Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Senin, 21 Mei 2007

Minyak Atsiri dan Kosmetika Golongan : A4


Asisten praktikum : Angga Furi
Chris
Farah
Mad Adam
M. Suhelmi

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MUTU PARFUM

Disusun oleh :
Tri Purwandoko F34104027
Nova Dwi Swastika F34104041
M. Resalto Pradewa F34104058
Dyna Puspita Sari F34104073
Danar Andri P. F34104131

2007
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Parfum telah lama dikenal oleh manusia sejak zaman Mesir, yaitu Ratu
Hetefers. Kedudukan parfum saat itu menjadi “benda budaya” yang disimpan
atau dilestarikan di Museum Nasional di Kairo. Semaraknya penggunaan
parfum terjadi pada masa raja Babilonia. Masyarakat dibebaskan
menggunakan parfum sesukanya sehingga produksi parfum pada sat itu
meningkat. Pada saat ini parfum menjadi salah satu jenis aksesoris yang
penting dalam pergaulan masyarakat.
Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai. Zat pewangi tersebut dapat berasal dari minyak atsiri atau
dibuat secara sintetis. Parfum yang terbuat dari minyak atsiri dapat berasal
dari beberapa bahan seperti tumbuh-tumbuhan (daun-daunan, akar-akaran,
biji-bijian dan bunga-bungaan) atau hewan. Parfum memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Dengan wewangian kehidupan manusia
akan lebih indah, mempengaruhi kejiwaan dengan terapi wewangian,
menimbulkan kesan segar dan damai, serta dapat digunakan untuk
mewangikan benda yang tidak berbau wangi. Selain itu, parfum juga dapat
digunakan sebagai obat-obatan, misalnya obat penenang dan demam, dan
dapat juga digunakan sebagai bahan penolong dalam industri.
Wangi yang ditimbulkan oleh parfum berasal dari persenyawaan
penyusun minyak atsiri di dalamnya yang akan menguap pada suhu kamar.
Sejak zaman dulu orang telah berusaha meramu resep atau kombinasi dari
berbagai wewangian untuk mendapatkan wangi khas yang diinginkan.

