Anda di halaman 1dari 21

PENGOLAHAN SINYAL

Sensor dan Tranduser

[LOGO POLSRI]

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Oleh :

Nama Anggota:
1. Devi Triana Sari 061830320212
2. Mohd Yoga Yudistira 061830320221
3. M Muflih 061830320224
4. Shafira Ramadhani 061830320229

Kelas : 3 EB

Dosen Pembimbing : Dr. RD Kusmanto, S.T., M.M.

Politeknik Negeri Sriwijaya


Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika
Tahun 2019
Politeknik Negeri Sriwijaya

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Sensor dan Akuator dengan judul “Sensor dan Tranduser”.

Makalah ini berisi mengenai materi-materi berkaitan dengan sensor dan


tranduser yang sangat berguna bagi kemajuan IPTEK di masa sekarang ini. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun mengambil berbagai ilmu dari berbagai
sumber untuk dikemas menjadi satu kesatuan yang rinci dan detail sehingga
mudah untuk dipahami pembaca. Tentulah hambatan dan rintangan ada dalam
penyusunan makalah ini, namun berkat kesabaran dan ketelitian penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Masih perlu
perbaikan, segala kritik dan saran ataupun masukan senantiasa penyusun terima
dengan baik untuk perbaikan penyusunan makalah kedepan. Semoga makalah
yang telah tersusun ini dapat berguna bagi pembaca dan bias menambah wawasan
terkait dengan sensor dan tranduser.

Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Palembang, 7 Oktober 2019

Penulis
Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................1

Kata Pengantar ..............................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................3

Bab I. Pendahuluan

I.1 Latar Belakang ...........................................................................4


I.2 Rumusan Masalah ......................................................................4
I.3 Tujuan ........................................................................................5
I.4 Manfaat ......................................................................................5

Bab II. Pembahasan

II.1 Proteksi .....................................................................................6


II.2 Jemabatan Wheatstone ............................................................. 7
II.3 Modulasi lebar pulsa ................................................................ 9
II.4 Pembanding .............................................................................. 15
II.5 Pengkode .................................................................................. 15
II.6 Konverter Analog ke Digital .................................................... 15
II.7 Konverter Digital ke Analog .....................................................17

Bab III. Penutup

III.1 Kesimpulan.............................................................................

Daftar Pustaka..............................................................................................
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era modern seperti saat ini muncul berbagai masalah yang sangat
beragam. Salah satu masalah yang terjadi adalah masalah perkembangan
teknologi yang perkembangannya sangat pesat. Berbagai inovasi dan kreativitas
dituangkan menjadi suatu alat ataupun piranti lunak untuk membantu
memudahkan aktivitas keseharian manusia. Dengan disusunnya makalah ini
difokuskan membahas mengenai sensor dan tranduser yang penggunaannya sudah
sangatlah banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Sensor sendiri ada banyak jenis dan modelnya, begitupun dengan
tranduser. Salah satu contoh adalah sensor suhu yang kerjanya dipengaruhi oleh
suhu, sensor air yang kerjannya dipengaruhi oleh air, sensor cahaya yang kerjanya
dipengaruhi oleh cahaya, dan sebagainya. Tanpa adanya pengaplikasian sensor
dan tranduser mungkin pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah
akan mudah seperti saat ini.
Untuk lebih jelasnya berkaitan dengan sensor dan tranduser akan dibahas
didalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Apa yang dimaksud dengan proteksi, Konversi dan modulasi lebar pulsa?
2. Apa saja yang di perlukan untuk proteksi rangkaian?
3. Apa yang di maksud dengan wheatstone Bridge?
4. Apa yang di maksud dengan modulasi lebar pulsa?
5. Apa saja yang terdapat dalam perangkat konversi data?
Politeknik Negeri Sriwijaya

1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari proteksi, konversi dan modulasi lebar pulsa
2. Mengetahui komponen yang di perlukan untuk poteksi rangkaian
3. Mengetahui pengertian dari wheatstone Bridge
4. Mengetahui pengertian dari modulasi lebar pulsa
5. Mengetahui [erbedaan dari Analog Digial Converter dan Digital Analog
Converter.

