BAB I
PENDAHULAUN
A. LATAR BELAKANG
Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa
aroma (aroma
(aroma compound ),
), fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi
untuk tubuh manusia, obyek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan
minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum, Eau de
parfum,
parfum, Eau de toilette,
toilette, atau Eau de Cologne.
Cologne. Kata `parfum` berasal dari bahasa Latin `per
asap` yang berarti melalui asap. Parfum mulai dibuat di Mesir kuno, kemudian, diperbaiki
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang
dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk keduanya. Kata parfum sendiri berasal dari
Mesopotamia kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang
menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk
membuat wewangian. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-15 parfum mulai dicampur
minyak dan alkohol. Meskipun demikian, parfum baru mengalami kemajuan pesat pada abad
ke-18 dengan munculnya beragam aroma wewangian dan botol yang indah
Dalam 20 tahun terakhir ini terdapat peningkatan yang pesat pada jumlah produksi
parfum (Albano, Goodelman, Kunes, & O’Rourke 2010). Bahkan industri parfum
diperkirakan dapat memperoleh hasil penjualan tahunan sebesar 25-30 juta dollar (NYtimes,
2009). Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat akan parfum yang semakin
penelitian Borgave & Chaudari (2010), konsumen merasa lebih baik dan merasa lebih
(2010), adalah konsumen menilai wangi parfum berada di urutan pertama yang
dipertimbangkan pada saat akan membeli parfum. Urutan selanjutnya adalah merek, harga,
Peneliti memilih judul ini karena indonesia memiliki banyak tanaman penghasil minyak
atsiri, dalam dunia industry parfum, bahan utama pembuatan parfum adalah minyak atsiri.
Oleh karena itu Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan industry parfum, pada
praktikum ini akan dilakukan pembuatan parfum dari berbagai biang parfum yang berasal
dari ekstrak tanaman penghasil minyak atsiri serta melakukan analisis mutu terhadap parfum
A. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN
2. Untuk mengetahui kualitas parfum yang di buat dari ekstrak buah pepaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PARFUM
1. Sejarah Parfum
Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu - kata "parfum" berasal dari bahasa
Latin per fume artinya "melalui asap". Salah satu kegunaan parfum tertua berupa bentuk
pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam pelayanan keagamaan,
seringkali untuk aromatik gums, kemenyan dan mur, dikumpulkan dari pohon.
oleh Cina kuno, Hindu, Israel, Carthaginians, Arab, Yunani, dan Romawi. Penggunaan awal
dari botol parfum adalah di Mesir sekitar 1000 SM. Mesir menemukan gelas dan botol
2. Tingkat Konsentrsi
Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak esensial/murni (baik
yang alami ataupun sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil yang
mungkin akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika digunakan
langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak esensial, membantu mereka
menyebar ke udara. Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran
minyak parfum adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat
diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak kelapa
de Cologne
Semakin tinggi jumlah persentase senyawa aromatik, maka intensitas dan aroma yang
tahan lama tercipta. Perfumeries yang berbeda menetapkan jumlah yang berbeda dari minyak
untuk masing-masing parfum mereka. Oleh karena itu, meskipun konsentrat minyak parfum
dalam pengenceran Eau De Parfum (EDP) selalu akan lebih tinggi daripada parfum yang
sama dalam bentuk eau de toilette (EDT) di dalam kisaran yang sama, jumlah yang
B. PEPAYA
bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan , dan kini menyebar luas dan banyak
ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis
"papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa arawak, "papaya".
Dalam bahasa jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa sunda "gedang".
5
Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda
dimasak sebagai sayuran. Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail
buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya
muda dimakan sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan
pembungkus butil. Oleh orang Manado, bunga pepaya yang diurap menjadi sayuran yang
biasa dimakan. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah)
mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan
mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi
komoditas dagang. Untuk memproduksi papain, bahan baku yang perlu dipersiapakan adalah
getah pepaya. Sementara bahan penolongnya berupa air dan sulfit. Air digunakan sebagai
pengencer getah pepaya, sedangkan sulfit digunakan sebagai pelarut bahan kimia.
Pengambilan getah buah dilakukan pada buah yang sudah berumur 2.5-3 bulan. Buah
yang sedang dalam masa penyadapan harus tetap tergantung pada batang pokoknya.
Penyadapan dilakukan sampai tujuh kali dengan inte rval penyadapan empat hari, maka waktu
yang diperlukan untuk penyadapan adalah sekitar 28 hari. Waktu yang tepat untuk menyadap
adalah pagi hari sebelum matahari terbit atau sore hari sebelum matahari terbenam Daun
pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
dicapai melalui eksperimentasi serta perbaikan alat dan perangkatnya secara terus menerus.
Banyak mesin yang berlainan yang harus diuji coba sebelum versi finalnya menjadi alat
1. Maceration: Merupakan teknik yang paling kuno, yakni penyatuan antara wewangian dan
lemak melalui pemanasan. Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan
dalam keadaan hangat. Alat yg digunakan dan proses pencampuran bunga dengan lemak
sama seperti pada enfleurage. Kebaikan cara ini adalah daya absorbsi lemak terhadap bau
mengalami kerusakan dengan panas, sehingga cara ini jarang digunakan. Dilakukan terhadap
beberapa jenis bunga: mawar, orange, yang kegiatan fisiologisnya terhenti setelah pemetikan.
Bunga tersebut jika disuling hanya menghasilkan sejumlah minyak yang diproduksi oleh
bunga pada saat ekstraksi dan seterusnya akan mati dan tdk memproduksi minyak.
2. Enfleurage: Pada proses ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilaku kan pada suhu
rendah, sehingga minyak terhindar da ri kerusak an yang disebabkan panas. Metode ini
banyak diterapkan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga seperti: melati,
ekstraksi sedap malam, mawar, yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan
memproduksi minyak setelah bunga dipetik. Proses ini menghasilkan rendemen minyak lebih
tinggi, kelemahannya memerlukan waktu lebih lama, membutuhkan tenaga trampil dan
berpengalaman Menyatukan wewangian dan minyak tapi dengan cara yang berbeda, yakni
penyerapan wewangian melalui lemak dan benzoin. Cara ini dapat menghasilkan parfum
setara bunga.
3. Distilasi atau penyulingan: proses pemisahan komponen berupa cairan atau padatan dari
2 macam campuran atau lebih berdasarkan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap
minyak atsiri yang tidak larut dalam air dan tidak rusak oleh uap. Kelemahan distilasi adalah
Tidak baik digunakan untuk jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh panas dan air.
Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air dan panas.
Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat diekstraksi. Komponen minyak dengan
titik didih tinggi, sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tinggal dalam bahan. Berbagai bahan
7
wewangian dilumatkan dan dimasukkan kedalam mesin penyuling, lalu dicampur dengan air
dan dipanaskan hingga mendidih. Melalui pipa leher angsa, uapnya didinginkan dan menjadi
cairan: air terletak dibagian bawah, sedangkan esensnya yang berupa minyak mengambang
4. Ekstraksi: Mengingat tidak semua bunga atau tanaman dapat didistilasi, misalnya mawar
centifolia, narcissus, atau mimosa. Maka para ahli mengembangkan teknik ekstraksi. Bahan-
bahan parfum tidak dilumatkan tapi dicampur dengan air dan diputar berulang-ulang hingga
mengeluarkan pelarut. Pelarut ini kemudian ke ruang hampa udara, dipanaskan, dijadikan uap
beberapa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus,
karena minyak dari tanaman citrus akan mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan
penyulingan. Dengan tekanan pengepresan, sel-sel yang mengandung minyak akan pecah dan
minyak akan mengalir ke permukaan bahan Contoh: Minyak lemon, Minyak bergamot (kulit
jeruk mandarin)Adalah teknik terakhir. Cara ini digunakan untuk mengekstraksi minyak
citrus dan buah-buahan semacam jeruk orange, lemon, dan mandarin. Minyak alami dari
buah-buahan ini terdapat dalam kelenjar kecil dibagian kulitnya. Dengan pengupasan dan
pemerasan, minyak yang merupakan esens wewangian dan air itu dapat keluar. Prinsip yang
media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan bahan kimia
dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya. Namun dari beberapa
8
analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam produk wangian adalah bahan
kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzena, aldehid atau
zat yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang menangani
masalah kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka
ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah
kloroform yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah
diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi.
