Disusun Oleh :
Nama :Intan Sulastri
Nim : 180140041
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parfum
Definisi Parfum
b. Middle note
Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note
mengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base note
yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya, namun menjadi enak
seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart note. Minyak atsiri yang
termasuk dalam kategori middle note adalah minyak lavender dan minyak sereh
wangi.
c. Base notes
Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle note.
Base dan middle note adalah tema wangian utama dari sebuah parfum. Base note
memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan dari notes ini
biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai 30 menit
pemakaian. Wangi top dan middle note terpengaruhi oleh wangi dari base note.
Parfum atau minyak wangi terdiri dari 7 komponen utama, yaitu campuran
minyak esensial dan senyawa aroma, fiksatif, longlasting agent, solubilizer,
pelembab, dan pelarut.
a. Pewangi
b. Fiksatif
c. Longlasting agent
e. Pelembab
Dipropilen glikol 3
Air demineralisata 3
Bahan pewangi
18 ml Solubilizes (Polysorbate20)
20 ml Co surfactant (PEG 40) 5ml
Bahan Anti-busa 0.1g
Pengawet 0.1g
Etanol 70 ml
Air suling 12 ml
Bahan pewangi 18 ml
Pengawet 0,5 ml
UV absorben 1 ml
B. Stephen J. Herman
C. Fragrance
Fragrance atau pewangi bukanlah suatu bahan tunggal dengan sifat yang
jelas, malainkan suatu campuran dari beberapa bahan kimia, dimana masing-
masing memiliki sifat yang unik. Fragrance merupakan campuran berbagai bahan
kimia sintetik yang menimbulkan aromatik tertentu.
Fragrance biasanya terdiri dari beberapa bahan kimia. Untuk satu aroma
tertentu dapat diperoleh dari kombinasi beberapa senyawa kimia tertentu. Untuk
membuat parfum, pewangi yang merupakan minyak, biasanya ditambahkan dalam
larutan alkohol dan air. Alkohol yang tersedia secara komersial bukanlah
komponen tunggal, melainkan campuran antara etanol, air dan denaturan.
Alkohol komersial biasanya mengandung etanol 95-96% dan air 4-5% (Herman,
2005:305).
2. Morfologi
Biji kopi berbentuk hampir setengah bulat atau jorong, bagian punggung
cembung, bagian perut datar, pada bagian perut terdapat sebuah alur yang dalam
dan membujur, di dalam alur terdapat sisa kulit biji, berwarna coklat tua sampai
coklat tua kehitaman (Depkes RI, 1989:148). Biji kopi berbau aromatik, khas, dan
rasanya pahit (Marjoni 2017: 103).
3. Kandungan
Dalam biji kopi mengandung kafein, sitosterin, stigmasterin, kolin, dan zat
samak (Depkes RI, 1989:150). Dalam biji kopi mengandung 10-15% minyak kopi
yang dihasilkan dari biji kopi yang telah disangrai, minyak biji kopi tersusun dari
senyawa kafein, asam palmitat, asam linoleat, asam stearat, dan lain-lain (Aziz
dkk, 2009:1-2). Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil
seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam folat, dan asam asetat yang
mempunyai sifat mudah menguap (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).
4. Manfaat
Manfaat dari biji kopi adalah penawar racun, penurun demam atau
antipiretik, dan peluruh air seni atau diuretic (Depkes RI, 1989:150). Selain itu
juga dapat digunakan sebagai antidota, dan stimulansia (Marjoni,2017:103).
Kandungan kafein berfungsi sebagai unsur citarasa dan aroma dalam biji
kopi (Ciptadi dan Nasution, 1985 dalam Aditya dkk, 2014:22009:3). Kopi
memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita Aroma kopi dapat merangsang kinerja
otak sehingga dapat memperbaiki mood dan konsentrasi, selain itu juga dapat
membuat tubuh menjadi lebih segar dan hangat (Hastuti, 2018:1).
2.3 Minyak Atsiri Kopi
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman.
Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan
sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis
minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan
obat suatu jenis penyakit (Arniputi et al, 2007:135).
Sedangkan aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi.
Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga
aromaterapi adalah salah satu pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-
bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih,
dan enak yang disebut minyak atsiri. Aromaterapi adalah cara pengobatan
alternatif yang menggunakan uap dari minyak esensial dari berbagai macam
tanaman yang bisa dihirup untuk menyembuhkan berbagai macam kondisi. Pada
umumnya aromaterapi dilakukan untuk tujuan meningkatkan mood, mengubah
area kognitif, dan juga dapat digunakan sebagai obat tambahan (Kurniasari,
2017:13).
1. Uji Organoleptik
Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit parfum di atas
kaca objek dan dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau
ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam parfum yang terlihat pada kaca
objek (Depkes RI, 1979:33). Pengamatan uji dilakukan dengan membandingkan
sediaan dengan sifat fisik pada SNI 16-4949-1998 tentang sediaan eau de parfum
yaitu homogen.
3. Uji Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan dengan sebagai jaminan bahwa sediaan yang dikemas
dalam wadah, jika dipindahkan dari wadah aslinya, akan memberikan volume
sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:1089). Hasil uji volume
terpindahkan dapat dibandingkan dengan standar menurut Farmakope Indonesia
edisi IV halaman 1089 yang mempersyaratkan tidak satupun volume yang kurang
dari 95%.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara, pada suhu yang telah
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penetapan
bobot jenis dilakukan dengan piknometer yang telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot pikonometer dan bobot air, kurangkan bobot piknometer
kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil
yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer
(Depkes RI, 1995:1030). Pengamatan uji dilakukan dengan membandingkan nilai
bobot jenis sediaan dengan bobot jenis pada SNI 16- 4949-1998 tentang sediaan
eau de parfum yaitu 0,7-1,2.