B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
parfum dan melakukan pengujian mutu parfum yang dihasilkan. Pengujian
mutu parfum meliputi spreadibility test, uji spot, uji kelekatan, uji daya tahan
wangi, dan uji organoleptik untuk mengetahui intensitas bau dan kesegaran.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Zat pewangi tersebut dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat
secara sintetis. Minyak parfum digunakan sebagai bahan pewangi dalam berbagai
produk parfum yang siap pakai (finished product). Pada umumnya parfum
mengandung tiga macam komponen, yaitu zat pewangi (odoriferus substances),
zat pengikat (fiksative), dan bahan pelarut atau pengencer.
Ketaren (1985) menambahkan parfum yang terbuat dari minyak atsiri
(parfum alamiah) mengandung campuran beberapa zat pewangi, sedangkan
parfum sintetis atau semi sintetis hanya terdiri dari satu macam zat pewangi. Zat
pewangi yang dihasilkan baik secara sintetis maupun alamiah merupakan
persenyawaan kimia yang dapat menimbulkan bau wangi, seperti alkohol, ester,
aldehid, keton, asam organik, lakton, amin, dan oksida yang berbau wangi.
Parfum mengandung komponen zat pewangi berjumlah 2 % sampai dengan 10 %
(strong parfum) dan selebihnya bahan pengencer (diluent) dan zat pengikat.
Guenther (1947) mengatakan bau wangi yang ditimbulkan oleh minyak
atsiri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hydrocarbon dan oxygenated
hydrocarbon. Golongan oxygenated hydrocarbon merupakan senyawa yang lebih
banyak digunakan karena memiliki bau yang lebih wangi dibandingkan golongan
hydrocarbon. Selain itu, golongan oxygenated hydrocarbon ini juga mempunyai
nilai kelarutan yang lebih tinggi dalam alkohol encer serta lebih tahan terhadap
proses oksidasi dan resifinikasi.
Pada umumnya parfum mengandung 3 macam komponen yaitu: zat
pengikat, bahan pelarut atau pengencer, dan zat pewangi.
1. Zat Pengikat
Ketaren (1985) mengatakan bahwa pada umumnya zat pewangi dalam
alkohol lebih cepat menguap dibandingkan alkohol, sehingga wangi parfum
cepat hilang. Untuk menghindari peristiwa ini, maka perlu ditambahkan ke
dalam parfum suatu zat pengikat (fixatives). Pada umumnya zat pengikat yang
digunakan dapat berasal dari bahan nabati, bahan hewani, dan zat pengikat
fiksatif yang dibuat secara sintetis. Zat pengikat nabati dapat berasal dari
golongan gum, resin, lilin, atau beberapa jenis minyak atsiri bertitik didih
tinggi seperti minyak akar wangi, minyak nilam, dan minyak kayu cendana.
Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya
menguap lebih rendah daripada zat pewangi atau minyak atsiri dan dapat
menghambat penguapan zat pewangi. Ini berarti titik didih zat pengikat harus
lebih tinggi daripada titik didih zat pewangi. Hal ini bertujuan untuk
memfiksir bau dan mencegah agar komponen yang dapat menguap dapat
dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Penggunaan zat pengikat
berbau wangi harus dipilih sedemikian rupa sehingga menghasilkan bau
campuran yang harmonis (Ketaren, 1985).
Menurut Ketaren (1985), minyak nilam merupakan salah satu jenis
minyak yang dapat mengikat bau wangi (sebagai zat pengikat) sekaligus dapat
membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran. Sifat-sifat minyak
nilam antara lain : sulit tercuci, sukar menguap jika dibandingkan dengan
minyak atsiri lain, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan
minyak atsiri lainnya (Guenther, 1974). Komponen utama minyak nilam
adalah patchouly alcohol sekitar 30-40 % dan merupakan senyawa yang
menentukan bau minyak nilam(Nurdjannah dan Marwati, 1998).

2. Bahan Pelarut atau Pengencer


Bahan pelarut atau pengencer yang baik digunakan adalah etil alkohol
(C2H5OH). Fungsi bahan pengencer adalah untuk menurunkan konsentrasi zat
pewangi dalam parfum sampai pada konsentrasi tertentu, sehingga dihasilkan
parfum dengan intensitas bau wangi yang dikehendaki (Guenther, 1987).
Alkohol yang digunakan adalah etil alkohol murni yang disebut extra
neutral alcohol atau silent spirit. Alkohol jenis ini adalah etil alkohol murni
yang tidak mengandung kotoran berupa fraksi asam, aldehid, dan alkohol
suhu tinggi karena fraksi-fraksi tersebut dapat mencemari bau asli parfum.
Bau alkohol dapat dihilangkan dengan cara deodorisasi atau menambahkan
zat pengikat misalnya gum benzoin, sehingga dihasilkan alkohol tidak berbau.
Guenther (1987) menambahkan pelarut yang biasa digunakan adalah
etanol 95 % atau persentase air dalam etanol serendah mungkin. Hal ini
bertujuan agar minyak parfum dapat larut sempurna dalam pelarut sehingga
larutan tetap jernih.. Jika persentase minyak parfum diperkecil maka dapat
juga digunakan etanol 80-85 % atau kadang-kadang etanol 75 %.
Dalam penentuan mutu parfum, uji organoleptik merupakan salah satu
uji yang dapat dilakukan berdasarkan bau minyak wangi karena sampai saat
ini bau belum dapat ditentukan secara kuantitatif. Menurut Soekarto (1985),
penilaian dengan indera yang disebut juga penilaian organoleptik merupakan
metode yang banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan
langsung. Dalam beberapa hal, penilaian dengan indra bahkan melebihi
ketelitian alat yang paling sensitif.