Selain itu juga terdapat pengharum yang beraroma musk, yang dicurigai
mengakibatkan sakit kepala dan juga bersifat karsinogenik meskipun pada kandungan yang
lemah. Berdasarkan riset dari FDA pada tahun 1968-1972, bahan kimia seperti alfa-terpineol,
benzil asetat, benzil alcohol, limonin, lioanalol yang sering terdapat dalam kosmetik, bahan-
bahan ini dicurigai sering memberikan efek samping pada kulit pemakai.
Menurut Michelle Schoffro Cook, ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus penulis
buku kesehatan populer, mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia berbahaya yang menjadi
bahan dasar pembuatan wewangian di parfum. Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis
yang diperoleh dari bahan petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang
bisa merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan, terdapat juga kandungan karsinogen
(bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini amat mengejutkan, karena
hampir semua wanita, bahkan pria mengenakan parfum. Siapa sangka, banyak bahan kimia
yang terkandung dalam parfum atau wewangian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan
Jika Anda bisa mencium aroma parfum, itu karena bahan molekul sintesis yang
beracun dari parfum masuk lewat saluran pernapasan, yang langsung memberikan jalan
menuju otak. Yang juga berbahaya, meskipun tidak mencium aromanya, Anda tetap
Karena itu, otak atau organ tubuh paling vital ini bisa terganggu akibat aroma parfum
ini. Sebenarnya, otak dilindungi oleh mekanisme yang tak bisa ditembus zat berbahaya.
Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya bisa melindungi otak. Penelitian baru-baru ini
menunjukkan system ini dapat membiarkan sejumlah racun lingkungan, termasuk yang
terkandung dalam parfum yang dapat masuk ke otak. Dan, jika sudah masuk ke dalam otak,
beberapa racun baru bisa dihilangkan dalam waktu lama dan dengan pengobatan intensif.
Kerusakan otak bisa berupa peradangan dan munculnya plak otak. Keduanya merupakan
Beberapa bahan kimia yang biasa terkandung dalam parfum, antara lain ethanol,
benzaldehyde, benzyl acetate, a-pinene, acetone, benzyl alcohol, ethyl acetate, linalool, a-
terpinene, methylene chloride, a-terpineol, camphor, dan limonene. Memang, sebagian dari
bahan ini memang tidak berbahaya bagi tubuh. Tapi, sebagian lagi bisa menyebabkan otot
tubuh tegang, lebih mudah marah, asma, sakit persendian, kelelahan, tenggorokan gatal, sakit
Jadi, aroma parfum atau wewangian tubuh lainnya yang dianggap bisa membuat
pemakainya lebih atraktif, ternyata juga bisa mengganggu kesehatan. Setidaknya, untuk
menyeimbangkan racun yang masuk ke dalam tubuh, sebaiknya Anda lindungi tubuh dengan
asupan makanan yang mengandung antioksidan tinggi, seperti buah-buahan dan s ayuran.
Salah satu ciri keracunan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terdapat dalam zat
pewangi yang ditambahkan dalam suatu produk pembersih dan kosmetik adalah asma,
kanker, cacat janin pada bayi dalam kandungan, keguguran, gangguan pada syaraf, seperti
Parkinson , alzeimer, dll. Identifikasi ini dapat ditemukan baik dalam jangka panjang atau
pendek
Pada tahap awal keracunan dapat diidentifikasi melalui reaksi seseorang terhadap
suatu produk tertentu yang dicurigai mengandung bahan pewangi sintetik yang mengandung
10
zat kimia yang berbahaya. Walaupun pada tahap ini hanya sebagian orang yang sensitif yang
menunjukkan tanda-tanda keracunan, sama bentuknya seperti seseorang yang alergi terhadap
debu. Sedangkan sebagian individu yang lain bisa jadi tidak menunjukkan reaksi apapun pada
tahap awal pemakaian produk. Namun pada pemakaian produk yang sama dalam jangka
waktu lama dan berulang-ulang barulah terlihat gejala keracunan dengan kondisi yang akut
dan sulit disembuhkan seperti kanker atau penyakit berat lainnya. Produk yang dapat
memberikan efek langsung kepada pemakai sehingga dapat diidetifikasi tanda keracunan
adalah produk yang biasanya berkontak langsung dengan sistem pernafasan, seperti
pengharum ruangan, colone, minyak wangi semprot, hairspray, kuteks, dan lain-lain . Efek
akan lebih berbahaya terutama pemakaian yang bersifat semburan pada bagian tubuh dalam
bentuk gas, sehingga terjadi kontak langsung pada sistem pernafasan mulai dari bagian
hidung, faring, laring, paru-paru dan seterusnya keanggota tubuh bagian lain yang disalurkan
melalui sistem peredaran darah. Untuk produk yang digunakan pada bagian luar yaitu pada
kulit seperti sabun, shampoo, krim pencukur, pemutih pakaian, detergen, pelembut pakaian,
dan lain sebagainya proses keracunan terjadi saat produk yang dipakai menyerap pada pori-
pori kulit dan memasuki aliran darah dan seterusnya pada bagian anggota tubuh bagian
dalam.