1.4 Manfaat

Sebagai referensi bahan ajar untuk mata kuliah sensor, tranduser atau
signal processing.
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II

PEMBAHASAN

Protection, conversion and pulse width modulation

1. Proteksi

Dalam banyak situasi sensor atau transduser memberikan sinyal keluaran yang
sangat tinggi seperti arus tinggi atau tegangan tinggi yang dapat merusak elemen
berikutnya dari sistem kontrol seperti mikroprosesor

1.1 Proteksi dari arus tinggi


Arus tinggi untuk mengalir dalam sistem kontrol sensitif dapat dibatasi
oleh:
 Menggunakan serangkaian resistor
 Menggunakan switch untuk memutus rangkaian jika nilai saat ini melebihi
nilai yang telah ditetapkan atau aman

1.2 Proteksi dari tegangan tinggi


Rangkaian dioda Zener banyak digunakan untuk melindungi sistem
kontrol mekatronik dari nilai tegangan yang tinggi dan polaritas yang salah.

Figure 2.1.1 Zener diode circuit diagram

Dioda zener bertindak sebagai dioda biasa hingga level tegangan gangguan
tertentu ketika sedang praktikum. Ketika tegangan naik ke level tegangan
maksimum, dioda Zener akan rusak dan menghentikan tegangan untuk lewat ke
rangkaian berikutnya.
Politeknik Negeri Sriwijaya

Dioda zener sebagai dioda memiliki resistansi rendah untuk arus mengalir
dalam satu arah melaluinya dan resistansi tinggi untuk arah berlawanan. Ketika
terhubung dalam polaritas yang benar, resistansi tinggi menghasilkan penurunan
tegangan tinggi. Jika polaritasnya terbalik, dioda akan memiliki lebih sedikit
resistansi dan karenanya menghasilkan penurunan tegangan yang lebih sedikit.

Figure 2.1.2 Schematic of an Optoisolator

Dalam beberapa percobaan tegangan tinggi, diperlukan untuk mengisolasi


rangkaian kontrol sepenuhnya dari input tegangan tinggi untuk menghindari
kemungkinan kerusakan. Ini bisa dicapai oleh Optoisolator. Gambar 1.2
menunjukkan rangkaian khas dari Optoisolator. Ini terdiri dari Light Emitting
Diode (LED) dan transistor foto. LED menyinari infra merah karena tegangan
dipasok dari rangkaian mikroprosesor. Transistor mendeteksi radiasi dan
menghasilkan arus sebanding dengan tegangan yang diberikan. Dalam kasus
tegangan tinggi, arus keluaran dari Optoisolator digunakan untuk memutuskan
pasokan daya ke sirkuit dan dengan demikian sirkuit akan terlindungi.

2. Jembatan Wheatstone
Politeknik Negeri Sriwijaya
Figure 2.2.1 Configuration of a Wheatstone bridge

Jembatan Wheatstone digunakan untuk mengubah perubahan resistansi yang


terdeteksi oleh transduser menjadi perubahan tegangan. Gambar 2.2.1
menunjukkan konfigurasi dasar jembatan Wheatstone. Ketika tegangan output
Vout adalah nol maka potensial pada B harus sama dengan D dan kita dapat
mengatakan bahwa,

𝑉 = 𝑉𝑎𝑑, (2.7.1)
𝐼1 𝑅 1 = 𝐼2 𝑅2 (2.7.2)

Juga,
𝑉 = 𝑉𝑑𝑐, (2.7.3)
𝐼1 𝑅2 = 𝐼2 𝑅4 (2.7.4)

Membagi persamaan 2.7.2 dengan 2.7.4,

𝑅1/𝑅2 = 𝑅3/𝑅4 (2.7.5)