3. Zat Pewangi
Minyak melati terdiri dari berbagai persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O). Komponen utama
persenyawaan minyak melati adalah benzil asetat (C9H10O2) dan d-linalool.
Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan dan memiliki
bau khas minyak melati. Absolut minyak melati bersifat lengket, jernih,
berwarna kuning coklat dan memiliki bau harum. Minyak melati mudah
berwarna menjadi lebih gelap. Apabila mengabsorpsi udara, akan
mengakibatkan perubahan bau alamiah, serta minyak menjadi kental dan
akhirnya membentuk resin. Sifat kimia minyak melati ditentukan oleh
persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tidak
jenuh, ester, asam, aldehid, dan beberapa persenyawaan lain yang termasuk
golongan oxygenated hydrocarbon seperti alkohol, eter, dan keton (Ketaren,
1985).
Sifat kimia minyak sereh wangi ditentukan oleh persenyawaan kimia
yang ada terutama oleh geraniol, citronellal dan citronellol. Ketiga
persenyawaan tersebut mengandung ikatan rangkap atau terpene dan
oxygenated hydrocarbon (aldehid dan alkohol). Perubahan sifat kimia
merupakan ciri dari kerusakan minyak sereh yang mengakibatkan terjadinya
penurunan mutu minyak sereh (Ketaren, 1985).
Tanaman lemon (Citrus limon (Linn.)) mengandung minyak lemon
pada kulit buahnya. Minyak lemon terdiri dari jenis yang berbeda-beda sesuai
dengan tempat atau daerah tanaman jeruk lemon dihasilkan. Jenis minyak
lemon tersebut adalah minyak lemon California, minyak lemon Italia, minyak
lemon spanyol, minyak lemon Brazil, minyak lemon Palestina. Perbedaan
minyak lemon terdapat pada sifat fisiko kimianya sedangkan minyak tersebut
memiliki kesamaan yaitu memiliki komponen yang sama walaupun dengan
komposisi yang berbeda.
Minyak cengkeh diperoleh dari tanaman cengkeh (Eugenia
caryophillus SPRENGEL). Minyak cengkeh berwarna kuning atau tidak
berwarna, berbentuk cair, dan warna menjadi gelap akibat penyimpanan. Pada
minyak cengkeh senyawa utama dalah eugenol dan senyawa yang
menimbulkan bau khas minyak cengkeh adalah metal-n-amil keton.
Komponen minyak sedap malam terdiri dari geraniol, nerol, farnesol,
benzil alkohol, metil benzoat, benzil benzoat, eugenol, metil salisilat, metil
anthranilat, asam butirat, asam fenil asetat, dan tuberrone. Senyawa geraniol
dan nerol merupakan senyawa alkohol yang berada dalam keadaan bebas atau
sebagai ester dari asam propionat dan asetat. Sedangkan metil salisilat dalam
minyak sedap malam hanya terdapat pada minyak bunga yang diekstraksi
dengan proses enfleurasi dan tidak terdapat dalam minyak bunga yang
diekstraksi dengan pelarut menguap (Guenther, 1952).
Srivanis et al. (1994) mengemukakan bahwa bau wangi yang
ditimbulkan dari minyak bunga sedap malam disebabkan oleh adanya grup δ
lactones. Parfum minyak sedap malam mengandung beberapa komponen
kimia seperti halnya absolut melati seperti eugenol, benzol benzoat, metil
antranilat, indol, metil jasmonat. Kandungan indol dalam bunga sedap malam
dari berbagai varietas (tunggal, ganda, hibrid tunggal, dan hibrid ganda)
bervariasi dan ada pada kisaran 0.36-2.15%.
III. METODOLOGI

A. ALAT DAN BAHAN


Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan parfum dan uji
mutu parfum adalah biang parfum (lemon, mawar, sedap malam, melati),
fiksatif (kemenyan dan minyak nilam), etanol, biang parfum lain (cengkeh,
pala, kayu putih). Sedangkan peralatan yang dibutuhkan adalah erlenmeyer,
pipet tetes, gelas ukur, kertas saring dan stopwatch/hp.

B. METODOLOGI
1. Pembuatan Parfum
 Siapkan biang parfum masing-masing 5 ml.
 Siapkan bahan fiksatif masing-masing 1 gram.
 Siapkan etanol p.a sebanyak 45 ml.
 Campurkan fiksatif ke dalam etanol p.a.
 Campurkan biang parfum 5 ml ke dalam campuran fiksatif dan etanol
p.a.
 Tetesi dengan sedikit biang parfum lain.
 Uji mutu parfum yang dihasilkan.
2. Uji Mutu Parfum
a. Spreadibility Test
 Siapkan kertas saring secukupnya.
 Tuangkan satu tetes kertas parfum di atas kertas saring.
 Amati hasil tetesan tersebut.
a. Diameter
b. Bau
c. Warna
b. Uji Spot
 Siapkan kertas saring secukupnya.
 Tuang 1 tetes parfum ke atas kertas saring.
 Jemur (sinar matahari) selama 10 menit.
 Amati hasil tetesan.
a. Diameter
b. Bau
c. Warna
c. Uji Kelekatan
 Lakukan seperti uji spot.
 Hasil tetesan kemudian dicelupkan ke aquades selama 5 menit.
 Keringkan kembali.
 Amati hasil tetesan
a.Bau dan perubahan bau.
b. Warna dan perubahan warna (bandingkan dengan hasil uji
spot).
d. Uji Daya Tahan Wangi
 Lakukan seperti uji spreadibility.
 Simpan dalam suhu ruang.
 Amati dan catat perubahan warna dan bau setiap satu jam hingga
bau dan warna hilang.
e. Uji Intensitas Bau
 Amati bau yang dihasilkan oleh parfum.
 Beri nilai untuk bau yang anda rasa.
5 = amat sangat intensif
4 = sangat intensif
3 = intensif
2 = sedikit
1 = sangat sedikit
f. Uji Kesegaran
 Amati rasa segar yang dihasilkan oleh parfum.
 Beri nilai yang sesuai
6 = amat sangat segar 2 = menyekat
5 = sangat segar 1 = sangat menyekat
4 = segar
3 = sedikit segar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM
Keterangan :
Kelompok 1 : Parfum Lemon
Kelompok 2 : Parfum Mawar
Kelompok 3 : Parfum Sedap Malam
Kelompok 4 : Parfum Melati

1. Spreadibility Test

Kelompo
Diameter (cm) Bau Warna
k
1 2.1 Sangat intensif Tidak berwarna
2 1.9 Sangat intensif Tidak berwarna
3 2 Sangat intensif Tidak berwarna
4 1 Sangat intensif Agak coklat

2. Uji Spot

Kelompo
Diameter (cm) Bau Warna
k
1 Sudah hilang (-) Tidak berbau Tidak berwarna
2 2 Intensif Tidak berwarna
3 2.2 Intensif Tidak berwarna
4 1.9 Intensif Kuning

3. Uji Kelekatan

Kelompok Perubahan Bau Perubahan Warna


1 Tetap tidak berbau Ada bercak
2 Dari intensif menjadi sedikit berbau Tidak berwarna
3 Masih intensif tapi sedikit berkurang Tidak berwarna
4 Dari intensif menjadi sedikit berbau Warna memudar

4. Uji Daya Tahan Wangi

Perubahan
Kelompok Waktu Perubahan Warna
Bau
1 25 menit Warna hilang Bau hilang
1 jam Tidak berwarna Sedikit bau
2 Bau sangat
2 jam Tidak berwarna
sedikit
30 menit Warna sudah hilang Sedikit bau
3
1 jam Warna sudah Hilang Tidak Berbau
4 Kurang dari 1 jam Tidak berwarna Tidak berbau

5. Tabel Uji Intensitas Bau


Panelis Minyak Minyak Minyak Minyak
Lemon mawar Sedap Malam Melati
1 4 5 3 4
2 4 4 4 3
3 4 5 4 4
4 4 4 3 3
5 4 5 5 4
6 3 3 3 3
7 4 5 3 3
8 4 4 4 4
9 5 4
Rata- 3.875 4.375 3.778 3.556
rata