Dibawah ini table bahan kimia dan efek samping yang biasa di rasakan oleh manusia,
yang terkandung dalam produk rumah tangga dan kosmetik yang mengandung parfum atau
pewangi seperti minyak wangi, deodorant, colone, penyegar udara, sabun pencuci piring,
Jeruk , Fruity- Limonin > kanker, peradangan pada mata dan kulit
11
173
Lavender-
Linalool 10-
Lavender fragrance 93- Gangguan pernafasan
50%
054
Spearmint oil
Pepermint Karvon > 50% Menyebabkan peradangan pada mata dan kulit.
660
Spring
5975
Linalil asetat,
50%
Bunga- Bouquet Floral Benzal asetat Kanker pankreas, peradangan mata, saluran
pertahanan badan.
Siklopentana(g)-2-
Peradangan pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
benzopiran
kesemutan..
Etil asetat Sakit kepala, kulit kering dan pecah-pecah, kekurangan darah,
13
pernafasan
Hidrosinamaldehid, p-tert-
Pingsan, sulit bernafas, gangguan sistem reproduktif pada pria
butil-alfa-metil
Phenol, 2,60bis(1,1-
Gangguan pada janin dan sistem reproduksi.
dimetileti)-4-metil
kerusakan ginjal.
bernafas.
Tanda Keracunan
Pada umumnya keracunan zat pewangi di tandai oleh beberapa gejala berikut
berdasarkan departemen kesehatan di Kanada (tahun 1990) yaitu mata berair, penglihatan
berganda, bersin, sesak nafas, alergi ringitis, sinusitis, tinunitus, pusing, vertigo, batuk,
bronkitis, sulit bernafas, sesak nafas, asma, anafilaksis, migrain, disorientasi, kehilangan
14
ingatan bertahap, ketegangan, alergi akut, kemurungan, perubahan tingkah laku, memar pada
kulit, peradangan otot dan sendi, sakit, lemah, denyutan jantung yang tidak teratur atau lebih
cepat. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk membaca label pada produk yang akan dibeli
untuk mengetahui kandungan kimia yang digunakan apakah zat yang terkandung cukup aman
untuk manusia, dan sebaiknya jauhkan pemakian produk yang mnegandung zat kimia yang
berbahaya pada anak-anak dan juga ikuti cara pemakaian dan keselamatan pada kemasan
yang tertera.
Dilakukan dengan mengamati tetesan parfum pada kertas saring yang meliputi
Secara umum, uji spot hampir sama dengan uji spreadibilitas. Perbedaanya adalah pada
uji spot setelah ditetesi parfum, kertas saring yang ditetesi tersebut dijemur terlebih dahulu di
bawah sinar matahari selama 10 menit sebelum diamati. Parameter yang diamati sama
dengan uji spreadibilty yaitu diameter bau dan warna. Penjemuran pada uji spot berfungsi
untuk melihat sifat fisik minyak atsiri yang tertinggal setelah proses pengeringan, karena
pada beberapa minyak atsiri setelah beberapa saat menempel pada permukaan maka akan
c. Uji kelekatan
uji spot maka kertas saring tersebut dicelupkan ke dalam aquades selama 5 menit. Pencelupan
tersebut dilakukan pada daerah yang ditetesi oleh parfum kemudian dikeringkan. Parameter
yang diamati adalah bau dan warna saja. Parameter tersebut dibandingkan dengan uji spot .