Jembatan itu seimbang.
Penurunan potensial pada 𝑅1 karena tegangan suplai Vs
𝑉𝑎= 𝑅1/(𝑅1 + 𝑅2) (2.7.6)
Similarly,

𝑉𝑎𝑑 = 𝑅3/(𝑅3 + 𝑅4) (2.7.7) Dengan demikian tegangan output Vo diberikan


oleh,
𝑉𝑜 = 𝑏 – 𝑉𝑎 (2.7.8)
𝑉= 𝑠 {(𝑅1/[𝑅1 + 𝑅2]) – (𝑅3/[𝑅3 + 𝑅4])} (2.7.9)
Ketika 𝑉𝑜 = 0, persamaan di atas memberikan kondisi seimbang.
Asumsikan bahwa transduser menghasilkan perubahan resistansi dari 𝑅1 ke 𝑅1 +
𝛿𝑅1 yang memberikan perubahan output dari 𝑉𝑜 + 𝛿𝑉𝑜,
Dari persamaan 2.7.9 kita bisa menulis,

R1+δR1 R1
𝑉𝑜+𝛿𝑉𝑜 = 𝑉𝑠(R1+δR1+R2-R3+R4) (2.7.10)
Karenanya,

R1+δR1 R1
(𝑉𝑜 + 𝛿𝑉𝑜) − 𝑉𝑜 = 𝑉𝑠( - ) (2.7.11)
R1+δR1+R2 R1+R2

Jika 𝛿𝑅1 jauh lebih kecil dari 𝑅1 persamaan 2.7.11 dapat dituliskan sebagai
δR1
𝛿𝑉𝑜 ≈𝑉𝑠 (R1+R2) (2.7.12)

Kita dapat mengatakan bahwa perubahan resistansi 𝑅1 menghasilkan perubahan


Politeknik Negeri Sriwijaya

tegangan output. Dengan demikian kita dapat mengubah perubahan sinyal


resistansi menjadi sinyal tegangan.

3. Modulasi Lebar Pulsa

Figure 2.3.1 Pulse amplitude modulation

Selama penguatan sinyal DC level rendah dari sebuah sensor dengan


menggunakan Op-amp, output menjadi melayang karena adanya peningkatan gain
Op-amp. Masalah ini diselesaikan dengan mengubah sinyal DC analog menjadi
urutan pulsa. Ini dapat dicapai dengan memotong sinyal DC ke rantai pulsa seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.4. Ketinggian pulsa terkait dengan level DC
dari sinyal input. Proses ini disebut sebagai Pulse Width Modulation (PWM). Ini
banyak digunakan dalam sistem kontrol sebagai cara mengendalikan nilai rata-rata
tegangan DC. Jika lebar pulsa diubah maka nilai rata-rata tegangan dapat diubah
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.5. Siklus Tugas istilah digunakan
untuk menentukan fraksi dari setiap siklus yang tegangannya tinggi. Siklus tugas
50% berarti bahwa untuk setengah dari setiap siklus, outputnya tinggi.

Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara


memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda,
untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Beberapa Contoh aplikasi
PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau
Politeknik Negeri Sriwijaya

tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan,
serta aplikasi-aplikasi lainnya.

Aplikasi PWM berbasis mikrokontroler biasanya berupa, pengendalian kecepatan


motor DC, Pengendalian Motor Servo, Pengaturan nyala terang LED.

3.1 Jenis

3.1.1 Analog

Pembangkitan sinyal PWM yang paling sederhana adalah dengan


cara membandingkan sinyal gigi gergaji sebagai tegangan carrier dengan
tegangan referensi menggunakan rangkaian op-amp comparator.

