Anda di halaman 1dari 9

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang telah mendapatkan berbagai nikmat dan
anugerah yang kita tidak bisa menghitungnya, marilah kita senantiasa memanjatkan rasa
syukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan "Alhamdulillahi rabbil Alamin".
Dengan ungkapan ini semoga kita akan senantiasa menjadi golongan orang-orang yang
pandai bersyukur dan nikmat yang diberikan kepada kita akan senantiasa ditambah oleh
Allah SWT.

Shalawat dan salam juga marilah kita sampaikan kepada manusia paling mulia
yang pernah diutus oleh Allah ke muka bumi ini yakni Nabi Muhammad SAW yang kita
diperintahkan bershalawat kepadanya. Bukan hanya kita, Allah sendiri dan para
malaikatnya pun bershalawat kepadanya. Begitulah mulianya Nabi Muhammad SAW,
semoga kita termasuk golongannya yang akan mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir
nanti. Amin

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jama'ah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Saat ini kita merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Setelah melaksanakan
perintah Allah SWT di bulan Ramadhan berupa puasa selama 1 bulan penuh, sampailah
kita pada hari yang fitri di mana kita bisa menunaikan shalat Id bersama keluarga tercinta.
Hari ini adalah hari kemenangan bagi setiap insan yang beriman karena telah melewati
perjuangan menahan diri dari rasa haus dan dahaga, dan juga menahan diri dari hal-hal
yang menjerumuskan diri ke lembah maksiat dan dosa. Insyaallah kita termasuk hamba-
hamba yang beriman dan bertaqwa serta tergolong orang yang diampuni dosanya. Hal ini
sesuai dengan penegasan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya:

Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan
dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat".

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Pada suasana Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H kali ini, sudah seharusnya kita
menata kembali kehidupan kita menuju arah dan masa yang lebih baik. Ibarat lembaran
kertas putih baru yang masih kosong dan belum tertulis apapun, begitu kondisi kita
setelah menjalankan ibadah puasa, insyaallah bersih tanpa dosa. Kita harus menjaga agar
kertas putih ini tidak tercoret dan ternodai dengan dosa dan hal-hal negatif. Kita perlu
menyadari bahwa perbuatan dosa bukan hanya terkait hablun minallah atau hubungan
vertikal kepada Allah. Namun dosa juga ada yang terkait dengan hablun minannas atau
hubungan dengan sesama manusia. Setelah kita memperbaiki hubungan dengan Allah di
bulan Ramadhan, sudah saatnya kita memperbaiki hubungan dengan sesama manusia di
momentum Hari Raya Idul Fitri ini. Apa yang seharusnya kita lakukan? Tentu saja saling
memaafkan, berjabat tangan, dan berkomitmen untuk terus menjaga keharmonisan dalam
bergaul dengan akhlak yang baik di tengah-tengah masyarakat. Nabi menegaskan bahwa
kesempurnaan iman seseorang bisa dilihat dari akhlaknya sebagaimana sabda beliau yang
diriwayatkan Imam Tirmidzi:
“Orang mukmin yang paling empurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Di era teknologi saat ini, interaksi dan pergaulan manusia modern tidak hanya
dilakukan dalam bentuk kontak fisik semata. Dengan berbagai penemuan canggih yang
terus berkembang, manusia bisa melakukan kontak dalam bentuk digital. Saat ini
manusia hidup dalam dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Interaksi di dunia
nyata saat ini sudah mulai tergerus dengan interaksi di dunia maya. Dengan mudah
ditemui ketika ada dua orang atau lebih berkumpul, mereka asik dengan handphone nya
masing-masing, berselancar di media sosial atau pun sekedar bermain game. Yang dekat
dijauhkan, yang jauh didekatkan.

Itulah fenomena zaman sekarang. Jika pun mereka sempat berkomunikasi secara
langsung dengan orang di sampingnya, hal itu biasanya terjadi dalam hitungan waktu
yang tidak lama. Setelah itu mereka kembali memegang handphone nya asik dengan
dunianya. Inilah fenomena yang mengarah kepada situasi manusia yang sudah mulai acuh
terhadap kondisi lingkungannya karena dimanjakan dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi. Kondisi ini tentu tidak kita inginkan terjadi pada momentum
lebaran saat ini. Akan tidak menyenangkan jika kita menikmati lebaran, berkumpul di
ruang tamu dengan keluarga dan saudara namun melewatkannya begitu saja dengan sibuk
bermain HP sendiri-sendiri.

