Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia komunikasi adalah suatu hal yang penting untuk bisa
melakukan relasi dengan lingkungan manusia itu sendiri, yang dimana hal ini dilakukan untuk
menjalin hubungan yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri, maupun
orang lain. Komunikasi juga berarti penyampaian atau pertukaran pesan atau informasi
melalui pembicaraan, tulisan, ataupun perilaku antara dua orang atau lebih

Dalam komunikasi terdapat istilah empati dan simpati, simpati adalah respon dengan
merasakan apa yang dialami orang lain baik itu perkataan, perbuatan maupun penampilan.
Respon simpati ini berupa melakukan sesuatu yang menurut diri orang yang bersimpati itu
sendiri baik dan benar. Sedangkan. empati adalah memahami orang lain dengan sudut
pandang dan cara berpikir orang lain itu sendiri, tetapi di sini bukan turut larut dalam perasaan
maupun keadaan orang lain. Empati bukan hanya perasaan, tetapi juga perilaku ataupun
perbuatan. Empati biasanya bukan hanya dengan pemberian support, namun dibarengi dengan
pemberian materi atau barang

1.2. Identifikasi Istilah

- (negatif)

1.3. Rumusan Masalah

Seorang remaja yang ingin merahasiakan kehamilannya

1.4. Ssaran Pembelajaran

1. Mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan seorang dokter

2. seorang dokter wajib untuk melakukan komunikasi efektif terhadap pasien

3. seorang dokter harus menghormati hak pasien


1.5. Mind Mapping

Hubungan Etika Dokter


dokter pasien

Tindakan solusi Kewajiban

Empati Hak Pasien

1.6. Hipotesis

Dokter merahasiakan hasil pemeriksaan pasien, dan itu melanggar kode etik yang
terikat degan kerahasiaan pasien yang harus dijaga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Contoh Kasus

Skenario 1

Seorang remaja peremuan berusia 18 tahun memriksakan diri ke dokter keluarganya,


dengan mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan urin menunjukan bahwa dia positif hamil.
Ia minta dokter untuk tidak memberitahukan kehamilannya kepada ibunya, karea khawatir
diusir dari rumahnya. Tak lama kemudian, ibu remaja itu menelpn dokter, menanyakan hasil
pemriksaan putrinya dan meminta kepastian apakah anaknya hamil.

2.2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain(1). Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-
gerik tubuh atau menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
dan mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal(2).
Didalam komunikasi juga ada istilah empathy dan sympathy. yaitu :

1. Empathy, adalah memahami orang lain dengan sudut pandang dan cara berpikir orang
lain itu sendiri, tetapi di sini bukan turut larut dalam perasaan maupun keadaan orang
lain. Empati bukan hanya perasaan, tetapi juga perilaku ataupun perbuatan. Empati
biasanya bukan hanya dengan pemberian support, namun dibarengi dengan pemberian
materi atau barang.

2. Sympathy, adalah respon dengan merasakan apa yang dialami orang lain baik itu
perkataan, perbuatan maupun penampilan. Respon simpati ini berupa melakukan
sesuatu yang menurut diri orang yang bersimpati itu sendiri, baik dan benar.
2.2.1 Komunikasi Dokter Pasien

Komunikasi dokter-pasien merupakan hubungan antar manusia, lebih dikehendaki


hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia. Jadi hubungan dokter yang semula
bersifat patemalistik akan bergeser menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling
mengisi dan saling ketergantungan antara kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu
kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien,
terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga
pola hubungan, yaitu:

1. Activity – passivity.

Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi
kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah
dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien. Biasanya
hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang
tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat.

2. Guidance – Cooperation.

Hubungan membimbing-kerjasama, seperti hainya orangtua dengan remaja.


Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi
baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki
perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan
bersedia bekerjasama. Walau pun dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata-
rna ta menjalankan kekuasaan, namun meng harapkan kerjasama pasien yang
diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

3. Mutual participation.

Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki


martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara
kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien
secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak
dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang
rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.(3)
2.2.2. Rintangan Dalam Kmunikasi

1. sifat pasif atau dominasi dari dokter


2. penyingapan diri yang berlebihan
3. sikap interogatif / pemeriksaan yang ketat
4. perasaan tidak nyaman dari dokter
5. membatasi topik diskusi
6. memberi kepastian palsu kepada pasien
7. menanggapi dengan khotbah, ceramah, nasihat
8. merendahkan / sanjungan tidak tulus kepada pasien
9. konfrontasi sebelum ada empati
10. penggunaan taktik menekan untuk mempercepat solusi, atau kemajuan pasien

2.3 kewajiban Dokter

1. Menghormati hak pasien


2. Rahasia jabatan
3. Informasi tindakan
4. Meminta persetujuan pasien
5. Terapi
6. Rekam

2.4. kode Etik

kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila
ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang didasari
kesusilaan. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata
cara sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
2.5. kode Etik Kedokteran

Etik kedokteran dilandaskan atas norma-norma etik, dan asas asas yang mengatur
hubungan manusia pada umumnya, khusus di indonesia asas itu adalah pancasila yang diakui
sebagai landasan idiil dan undang-undang 1945 sebagai landasan struktural,

Dalam undang-undang telah tercantum peraturan tentang dokter menjaga rahasia


pasien pasal 12 yaitu “ Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia “.

berdasarkan Permenkes No 269/Menkes/Per/III/2008,kerahasiaan pasien dapat dibuka


kepada pihak tertentu seperti diberikan kepada aparat penegak hokum berdasar perintah
pengadilan atau kepada instansi/instuti lain guna kepentingan penelitian, pendidikan, atau
audit medis.

2.6. Solusi

Dokter diwajibkan untuk menjaga rahasia pasien yang dimana ada dalam pasal 12
kode etik kedokteran yang berbunyi “setiap dokter wajib merahasiaka seala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien” namun dalam situasi dan kondisi tertentu jika pasien
memang bisa disembuhkan/dipulihkan jika diberitahu kepada orang tertentu, contohnya
keluarga dan orang yang diberitahu itu, harus diberikan informasi yang tepat sehingga tidak
terjadi tindakan yang menyeleweng
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Seorang dokter dalam melakukan komunikasi harus menggunakan empati dan tidak
boleh menggunakan simpati, yang bertujuan untuk tidak larut dalam perasaan pasien yang
mengalami kejadian kurang mengenakkan sehingga tidak mengganggu efektivitas kerja
seorang dokter, dan juga seorang dokter harus melaksanakan kode etik kedokteran yang
didasarkan oleh pancasila dalam negara indonesia yang bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya pelanggaran hukum dalam etika dan disiplin
DAFTAR PUSTAKA

1. Komala, Lukiati.(2009).” Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks”.


Bandung: Widya Padjadjaran
2. Ruben Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior.
United States: Allyn and Bacon
3. Budiyanto, “hubungan dokter pasien”, jakarta : wordpress ; 2009
RAHASIA PASIEN

Billy Alexander Setiawan

102019024

A1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Billy.102019024@civitas.ukrida.ac.id

Anda mungkin juga menyukai