam melanjutkan proses
pembelajaran Proses Industri Kimia ini.

Lhokseumawe, 15 September 2019

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1 Pengenalan Tanaman Tebu ...................................................................... 2

2.2 Proses Pengolahan .................................................................................... 3

2.3 Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula Pasir ............................................... 4

2.4 Mesin Pembuat Gula ................................................................................ 9

BAB III TUGAS KHUSUS .................................................................................. 11

3.1 Cane Milling ........................................................................................... 11

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 12

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12

4.2 Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristalsukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang
diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi
yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari niratebu, bit gula, atau aren. Meskipun
demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-
sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga
menghasilkan semacam pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa sebagai
komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi
(pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim
hangat seperti Australia, Brasil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang
Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an,
namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun
2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah
Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tanaman Tebu

a Morfologi Tanaman Tebu


Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat
gula, ada baiknya bila kita mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan
gula yaitu tebu. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. Dilingkungan
internasional tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum
officinarum L. Jenis ini termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-
rumputan. Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri
tertentu.
 Ciri-ciri Batang :
o Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.
o Tinggi mencapai 3,5 meter.
o Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.
o Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
 Ciri-ciri Daun :
o Merupakan daun tidak lengkap
o Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling
o Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit, terdapat
bulu-bulu daun dan telinga daun.
o Pertulangan daun sejajar
o Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian tepi
bergerigi dan permukaan daun kasar.
 Ciri-ciri Akar :
o Akar serabut

2
o Panjang mencapai 1 Meter
 Ciri-ciri Bunga :
o Merupakan bunga majemuk
o Panjang bunga majemuk 70-90 cm
o Setiap bunga mempunyai 3 daun kelopak, 1 daun mahkota, 3 banang sari
dan 2 kepala putik
1. Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula
Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang
dimaksud variatas unggul adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot
atau rendaman yang tinggi;
b) Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;
c) Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan
d) Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit;
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling.
Yang dimaskud tebu layak giling adalah :
a) Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
b) Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
c) Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam. Berdasarkan
ciri-ciri tebu diatas maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia memakai
tebu Varietas Ps dari pasuruan dan Bz dari Brazil.

2.2 Proses Pengolahan


Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa)
maksimal dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan
analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan,
dll. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan
pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik
dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar bekerja secara otomatis.

3
2.3 Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula Pasir

4
Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan
pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan
kristal, dan pengeringan :
a. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara
bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah).
Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.
Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai
macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel
(boiler).
Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu
rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang
dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari
Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah
tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk
memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan
ukuran “36X64”.

b. Pemurnian Nira
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert
(glukosa+fruktosa). zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang
terikat pada asam-asam, asam organik dan anorganik, zat warna, lilin, asam-asam

5
kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses
pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara
fisis dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan,
pemberian bahan pengendap.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu
cara defekasi, sulfitasi dan carbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia
memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan
pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat
pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah
kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu
kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan
dan diendapkan dalam alat pengendap. Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di
Indonesia menggunakan proses sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses
sulfitasi nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat exchanger sehingga
suhunya naik menjadi 700 C. Kemudian nira dialirkan kedalam defekator
dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur ini adalah untuk membentuk
inti endapan sehingga dapat mengatsorp bahan bukan gula yang terdapat dalam
nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses defekasi ini dilakukan
secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 8.5 – 10. Reaksi
antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira :
CaCO3 CaO + CO2
CaO + H2O Ca(OH)2 + 15.9 Kcal
Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-
3Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan dengan
gas SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3, yang
berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah
terpecah, pH akhir dari reaksi ini adalah 7.Tahap akhir dari proses pemurnian nira

6
dialirkan ke bejana pengendap (clarifier) sehingga diperoleh nira jernih dan
bagian yang terendapkan adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses
selanjutnya (stasiun Penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan Rotery
Vaccum Filter menghasilkan nira tapis dan blotong.

c. Penguapan Nira (Evaporasi)


Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan
kadar air dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan dilakukan
dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang
disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator
biasanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas
bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan
pemanas uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang
uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari
sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana
nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari
bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan
dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana
nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian
seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna
gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai

7
belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke
kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.

d. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus
sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A dan C sebagai produk,dan
gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan
vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)
tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran
kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).

e. Pemisahan Kristal Gula


Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifugal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri
dari:
 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.

8
 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan C.
 2 buah western stated CCS untuk D awal.
 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
 3 buah BNA 850 K untuk gula D.
Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada
tingkat C. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya
menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah
selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse
(tetes gula).

f. Pengeringan Kristal Gula


Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-
kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula
kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau
dengan memakai udara panas kira-kira 800c. Pengeringan gula secara alami
dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan
melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan
dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara
pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara
ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

2.4 Mesin Pembuat Gula


a. Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula
Tenaga yang menggerakan mesin-mesin pembuat gula selain berasal dari
pembangkit listrik juga berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai penghasil
tenaga digunakan 5 buah ketel pipa air Niew mark 16 ton/jam masing-masing 440
m2vo dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan satu buah ketel cheng-cheng kapasitas
40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan turbin generator dan
mesin uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan menguapkan nira dalam
panci mengguapkan dan memanaskan gula. Bahan bakar pembangkit tenaga uap

9
adalah ampas tebu yang berasal dari proses pemerahan nira. Ampas tebu yang di
hasilkan dari proses pemerahan nira tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu
mengandung kalori sekitar 18000 kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM
(F,O).

b. Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual


Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan,
gula yang diproduksi pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker).
Selain itu produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi,
karena bahan bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula
menggunakan mesin manual juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi
gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi
gula menggunakan mesin manual lebih sedikit dari pada produksi gula
menggunakan mesin yang berteknologi canggih.

10
BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Cane Milling

a. Prinsip Kerja
Pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan
menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu
dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang
dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat
berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di
dalam gula.

b. Fungsinya
Untuk menghancurkan tebu agar bisa di pisahkan ampas dengan cairannya.

c. Proses

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat
residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga
kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi
dan komoditi perdagangan utama.
2. Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira)
kelapa atau enau, serta cairan batang tebu.
3. Proses pembuatan gula dari bahan baku tebu secara umum dilakukan
dengan tahap yaitu
- penggilingan tebu
- pemurnian nira mentah
- penguapan nira encer
- kristalisasi nira kental
- pemisahan kristal
- pengeringan kristal.
4. Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping,
antara lain: Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai
bahan bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira
kotor yang di tapis di rotary vacuum filter. Tetes merupakan sisa sirup
terakhir dari masakan yang telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi
berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan kristal.

4.2 Saran
Dari setiap premosesan pasti akan menghasilkan hasil samping, limbah,
atau ampas yang masih bisa dimanfaatkan sehingga limbah tidak menyebabkan
lingkungan tercemar, jadi berpandai-pandailah memanfaatkan hasil samping,
limbah, atau ampas agar dapat memperhemat bahan mentah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan.

Nurlaela,Ela.Marlina,dkk.1998.makalah.Sukaresmi.

http://putrandaputranda.blogspot.

http://teknologietanol.blogspot.

indonetwork.co.id.

http://www.Suclose.com

http://www.risvank.com

13

Anda mungkin juga menyukai