Momen Idul Fitri adalah waktunya melakukan interaksi nyata yang berkualitas
bersama orang di sekitar kita dengan bertemu, saling silaturahmi dan berkomunikasi.
Tidaklah sempurna merayakan dan mengucapkan "Selamat Hari Raya" hanya melalui
media sosial atau SMS saja, selagi kita mampu untuk menjangkau orang tua, saudara,
teman ataupun kolega kita. Pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung mengarah
kepada sikap menggampangkan dan menyepelekan semua hal akibat media sosial,
menjadi keprihatinan kita bersama.

Banyak saat ini orang yang bermedia sosial tidak mengedepankan akhlakul
karimah. Jari-jemari dalam status dan komentar di media sosial malah terkadang lebih
tajam dari mulut tatkala berbicara. Di media sosial, banyak yang tidak lagi menghormati
orang tua dengan berkata semaunya, jauh dari akhlak yang dicontohkan Rasulullah dan
orang tua kita dulu. Ujaran kebencian, fitnah, ghibah, namimah dan mengkonsumsi
informasi hoaks sudah menjadi hal yang lumrah di media sosial. Menyikapi kondisi
inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Fatwa Nomor 24 Tahun 2017
tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial.

Dalam fatwa tersebut tercantum beberapa hal yang diharamkan bagi umat Islam
dalam penggunaan media sosial. Setiap Muslim yang bermuamalah melalui media sosial
diharamkan melakukan ghibah (membicarakan keburukan atau aib orang lain), fitnah,
namimah (adu domba), dan penyebaran permusuhan. Panduan ini bisa dijadikan
pegangan kita selaku umat Islam agar bagaimana bersikap khususnya terhadap hoaks
yang saat ini sudah sangat membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Informasi yang mengalir tanpa henti tiap detik harus disikapi
dengan bijak. Rasulullah pun sebenarnya telah mengajarkan bagaimana menyikapi
sebuah berita di antaranya dengan bertabayun atau klarifikasi, melalui firman Allah:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian
dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan
sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan,
kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian. [al-Hujurât/49:6].
Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah

Tabayun dan selalu menimbang manfaat dan mudlaratnya dalam bermedia sosial
harus menjadi prinsip kita. Perilaku negatif dan tidak bijak dalam bermedia sosial
memiliki konsekwensi hilangnya pahala saat kita berpuasa di bulan Ramadhan kemarin.
Jika kita tidak bisa mengontrol diri di media sosial, bisa jadi bukan pahala dan
pengampunan dosa yang akan didapat, melainkan hanya lapar dan dahaga semata. Kita
bisa merasakan sendiri suasana media sosial di Ramadhan 1440 H yang baru saja dilewati
oleh umat Islam di Indonesia. Terjadi kegaduhan yang luar biasa di dunia maya akibat
konstalasi politik pascapileg dan pilpres yang mengarah kepada renggangnya persatuan
dan kesatuan bangsa. Banyak di antara kita saling melontarkan argumen pembelaan
bahkan saling menghujat, mencaci maki hanya karena perbedaan pilihan dalam Pilpres.
Ditambah lagi dengan informasi hoaks yang meningkat pascapilpres, membuat
kerukunan dan kedamaian di berbagai platform media sosial menjadi taruhan.
Seharusnyalah setiap Ramadhan diisi dengan ketenangan dan kelembutan hati dalam
menghadapi segala hal. Bukan malah menebar kebencian apalagi memprovokasi orang
atau kelompok untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Mari kita
jadikan Idul Fitri ini menjadi momentum untuk merekatkan kembali sendi-sendi hablun
minannas dan menjaga perdamaian serta mengokohkan kembali ikatan persaudaraan.

Perbedaan pilihan politik lima tahunan tidak boleh menjadi pemicu permusuhan,
saling melempar sindiran, berburuk sangka dan menyuburkan sikap nyinyir serta
su’udzan kepada orang lain. Sikap ini jelas dan tegas dilarang oleh Allah SWT yang
termaktub dalam QS Al Hujurat: 12:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka,


karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Jangan pula kalian memata-matai
dan saling menggunjing. Apakah diantara kalian ada yang suka menyantap daging
bangkai saudaranya sendiri? Sudah barang tentu kalian jijik padanya. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha menerima taubat dan Maha Penyayang. [al-
Hujurât/49:12].

