Angina pectoris
A. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri dada yang timbul karena iskemia miokard, terjadi bila
B. Etiologi
Meskipun penyebab paling sering iskemi miokard adalah aterosklerosis, sumbatan pada
arteri koroner juga dapat disebabkan oleh faktor lain misalnya kelainan bawaan pada
pembuluh darah, jembatan miokard (myocardial bridging), arteritis coroner yang terkait
C. Epidemiologi
Prevalensi terjadinya angina pada studi populasi meningkat disetiap tingkatan usia dan
% wanita berusia 65 – 84 tahun mengalami angina pectoris stabil, dan terdapat pria 4 – 7
D. Faktor resiko
Faktor risiko dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu faktor risiko yang dapat
dikurangi, diperbaiki atau dimodifikasi, dan faktor risiko yang bersifat alami atau tidak
riwayat keluarga.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi, antara lain dislipidemia, diabetes melitus,
stres, infeksi, kebiasaan merokok, pola makan yang tidak baik, kurang gerak, Obesitas,
serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor trombosis, dan sebagainya) (Iskandar dkk,
2017).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Ginanjar dan Rachman (2014) angina pectoris memiliki karakteristik yaitu :
Nyeri retrosternal yang lokasi terseringnya di dada, substernal atau sedikit ke kiri
Nyeri menjalar ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari – jari
Selain itu, gejala klasik dari angina bisa terlihat setelah makan dalam porsi yang banyak
atau muncul pertama pada pagi hari. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri tumpul
seperti tertindih / berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah
diafragma seperti dada mau pecah dan biasanya pada keadaan berat dapat disertai
keringat dingin dan sesak nafas serta perasaan takut mati. Tidak jarang pasien hanya
lamanya nyeri
Secara klinis beratnya AP menggambarkan beratnya iskemik otot jantung yang dialami
oleh pasien. Untuk itu perlu gradasi beratnya AP yang berguna untuk penatalaksanaan
dan juga sebagai predictor dari prognosis pasien yang mengalami AP. Gradasi beratnya
nyeri dada telah dibuat oleh “Canadian Cardiovascular Society” (CCS) sebagai berikut :
CCS kelas I
Aktivitas sehari – hari seperti jalan kaki, berkebun , naik tangga 1 – 2 lantai
dan lain – lain tidak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada
saat latihan yang berat, berjalan cepat, dan terburu – buru waktu bekerja atau
bepergian
CCS kelas II
aktivitas lebih berat dari biasanya seperti jalan kaki dua blok, naik tangga
CCS kelas IV
F. Patomekanisme
Iskemia miokard disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan
konsumsi oksigen miokardial. Pasokan oksigen miokard ditentukan oleh saturasi oksigen
arteri dan ekstraksi oksigen miokardial, yang relatif tetap dalam keadaan normal, dan
aliran koroner, yang bergantung pada area cross-sectional luminal dari arteri koroner dan
coronary arteriolar tone. Baik area cross-sectional maupun arteriolar dapat secara
dramatis diubah oleh adanya plak aterosklerotik di dalam dinding pembuluh darah, yang
denyut jantung, kontraktilitas miokard, dan stres dinding. Aktivasi simpatis yang
mekanisme termasuk peningkatan lebih lanjut dari konsumsi oksigen miokard dan
Adenosin yang dilepaskan oleh miokardium iskemik tampaknya menjadi mediator utama
angina (nyeri dada) melalui stimulasi reseptor A1 yang terletak pada ujung saraf jantung.
Iskemia diikuti oleh disfungsi kontraktil reversibel yang dikenal sebagai 'menakjubkan'.
Episode iskemia berulang dan menakjubkan dapat menyebabkan disfungsi kronis namun
masih reversibel yang dikenal sebagai 'hibernasi'. Sebuah episode singkat dari iskemia
menghasilkan 'preconditioning', suatu bentuk protektif endosfer yang kuat yang membuat
Sesak napas mungkin disebabkan oleh disfungsi sistolik atau diastolik iskemik kiri
(ventrikular kiri) atau untuk regurgitasi mitral iskemik transien (Fox dkk, 2006).
G. Diagnosis
1) Keluhan
Keluhan nyeri APS biasanya tumpul seperti tertindih/ berat didada, rasa desakan yang
kuat dari dalam atau dari bawah diafragma. Nyeri tidak berhubungan dengan gerakan
pernafasan atau gerakan dada ke kiri atau ke kanan. Nyeri dada berlangsung < 20
menit. Tampilan lain bisa juga timbul keluhan tidak nyaman di epigastrium, rasa lelah
atau seperti mau pingsan, terfadi terutama pada kelompok lanjut usia (Kaligis, 2016).
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita APS seringkali tidak ditemukan kelainan berarti.
Mungkin pemeriksaan fisik yang dilakukan waktu nyeri dada dapat ditemukan adanya
aritmia, gallop bahkan murmur, split S2 paradoksal, ronki basah dibagian bawah
basal paru, yang menghilang lagi saat nyeri berhenti (Ginanjar dan Rachman, 2014).
3) Pemeriksaan Laboratorium
trombosit, dan pemeriksaan terhadap faktor resiko penyakit jantung koroner seperti
gula darah, profil lipid, dan penanda inflamasi akut bila diperlukan (Ginanjar dan
Rachman, 2014).
4) Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG dilakukan pada semua pasien dengan kecurigaan angina pectoris.
Perubahan EKG yang paling sering ditemukan adalah depresi segmen ST, kadang –
kadang dijumpai elevasi atau normalisasi segmen ST/ gelombang T (Kaligis, 2016).
H. Penatalaksanaan
1) Terapi farmakologi
a) Pada pasien yang mengalami serangan angina dapat diberi nitrogliserin sublingual
0,3 – 0,6 mg setiap 5 menit hingga nyeri menghilang atau hingga dosis maksimal
1,2 mg dalam 15 menit, pasien didudukan. Selain itu dapat diberikan isosorbid
c) Beta blocker.
nevibolol kardeviol.
LV.
d) Penyesuaian diet
e) Olahraga teratur
I. Pencegahan
Menurut Widodo ( 2012) upaya pencegahan Penyakit Jantung Koroner ialah sebagai
berikut :
1) Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita PJK. Tujuan
dan buah serta menghindari makanan yang kurang mengandung serat dan banyak
kolesterol. Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan.
Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok
dari lingkungan, kurangi atau stop minum alkohol. Melakukan olahraga secara
teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah raga, setidaknya 3 – 5 kali
perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit sangat berguna untuk
2) Pencegahan Sekunder Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah
menderita PJK.
Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya : 1) tidak terjadi komplikasi lebih lanjut,
menjadi cukup mantap. Untuk itu kiranya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikiut ;
a) Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung dalam
melaksanakan tugasnya.
Fox Kim dkk. 2006. European Heart Journal Guidelines on the management of stable angina
pectoris: The Task Force on the Management of Stable Angina Pectoris of the European
Iskandar dkk. 2017. Journal AcTion : FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT JANTUNG
KORONER PADA PASIEN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA BANDA ACEH (Risk
factors of coronary heart disease in Meuraxa hospital of Banda Aceh). Aceh : Kampus
Rachman A. Muin dkk. 2014. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM JILID II,Edisi VI.Jakarta
Widodo Arif. 2012. Upaya Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit