Anda di halaman 1dari 10

Pengolahan Minyak Atsiri

Nadya Rizkita, S.T.,M.T

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS


NAHDLATUL ULAMA PASURUAN
Minyak atsiri merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh tumbuhan dengan ciri berupa cairan kental yang mudah menguap dan
mengeluarkan aroma. Seperti senyawa organik lainnya, minyak atsiri juga
merupakan senyawa hidrokarbon yang termasuk dalam golongan terpene
(monoterpene dan sesquiterpene), alkohol (monoterpene alkohol dan
sesquiterpene alkohol), ester, aldehida, keton, fenol, dll yang cenderung bersifat
hidrofobik.
Semua jenis minyak atsiri tidak tersusun atas sebuah senyawa tunggal,
tetapi merupakan campuran dari beberapa senyawa volatil dengan titik uap
rendah. Senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri memiliki efek yang mampu
mempengaruhi saraf pusat manusia sehingga dapat menciptakan efek psikologis
atau perasaan tertentu. Di bawah ini dijelaskan pengelompokkan dan sifat
fisikokimia minyak atsiri, serta faktor-faktor yang dapat merusak mutu minyak
atsiri
Pengelompokan minyak atsiri
Seperti telah disinggung di atas bahwa minyak atsiri berasal dari beberapa
golongan senyawa organik, tetapi secara umum ada dua kelompok utama
golongan minyak atsiri berdasarkan komponen kimia penyusunnya, yaitu
golongan hidrokarbon dan golongan senyawa teroksigenasi. Golongan
hidrokarbon terdiri dari beberapa golongan senyawa terpene, baik monoterpene,
sesquiterpene, maupun diterpene. Sedangkan yang termasuk golongan senyawa
teroksigenasi meliputi senyawa dengan gugus ester, aldehida, keton, alkohol, dan
fenol. Meskipun banyak dari golongan senyawa atsiri teroksigenasi ini adalah
senyawa terpene, terutama monoterpene, tetapi karena memiliki gugus
fungsigugus fungsi tersebut maka dimasukkan pada kelompok yang berbeda
1. Terpene
Minyak atsiri dari kelompok terpene biasanya memiliki aktivitas
farmakologis yang kuat seperti sebagai antiseptik, anti bakteri, anti
inflamatori, dan antiviral. Contoh dari kelompok ini antara lain limonene,
pinene, farnesene camphene, cadinene, dipentene, sabinene, cedrene,
myrcene, dll.
Limonene merupakan minyak atsiri kelompok terpene siklik yang terkenal,
di mana 90% dihasilkan dari tanaman jeruk. Limonene banyak
dimanfaatkan sebagai produk kosmetik, seperti untuk parfum, pengharum
sabun, lotion, serta untuk aromaterapi dan pengharum (fragrance) untuk
beberapa produk rumah tangga. Selain itu limonene juga dimanfaatkan
sebagai insektisida dan herbisida alami. Limonene termasuk minyak atsiri
yang stabil sehingga tidak terdekomposisi pada proses penyulingan pada
suhu tinggi.
2. Ester
Ester dihasilkan dari proses esterifikasi antara alkohol dengan asam. Gugus fungsi ester
sangat umum dijumpai pada senyawa minyak atsiri. Minyak atsiri golongan ester pada
umumnya memiliki efek relaksasi, sebagai contohnya adalah linalyl acetate yang dijumpai
pada berbagai bunga, seperti pada bunga lavender yang menjadi ciri khususnya serta
dijumpai juga pada beberapa bahan rempah.

3. Aldehida
Minyak atsiri dari golongan ini dicirikan dengan adanya gugus C-H-O yang sifatnya
reaktif. Beberapa minyak atsiri golongan aldehida memiliki efek menenangkan (sedative
effect) yang bekerja pada sistem saraf pusat. Contoh dari golongan ini adalah citral dan
citronellal yang memiliki aroma seperti lemon
4. Ketone
Contoh minyak atsiri dari golongan ketone adalah jasmone yang ditemukan pada minyak atsiri
bunga melati yang secara komersial digunakan sebagai parfum dan fragance pada berbagai
produk kosmetik. Contoh lain adalah thujone. Thujone memiliki aroma seperti mentol. Thujone
merupakan anggota yang paling toksik dari kelompok ketone, yang bersifat iritant yang
mempengaruhi kerja saraf pusat. Contoh minyak atsiri kelompok ketone lainnya antara lain:
camphor, menthone, carvone, dan pinacamphone.

5. Alkohol
Contoh minyak atsiri golongan alkohol antara lain menthol, citronellol, linalol, geraniol, farnesol, borneol,
terpineol, vetiverol, nerol, dll. Menthol diekstrak dari tumbuhan mint, yang berbentuk kristal bening.
Menthol dimanfaatkan pada berbagai produk dengan berbagai fungsi. Sebagai topical analgesic, menthol
digunakan untuk meredakan rasa sakit dan pegal dengan dikombinasikan dengan minyak atsiri lain seperti
camphor, minyak kayu putih, atau capsaicin untuk menghasilkan sensasi lebih pedas. Selain itu juga dipakai
pada luka bakar untuk memberikan efek dingin. Menthol juga bersifat decongestant (meredakan
tenggorokan dan dada), sehingga digunakan untuk beberapa produk pelega dada dan tenggorokan seperti
Vicks Vaporub. Pada produk makanan, seperti permen, menthol banyak diaplikasikan untuk memberikan
sensasi segar, selain diaplikasikan juga untuk beberapa produk pasta gigi dan mouthwash.
6. Fenol
Minyak atsiri kelompok fenol banyak dimanfaatkan untuk produkproduk pengharum
(fragrance) selain memiliki efek farmakologi sebagai antiseptik dan anti bakteria. Contoh
terkenal dari kelompok ini adalah eugenol, yang menjadi penyusun utama minyak cengkeh (80-
90%). Eugenol bukan berasal dari golongan terpene, tetapi phenylpropanoid karena merupakan
senyawa berfenol. Selain dimanfaatkan dalam pembuatan parfum dan sebagai bahan flavor
untuk berbagai makanan, eugenol juga dimanfaatkan sebagai senyawa penting dalam bidang
kedokteran gigi. Contoh senyawa lain yang termasuk minyak atsiri fenol antara lain: thymol,
carvacrol, safrole, apiol, dll.
Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak
yang mengakibatkan penurunan mutu. Beberapa proses yang dapat
mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak adalah:

1. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpene. Proses oksidasi minyak atsiri mengakibatkan perubahan bau dan dapat
menurunkan jumlah persenyawaan kimia tertentu dalam minyak atsiri. Untuk
menghambat atau menghindari proses oksidasi maka minyak atsiri harus dihindarkan
dari pengaruh sinar matahari, panas, oksigen, atau udara.

Oksidasi juga dapat menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin (karoten dan
tokoferol) dan asam lemak essensial dalam lemak.
2. Hidrolisa
Proses hidrolisa terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester.
Dengan adanya air dan asam sebagai katalisator, ester akan
terhidrolisa secara sempurna. Asam organik yang terdapat secara
alamiah dan yang dihasilkan dari proses hidrolisa ester, dapat
bereaksi dengan ion logam sehingga membentuk garam. Hal ini
mengakibatkan minyak atsiri berubah menjadi berwarna gelap.

3. Resinifikasi
Resin dapat terbentuk dari hasil polimerisasi aldehida atau persenyawaan tidak jenuh. Resin ini dapat terbentuk
selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi serta selama
penyimpanan.

4. Polimerisasi/Penyabunan
Minyak atsiri yang mengandung senyawa ester dan asam-asam organik dapat bereaksi
dengan basa (NaOH atau KOH) membentuk sabun.

20XX presentation title 9


Perubahan sifat kimia yang diakibatkan oleh beberapa proses di atas dapat terjadi
pada saat:
1. Penyimpanan bahan: Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran
bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan
secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup
tinggi. Oleh karena itu bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2. Proses ekstraksi, distilasi, dan pengepresan


• Proses ekstraksi Perubahan sifat kimia yang teIjadi selama proses ekstraksi terutama
disebabkan karena suhu yang terlalu tinggi.
• Proses distilasi Perubahan sifat kimia yang terjadi selama proses distilasi terutama
disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu yang terlalu tinggi.
• Proses pengepresan Perubahan sifat kimia yang terjadi selama proses pengepresan
terutama disebabkan karena minyak hasil pengepresan langsung berkontak dengan
udara.

Anda mungkin juga menyukai