Pada momen Idul Fitri ini sudah seharusnya kita saling menguatkan satu dengan
yang lainnya. Sikap ini akan membentuk solidaritas yang kuat kepada dunia, bahwa
Indonesia damai dan mendamaikan. Dengan perilaku ini kita juga berharap akan
terciptanya pemimpin yang amanah dan baik dalam menata negara juga sesuai dengan
pilihan kita.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah

Pada momentum Idul Fitri kali ini marilah kita mewujudkan kerukunan
pascapemilu. Jangan ada diskriminasi, saling membeda-bedakan ataupun menjatuhkan
antara satu dengan yang lainnya. Berkompetisi secara sehat akan membuat kita mengerti
bagaimana menghargai orang lain dan bagaimana menyayangi orang-orang yang ada di
sekitar kita. Mari kita bergandeng tangan, untuk saling bahu-membahu dalam
mewujudkan politik yang damai. Kita juga harus menyadari bahwa Allah SWT
menjadikan Indonesia sebagai negara majemuk yang memiliki banyak perbedaan agama,
ras, suku, dan budaya. Kita harus mampu mengelola keragaman ini untuk kemajuan
Indonesia. Maka pascapemilu ini mari kita wujudkan politik yang damai dengan
mengajak masyarakat untuk mendukung yang terpilih, untuk membangun Indonesia. Kita
harus bersama-sama menuju gerbang yang damai penuh persaudaraan hingga melahirkan
orang-orang yang rukun dan bisa memimpin Indonesia ke depan.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah


Persaudaraan menjadi hikmah yang sangat penting dari Hari Raya Idul Fitri.
Kumandang takbir harus mampu membuat jiwa kita lembut, jauh dari keangkuhan dan
mengakui bahwa diri kita adalah makhluk yang tak berdaya di hadapan Allah. Ketika
keangkuhan diri hilang, maka sangat mudah bagi kita untuk memaafkan dan meminta
maaf kepada orang lain. Kesucian Ramadhan dan kebahagiaan Idul Fitri akan sangat
terasa dengan silaturahmi dan berjabat tangan, saling ikhlas memulai kehidupan baru.
Silaturahmi sangat penting ditradisikan pada momentum Idul Fitri dan juga di setiap
waktu dalam kehidupan kita.

Di Indonesia kita mengenal berbagai bentuk dan cara masyarakat memperkuat


tali silaturahim, di antaranya: mudik pulang kampung, berkunjung ke rumah sanak
saudara, acara halal bi halal, reuni, selametan, dan lain sebagainya. Semua ini juga
merupakan wujud masyarakat Indonesia menjalankan pesan nabi tentang pentingnya
silaturahmi. Sebagaimana sabda Nabi:

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir sambunglah tali silaturahmi"

Untuk menguatkan hadits ini, Rasul pun bersabda:

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berbicaralah yang baik
atau diam" Ini menunjukkan bahwa lisan, yang dalam kontek dunia maya berwujud jari
jemari kita, merupakan aset untuk menguatkan persaudaraan. Dalam dunia digital saat
ini, kita harus mampu menggunakan berbagai kemudahan ini untuk tidak melakukan
kejahatan dengan lisan dan jari kita. Ingatlah dan senantiasa berhati-hatilah karena jejak-
jejak digital akan selalu ditinggalkan di dunia maya dan bisa dikembalikan kapan dan di
mana saja. Berbekal inilah, mari kita kuatkan kehidupan dengan saling menjaga
persaudaraan. Bangsa kita saat ini butuh persaudaraan sejati yang dimulai dari lingkup
keluarga, tetangga, lingkungan hingga bernegara. Jika hal ini bisa terwujud oleh semua
individu di dunia, maka persaudaraan dan perdamaian juga akan hadir di muka bumi ini.
Persaudaraan dan perdamaian di muka bumi ini juga mampu diwujudkan dengan
pengamalan nilai-nilai beragama yang wasathiyah atau moderat. Islam wasathiyah
menjadi solusi terciptanya kedamaian baik internal umat Islam maupun eksternal dengan
pemeluk agama lain. Kita sebagai umat Islam harus menjadi duta-duta damai setelah
sukses dari ujian Ramadhan dan setelah itu jadikan Syawal waktu yang tepat untuk
mengawali perbaikan diri kita agar semakin bertakwa dan baik terhadap sesama manusia.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Demikianlah Khutbah Idul Fitri ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dan marilah kita berdo'a semoga ibadah kita selama ini khususnya di Bulan
Ramadhan tahun ini diterima Allah SWT. Dengan datangnya 1 Syawwal ini pula kita
berharap mudah-mudahan kita akan mampu menjaga diri dari perkembangan zaman yang
terus terjadi dengan modal takwa yang merupakan hasil dari ibadah puasa Ramadhan kita
tahun ini.

Anda mungkin juga menyukai