Rangkaian PWM analog


Cara kerja dari komparator analog ini adalah membandingkan
gelombang tegangan gigi gergaji dengan tegangan referensi seperti yang
terlihat pada Gambar dibawah
Politeknik Negeri Sriwijaya

Pembentukan sinyal PWM

saat nilai tegangan referensi lebih besar dari tegangan carrier (gigi gergaji)
maka output comparator akan bernilai high. Namun saat tegangan referensi
bernilai lebih kecil dari tegangan carrier, maka output comparator akan bernilai
low. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari komparator inilah, untuk mengubah
duty cycle dari sinyal output cukup dengan mengubah-ubah besar tegangan
referensi. Besarnya duty-cycle rangkaian PWM ini

3.1.2 Digital

Pada metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh


resolusi dari PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM
tersebut memiliki resolusi 28= 256, maksudnya nilai keluaran PWM ini
memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 – 255 yang mewakili duty
cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut.

3.2 Cara Kerja dan Pengendalian

3.2.1 Konsep Dasar PWM

Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi


dasar yang tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa
PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum
termodulasi. Artinya, Sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang
Politeknik Negeri Sriwijaya

tetap namun duty cycle bervariasi (antara 0% hingga 100%)

Gambar. Sinyal PWM dan Persamaan Vout PWM


Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan
merubah tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti gambar
dibawah ini.

Gambar. Vrata-rata Sinyal PWM


Pulse Width Modulation (PWM) merupakan salah satu teknik
untuk mendapatkan signal analog dari sebuah piranti digital. Sebenarnya
Sinyal PWM dapat dibangkitkan dengan banyak cara, dapat menggunakan
metode analog dengan menggunakan rankaian op-amp atau dengan
menggunakan metode digital.

Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus,


sedangkan menggunakan metode digital setiap perubahan PWM
Politeknik Negeri Sriwijaya

dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Resolusi adalah jumlah
variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan suatu PWM
memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi perubahan nilai
sebanyak 28 = 256 variasi mulai dari 0 – 255 perubahan nilai yang
mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut

Gambar. Duty Cycle dan Resolusi PWM


3.2.2 Perhitungan duty cycle PWM
Dengan cara mengatur lebar pulsa “on” dan “off” dalam satu
perioda gelombang melalui pemberian besar sinyal referensi output
dari suatu PWM akan didapat duty cycle yang diinginkan. Duty
cycle dari PWM dapat dinyatakan sebagai

DutyCycle=ton/(ton+toff)x100%

Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan pengatur motor dilewatkan


seluruhnya. Jika tegangan catu 100V, maka motor akan mendapat
tegangan 100V. pada duty cycle 50%, tegangan pada motor hanya akan
diberikan 50% dari total tegangan yang ada, begitu seterusnya.
Politeknik Negeri Sriwijaya

Data conversion devices


Perangkat Konversi Data adalah komponen yang sangat penting dari Unit
Kontrol Mesin (MCU). MCU dikendalikan oleh berbagai komputer atau
mikrokontroler yang hanya menerima sinyal dalam bentuk Digital mis. Dalam
bentuk 0s dan 1s, sedangkan sinyal yang diterima dari modul pengkondisian
sinyal atau sensor umumnya dalam bentuk analog (kontinu). Oleh karena itu suatu
sistem pada dasarnya diperlukan untuk mengubah sinyal analog menjadi bentuk
digital dan vis-à-vis. Konverter Analog ke Digital disingkat ADC. Gambar di
bawah ini menunjukkan sistem kontrol tipikal dengan perangkat konversi data.

Figure 2.4.1 A control system with ADC and DAC devices

Berdasarkan sinyal yang diterima dari sensor, MCU menghasilkan sinyal


yang digerakkan dalam bentuk Digital. Sebagian besar aktuator mis. Motor servo
DC hanya menerima sinyal analog. Oleh karena itu sinyal digital harus dikonversi
ke dalam bentuk Analog sehingga aktuator yang diperlukan dapat dioperasikan
sesuai. Untuk keperluan ini Konverter Digital ke Analog digunakan, yang
disingkat DAC. Pada bagian selanjutnya kita akan membahas tentang berbagai
jenis perangkat ADC dan DAC, prinsip kerja dan rangkaiannya.