15
Hasil yang didapatkan bahwa setelah perendaman terdapat beberapa kelompok yang
mengalami perubahan terhadap parameter bau. Perubahan bau yang dihasilkan tersebut bisa
konsentrasi bau menjadi berkurang atau bau yang dominan dari 2 campuran biang parfum
Mirip dengan uji spreadibilitas, tapi tetesan pada kertas saring dalam uji di simpan pada
suhu ruangan dan di amati perubahan aroma dan warnanya tiap 1 jam hingga bau dan
warnanya hilang.
Uji tersebut dilakukan dengan uji organoleptik yang melibatkan 24 panelis. Panelis
tersebut berasal dari praktikan golongan praktikum atsiri. Uji organoleptik yang dilakukan
adalah uji mutu hedonik. Hal ini disebabkan karena kita ingin mengetahui keintensifan suatu
f. Uji kesegaran
Uji ini dilakukan untuk menentukan tingkat kesegaran dari suatu parfum.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Gelas Ukur
2. Pipet Tetes
3. Botol Parfum
4. Kertas Saring
5. Tabung Reaksi
1. Biang Parfum
2. Alkohol
3. Fixaktiv
4. aquades
a) Uji Speraedibility
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang ke atas kertas saring teteskan
Kertas saring disiapkan lalu satu tetes parfum dituang. Kemudian dijemur di bawah
sinar matahari selama 10 menit. Hasil tetesan diamati (diameter, bau, warna.
c) Uji Kelekatan
Prosedur awal sama seperti uji spot, lalu hasil tetesan di celupkan ke dalam aquades
selama 5 menit dan di kerinkan kembali. Hasil di amati terhadap bau dan perubahan bau,
warna dan perubahan warna, serta di bandingkan hasilnya dengan uji spot.
17
Prosedur awal sama seperti uji spreadibility, lalau di simpan dalam suhu ruang. Hasil di
amati dan catat perbahan warna dan bau setiap 1 jam hingga bau dan wangi hilang.
Bau yang di hasilkan parfum diamati, kemudian di berikan skor terhadap bau yang di
Sangat intensif
Intensif
Sedikit
Sangat sedikit
f) Uji Kesegaran
Rasa segar yang di hasilkan parfum diamati, kemudin di berikan skor terhadap
Sangat Segar
Segar
Sedikit Segar
Menyengat
Sangat menyengat
18
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Pengamatan
Analisa
Diameter Bau Warna
Pengamatan
Pengamatan
Analisa Sebelum 1 jam pada suhu ruang Setelah 1 jam pada suhu ruang
Uji Daya
Tidak Tidak Tidak
Tahan 2,00 Wangi -
Berwarna Berbau Berwarna
Wangi
19
Uji Intensitas
Amat
Sangat Cukup Sangat
No Nama Sangat Intensif
Intensif Intensif Menyengat
Intensif
1 Rahayu dwiningsih
2 M. Tri sultana
3 Vedwi yolanda
5 Wahyuni lestari
6 Husnul fatimah
7 Muh. Muaffiq
8 Muh. Syahrun
9 Muh. Syarfanil
10 Muh. Fajar
20
Uji Kesegaran
Amat
Sangat Sangat
No Nama Sangat Segar Menyengat
Segar Menyengat
Segar
1 Rahayu dwiningsih
2 M. Tri sultana
3 Vedwi yolanda
5 Wahyuni lestari
6 Husnul fatimah
7 Muh. Muaffiq
8 Muh. Syahrun
9 Muh. Syarfanil
10 Muh. Fajar
21
B. PEMBAHASAN
22
BAB V
A. KESIMPULAN
Terdapat lima metode untuk menghasilkan parfum, yaitu maserasi, enfleurasi, distilasi,
ekspresi, dan maserasi & pencampuran konsentrat dengan alkohol. Pada praktikum ini
digunakan teknik pencampuran konsentrat dengan alkohol dengan campuran biang parfum
dan fiksatif.
Analisa mutu parfum terdiri dari enam pengujian, yaitu uji spreadibility, uji spot, uji
kelekatan, uji daya tahan wangi, uji intensitas bau, dan uji kesegaran.
B. SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Ames, G.R., Matthews, M.S. A. 1968. The Destilation Of Essential Oil. Tropical
Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur: Jilid satu, Edisi Kelima.