6. Tabel Uji Kesegaran


Panelis Minyak Minyak Minyak Minyak
Lemon mawar Sedap Malam Melati
1 5 2 5 3
2 5 3 5 3
3 4 3 4 3
4 4 2 4 2
5 5 3 4 5
6 5 4 4 4
7 5 4 4 4
8 5 3 4 4
9 4 3
10 4 3
11 3 4
12 3 3
13 3 4
Panelis Minyak Minyak Minyak Minyak
Lemon mawar Sedap Malam Melati
15 3 3
16 3 4
17 3 5
18 3 5
19 3 3
20 3 3
21 3 3
22 3 3
23 3 3
24 3 2
25 3 3
26 3 3
27 3 2
28 3 3
29 2 3
30 2 3
31 2 4
32 2 4
33 2 3
34 2 2
35 2 3
36 3 4
37 3
38 2
Rata-rata 4.75 3 3.14 3.27

B. PEMBAHASAN
1. Spreadibility Test
Pengujian spreadibility bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kekentalan suatu campuran minyak atsiri atau parfum, bau, dan warna
yang diciptakan dari parfum tersebut. Dalam pengujiannya, parfum yang
akan diamati dimater, bau, dan warnanya tersebut diteteskan pada kertas
saring. Dari uji tersebut dapat diketahui tingkat kelarutan parfum pada
alkohol, dimana ditunjukkan dengan diameter yang dibentuk. Semakin
besar diameter yang dibentuk maka semakin besar kelarutannnya.
Dari hasil praktikum, nilai diameter yang terbentuk oleh parfum-
parfum yang dihasilkan semuanya mempunyai nilai yang berbeda. Nilai
diameter terbesar ditunjukkan oleh minyak lemon dengan diameter
sebesar 2.1 cm, diikuti oleh minyak sedap malam (2 cm), minyak mawar
(1.9 cm), dan nilai terkecil 1 cm untuk minyak melati. Dari nilai diameter
tersebut, minyak lemon mempunyai nilai kelarutan alkohol terbesar
seiring dengan semakin luasnya diameter yang terbentuk serta
kemampuan kelarutan alkohol terendah ditunjukkan oleh minyak melati.
Tingkat intesitas bau parfum yang dihasilkan semuanya sangat
intensif dengan aroma khas yang berbeda-beda. Bau yang dihasilkan
tergantung pada zat pewangi yang digunakan sebagai biang parfum.
Dalam pembuatan parfum kali ini, parfum yang dihasilkan ditambah
beberapa tetes biang yang lain. Penambahan biang menghasilkan bau
yang lebih kuat dan menghasilkan campuran yang lebih segar. Zat
pengikat yang dipakai dalam praktikum semuanya menggunakan
kemenyan yang ditumbuk. Kemenyan merupakan salah satu golongan
resin yang tidak mudah menguap pada suhu ruang sehingga mempunyai
kemampuan yang baik untuk mengikat zat pewangi yang mudah menguap.
Warna yang tergambar pada kertas saring menunjukkna warna
bening untuk minyak lemon, mawar, sedap malam, dan warna agak coklat
untuk minyak melati. Warna coklat yang dihasilkan oleh minyak melati
berasal dari komponen alami yang terkandung didalamnya. Minyak melati
yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan dan memiliki bau khas
minyak melati. Warna coklat yang dihasilkan dari campuran parfum juga
dapat dihasilkan oleh perubahan terpen yang terkandung dalam biang
menjadi resin yang berwarna coklat.

2. Uji Spot
Komponen utama parfum terdiri atas minyak atsiri (biang parfum),
zat fiksatif, dan pelarut. Salah satu parameter mutu parfum adalah
keberadaan spot yang ditinggalkan parfum pada bahan serat seperti kain
dan kertas. Uji ini berguna untuk mengetahui kemungkinan parfum
mengotori kain jika digunakan pada pakaian. Uji ini dilakukan dengan
meneteskan parfum ke kertas saring, kemudian mengamati warna,
diameter, dan bau tetesan setelah dikeringkan dengan sinar matahari
langsung selama 10 menit.

3. Uji Kelekatan
Uji kelekatan digunakan untuk mengetahui perubahan warna dan
bau setelah dicelupkan dalam aquades selama 5 menit dan dikeringkan
dengan panas matahari selama 10 menit. Uji kelekatan ini dilakukan
setelah uji spot, untuk kemudian diidentifikasi perubahan yang terjadi dari
warna dan bau pada kertas saring yang telah ditetesi parfum tersebut.
4. Uji Daya Tahan Wangi

Uji ini dilakukan untuk melihat intensitas wangi dari parfum


berdasarkan perubahan warna dan bau yang ditunjukkan oleh lamanya
waktu. Pengujian dilakukan sampai warna dan wangi/bau dari parfum
hilang. Daya tahan dari masing-masing parfum berbeda, tergantung dari
biang parfum, biang parfum tambahan, dan zat fiksatif yang digunakan.
Selain itu, daya tahan wangi parfum dapat juga disebabkan karena
senyawa dominan yang menyusun biang parfum, biang parfum tambahan,
dan zat fiksatif. Semakin banyak kandungan senyawa yang mudah
menguap dalam suatu biang parfum maupun dalam zat fiksatif, maka daya
tahan wangi parfum yang dihasilkan akan semakin rendah atau wangi
parfum tidak bertahan lama dan mudah menguap. Adanya reaksi antara
biang parfum, biang parfum tambahan, dan zat fiksatif setelah
pencampuran juga dapat berpengaruh terhadap kecepatan penguapan
wangi parfum dan daya tahan wangi parfum.

5. Uji intensitas bau


Uji intensitas bau merupakan salah satu uji yang dilakukan
terhadap mutu parfum secara organoleptik oleh sejumlah panelis. Wangi
yang dihirup oleh setiap panelis terhadap masing-masing contoh parfum
kemudian diekspresikan ke dalam angka dari 1-5, yang mengekspresikan
mulai dari kesan sangat kurang intensif, kurang intensif, intensif, sangat
intensif, dan amat sangat intensif.
Komposisi senyawa penyusun dari minyak atsiri yang dipakai
dalam pembuatan parfum sangat berpengaruh terhadap intensitas bau dari
parfum yang dihasilkan. Campuran yang cocok dari komposisi minyak
atsiri yang digunakan akan memberikan hasil yang lebih baik.
6. Uji Kesegaran
Uji kesegaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran suatu
parfum dengan cara manual menggunakan indera manusia, yaitu indera
penciuman. Pengujian kesegaran bau parfum dalam praktikum ini
menggunakan pengujian organoleptik. Kesegaran parfum yang dihirup
oleh setiap panelis terhadap masing-masing contoh parfum, kemudian
diekspresikan ke dalam angka dari 1-6, yang mengekspresikan mulai dari
kesan sangat menyengat, menyengat, sedikit segar, segar, sangat segar, dan
amat sangat segar.
Pengujian organoleptik dilakukan dengan menggunakan Uji
Hedonik (uji kesukaan) terhadap panelis (praktikan). Hasil uji hedonik ini
menunjukkan kesukaan seorang panelis terhadap bau wangi parfum
tertentu, sehingga apabila seorang panelis menyukai suatu bau parfum
tidak akan menjadikan panelis lain menyukai parfum yang sama. Uji
hedonik ini cenderung bersifat subyektif.

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. 1947. The Essential Oils. Vol. I dan II. D. Van Nostrand, New York.
Guenther, E. 1952. Essential Oil. Volume V. Van Nostrand Renhold, New York.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka, Jakarta.

Nurdjannah, N. dan Marwati, T. 1998. Penanganan Bahan dan Penyulingan


Minyak Nilam. Monograf Nilam. Balitro, Bogor.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Srivanis M., M. V. Chandravadana dan N. Murthy. 1994. Indole In Tuberose


(Polianthes tuberose) varieties. The journal of Essential Oil Research 6 (6)
p: 653 - 655.

Anda mungkin juga menyukai