Komponen dasar yang digunakan dalam ADC dan DAC


Politeknik Negeri Sriwijaya

4. Pembanding

Secara umum ADC dan DAC terdiri dari Pembanding. Komparator adalah
kombinasi antara dioda dan Penguat Operasional. Komparator adalah perangkat
yang membandingkan input tegangan atau input arus pada dua terminalnya dan
memberikan output dalam bentuk sinyal digital mis. Dalam bentuk 0s dan 1s yang
menunjukkan tegangan mana yang lebih tinggi. Jika V + dan V- menjadi tegangan
input pada dua terminal komparator maka output komparator akan sama

V+ > V-  Output 1

V+ < V-  Output 0

5. Pengkode

Meskipun output yang diperoleh dari pembanding adalah dalam bentuk 0s


dan 1s, tetapi tidak dapat disebut sebagai output biner. Urutan 0s dan 1s akan
dikonversi menjadi bentuk biner dengan menggunakan sirkuit yang disebut
Encoder. Encoder sederhana mengubah jalur input 2n menjadi jalur output ‘n’.
Baris output ‘n’ ini mengikuti aljabar biner.

6. Analog to Digital Converter (ADC)

Sebagaimana dibahas dalam bagian sebelumnya, ADC digunakan untuk


mengubah sinyal analog menjadi Sinyal Digital. Ada berbagai teknik mengubah
Sinyal Analog menjadi sinyal Digital yang terdaftar sebagai berikut. Namun kami
hanya akan membahas ADC Konversi Langsung, studi rinci tentang teknik lain
berada di luar cakupan kursus ini.

1. ADC Konversi Langsung atau Flash ADC

2. ADC Perkiraan Berturut-turut

3. ADC ramp-bandingkan

4. Wilkinson ADC
Politeknik Negeri Sriwijaya

5. Mengintegrasikan ADC

6. ADC atau counter-ramp Delta-encoded

7. Pipeline ADC (juga disebut subranging quantizer)

8. Sigma-delta ADC (juga dikenal sebagai delta-sigma ADC)

9. ADC yang terhubung waktu

6.1 Konversi Langsung ADC atau Flash ADC

Figure 2.4.2 Circuit of Flash ADC

Gambar 2.4.2 menunjukkan rangkaian Konversi langsung atau Flash


ADC. Untuk mengonversi sinyal digital N-bit, Flash ADC membutuhkan
pembanding 2N-1 dan resistor 2N. Rangkaian menyediakan tegangan referensi ke
semua pembanding. Setiap komparator memberikan output 1 ketika tegangan
analognya lebih tinggi dari tegangan referensi atau jika tidak, outputnya adalah 0.
Dalam sirkuit di atas, tegangan referensi ke komparator disediakan dengan
menggunakan logika tangga resistor.

Sirkuit yang dijelaskan pada gambar 2.8.2 bertindak sebagai perangkat 3


Bit ADC. Mari kita asumsikan ADC ini berfungsi antara rentang 0-10 Volts.
Rangkaian ini membutuhkan 7 pembanding dan 8 resistor. Sekarang tegangan di
masing-masing resistor dibagi sedemikian rupa sehingga tangga 1 volt dibangun
Politeknik Negeri Sriwijaya

dengan bantuan resistensi 1K-Ohm. Oleh karena itu tegangan referensi di semua
pembanding adalah 1-7 volt.

Sekarang mari kita asumsikan bahwa sinyal tegangan input 2,5 V harus
dikonversi ke dalam bentuk digital terkait. Karena 2.5V lebih besar dari 1V dan
2V, dua komparator pertama akan memberikan output sebagai 1, 1. Tetapi 2.5V
kurang dari 3,4,5,6,7 nilai V karena itu semua komparator lainnya akan
memberikan 0s. Dengan demikian kita akan memiliki output dari pembanding
sebagai 0000011 (dari atas). Ini akan dimasukkan ke sirkuit logika encoder.
Sirkuit ini pertama-tama akan mengubah output dalam format garis tinggi tunggal
dan kemudian mengubahnya menjadi format 3 garis output dengan menggunakan
aljabar biner. Maka output digital ini dari ADC dapat digunakan untuk manipulasi
atau aktuasi oleh mikrokontroler atau komputer.

7. Konverter Digital ke Analog

Seperti yang dibahas pada bagian sebelumnya, DAC digunakan untuk


mengubah sinyal digital menjadi Sinyal Analog. Ada berbagai teknik mengubah
Sinyal Digital menjadi sinyal Analog yang adalah sebagai berikut, namun kami
hanya akan membahas beberapa teknik penting secara terperinci:

1. Modulator lebar-pulsa

2. Oversampling DAC atau interpolasi DAC

3. DAC berbobot biner

4. Switched resistor DAC

5. Beralih sumber arus DAC

6. DAC kapasitor diaktifkan

7. Tangga R-2R

8. The Successive-Approximation atau Cyclic DAC,

9. DAC termometer berkode


Politeknik Negeri Sriwijaya

7.1 DAC Tertimbang Biner

Figure 2.4.3 Circuit of binary weighted DAC

Figure 2.4.4 An op-amp used in DAC

Seperti namanya, dalam DAC tertimbang biner, tegangan keluaran dapat


dihitung dengan ekspresi yang bekerja pada bobot biner. Sirkuitnya dapat
diwujudkan dalam Gambar 2.4.3. Dari gambar tersebut dapat dicatat bahwa bit
paling signifikan dari input digital terhubung ke resistansi minimum dan
sebaliknya. Bit digital dapat dihubungkan ke resistansi melalui sakelar yang
menghubungkan resistan-ujung ke ground. Input digital adalah nol ketika bit
sebelumnya terhubung ke tegangan referensi dan jika itu 1. Ini dapat dipahami
dari Gambar 2.4.4. Tegangan output DAC dapat dihitung dari properti amplifier
operasional. Jika V1 menjadi tegangan input pada MSB (bit paling signifikan), V2
menjadi tegangan input pada bit berikutnya dan seterusnya untuk empat bit DAC
kita dapat menulis,
Politeknik Negeri Sriwijaya

Catatan: Di sini V1, V2 V3, V4 akan menjadi Vref jika input digital adalah 1 atau
sebaliknya akan menjadi nol.

Oleh karena itu tegangan output dapat ditemukan sebagai:

𝑉𝑂𝑈𝑇 𝛼 (23 ∗ 𝑉1 + 22 ∗ 𝑉2 + 21 ∗ 𝑉3 + 20 ∗ 𝑉4) (2.8.2)

Namun DAC tertimbang Biner tidak bekerja untuk beberapa sistem bit
atau lebih tinggi karena nilai resistansi berlipat ganda dalam setiap kasus. Dengan
demikian sinyal digital bit sederhana dan rendah dari transduser dapat dikonversi
menjadi nilai voltase (analog) kontinu terkait dengan menggunakan DAC
tertimbang biner. Ini selanjutnya akan digunakan untuk manipulasi atau aktuasi.

4.1 R-2R Tangga berbasis DAC

Figure 2.4.5 R-2R Ladder based DAC

Dalam logika tangga R-2R, kelemahan dari Binary Logic telah


dihilangkan dengan membuat nilai resistansi maksimum menjadi dua kali lipat
namun sisa rangkaian tetap sama. Gambar 2.8.5 menunjukkan rangkaian DAC
berbasis R-2R Ladder. Jika kita menerapkan aturan pembagian tegangan dalam
kasus di atas, maka kita dapat menghitung tegangan output sebagai,
Politeknik Negeri Sriwijaya

Dengan cara ini tegangan output diperoleh dengan mengubah sinyal digital
yang diterima dari mikroprosesor / mikrokontroler. Tegangan ini selanjutnya akan
digunakan untuk menjalankan aktuator yaitu yaitu. Motor DC / AC.
Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai