Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

SUHU DAN KALOR

Wahdini Ramli, Fatimah H. M. Adam, Rahmatiah

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar

Abstrak

Telah dilakukan eksperimen Suhu dan Kalor dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara kalor dengan kenaikan suhu dan kalor dengan massa zat, merumuskan persamaan kalor, dan
menentukan nilai kalor lebur es. Hasil pengamatan kegiatan pertama diperoleh, semakin besar
lama pemanasan maka semakin besar kenaikan suhunya. Pada kegiatan kedua diperoleh, semakin
besar massa zat, maka semakin besar lama pemanasannya. Pada kegiatan ketiga diperoleh nilai
suhu campuran yang lebih kecil dari suhu awal yaitu dari {68,5±0,5}˚C ke {40,6±0,5}˚C. Massa
campuran juga bertambah dari massa awal sebelum diberikan es batu yaitu dari {150,120±0,005}g
ke {171,850±0,005}. Dari kedua grafik kegiatan 1 yang dianalisis dengan suhu awal berbeda yaitu
{31,0±0,5}˚C dan {34,0±0,5}˚C diperoleh bentuk grafik yang linear yang berarti hubungan antara
lama pemanasan dengan kenaikan suhu adalah berbanding lurus t~T. Sedangkan pada kegiatan
2 pun berbanding lurus m~t. Dengan lama pemanasan mewakili jumlah kalor dapat dituliskan
Q~mT. Kemudian dengan analisis dimensi diperoleh nilai konstanta k bersatuan J/kgK setara
dengan kalor jenis c. Sehingga persamaan kalor yaitu Q=m.c.T. Sedangkan kalor lebur es yang
diperoleh dari Asas Black adalah Les ={98 ± 11}kal/g dengan perbandingan teori yaitu 80 kal/g
adalah 20%. Dari percobaan tersebut disimpulkan persamaan kalor adalah Q=m.c.T. Kalor lebur
es berdasarkan praktikum 98 kal/g.

Kata kunci: kalor, kalor jenis, kalor lebur, kenaikan suhu, massa zat.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)?
2. Bagaimana hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)?
3. Bagaimana bentuk persamaan kalor (Q)?
4. Berapa nilai kalor lebur es hasil praktikum dan perbandingannya dengan teori?

TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan
kenaikan suhu (T).
2. Mahasiswa dapat memahami hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah
kalor (Q).
3. Mahasiswa dapat merumuskan persamaan kalor (Q).
4. Mahasiswa dapat menentukan kalor lebur es.
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Konsep suhu berakar dari ide kualitatif “panas” dan “dingin” yang
berdasarkan pada indera sentuhan. Suatu benda yang terasa panas umumnya
memiliki suhu yang lebih tinggi daripada benda serupa yang dingin. Suhu juga
behubungan dengan energi kinerik molekul dari bahan (Young, 2002: 457).
Menurut Giancoli (2001: 364) kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu
benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain yang temperaturnya lebih
rendah. Kalori didefenisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius. Secara kuantitatif, kerja 4,186
joule (J) ternyata ekuivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal dengan
tara kalor mekanik :
4,186 J = 1 kal
4,186× 103 J = 1 kkal
Sebagai hasil dari percobaan ini dan yang lainnya, para ilmuan kemudian
menginterpretasikan kalor bukan sebagai suatu zat, dan bahkan bukan sebagai
suatu bentuk energi. Melainkan kalor merupakan transfer energi: ketika benda
mengalir dari benda panas ke yang lebih dingin, energi-lah yang di transfer dari
yang panas ke yang dingin. Dengan demikian kalor merupakan energi yang di
transfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur.
Air yang dipanaskan dalam panci akan mulai panas dan lama-kelamaan
akan mendidih. Peristiwa ini sering dijumpai dalam keseharian. Proses air menjadi
panas dan mendidih melibatkan perpindahan kalor dari sumber kalor ke
lingkungan sekitarnya. Sumber kalor adalah api, sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin besar nyala api, maka berarti makin besar kalor yang dimiliki, atau
semakin lama dipanaskan maka semakin banyak kalor yang dilepaskan. Akibat
pemebrian kalor tersebut, maka suhu air akan mengalami kenaikan dimana
semakin lama dipanaskan maka semakin besar kenaikan suhu pada air (Herman,
2015: 1).
Menurut Herman (2015: 2), segelas air panas yang dicampurkan dengan
segelas air dingin, akan terasa hangat. Hal ini disebabkan karena adanya
perpindahan kalor dari air panas ke air dingin. Itulah sebabnya suhu air panas
turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses
pencampuran tersebut, kalor yang dilepaskan air panas diserap oleh air dingin.
Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang
diserap. Pernyataan ini disebut Azaz Black yang secara matematis dapat
dituliskan;
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
Bila dua sistem yang temperaturnya berbeda-beda dipersatukan bersama,
maka temperatur akhir yang dicapai kedua sistem tersebut berada diantara dua
temperatur permulaan tersebut. Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara
sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur.
Satuan kalor Q biasanya didefenisikan secara kuantitatifdalam perubahan tertentu
yang dihasilkan di dalam sebuah benda selama proses tertentu (Halliday, 1978:
328).
Menurut Herman (2015:2), banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda dapat juga diamati ketika memasak air. Untuk
mendidihkan air dalam cerek dengan kompor diperlukan selang waktu tertentu.
Semakin banyak volume air yang dididihkan, semakin lama selang waktu yang
diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu bergantung pada besarnya kenaikan
suhu benda dan massanya. Secara matematis dapat dituliskan:
Q=m.c.T
Menurut Halliday (1978: 328), temperatur-temperatur referensi dinyatakan
karena di dekat temperatur kamar terdapat sedikit variasi kalor yang diperlukan
untuk kenaikan temperatur satu derajat dengan interval temperatur yang telah
dipilih. Satuan-satuan kalor dihubungkan sebagai berikut:
1,000 kkal = 1000 kal = 3,968 Btu
Zat-zat berbeda terhadap satu sama lain terhadap kuantitas kalor yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu kenaikan temperatur yang diberikan di dalam sebuah
massa yang diberikan. Perbandingan banyaknya tenaga kalor ∆𝑄 yang dibedakan
pada sebuah benda untuk menaikkan temperatur sebanyak ∆𝑇 dinamakan
kapasitas kalorC dari benda tersebut, yakni:
∆Q
C = kapasitas kalor = ∆T

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Termometer = 1 buah
b. Kaki tiga + kasa asbes = 1 set
c. Pembakar spiritus = 1 buah
d. Statif + klem = 1 set
e. Beacker gelas = 2 buah
f. Stopwatch = 1 buah
g. Gelas kimia 250 ml = 2 buah
h. Gelas ukur = 1 buah
i. Neraca Ohauss 311 gram = 1 buah
j. Korek gas = 1 buah
2. Bahan
a. Spiritus = 1 buah
b. Zat cair (air mineral) = ±1000 ml

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
1. Variabel manipulasi
Suhu awal (T0) (0C) dan lama pemanasan (t) (s)
2. Variabel respon
Suhu akhir (Tc) (0C)
3. Variabel kontrol
Volume air (V) (ml) dan jenis zat cair

Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
1. Variabel manipulasi
Massa zat cair (m) (g)
2. Variabel respon
Lama pemanasan (t) (s)
3. Variabel kontrol
Perubahan suhu (T) (˚C) dan jenis zat cair

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
1. Variabel manipulasi
Suhu awal adalah suhu mula-mula yang ditentukan dari 30˚C dengan
kelipatan 2 hingga diperoleh 6 data dengan satuan derajat celcius (0C) simbol
T0.
Lama pemanasan adalah waktu yang dibutuhkan dalam memanaskan air
untuk menaikkan suhunya dengan rentang 30 s menggunakan stopwatch dari
suhu mual-mula 31˚C hingga dicapai kenaikan 30 s dengan satuan sekon (s)
simbol t.
2. Variabel respon
Suhu akhir adalah suhu yang diperoleh setelah kenaikan waktu 30 s yang
diukur dengan menggunakan termometer dengan satuan celcius derajat (0C)
simbol Tc.
3. Variabel kontrol
a. Volume air adalah banyaknya air yang dipanaskan dengan selang waktu
tertentu yang diukur dengan gelas ukur dari skala nol dengan satuan
mililiter (ml) simbol (V)
b. Jenis zat cair adalah zat cair apa yang digunakan untuk dipanaskan dalam
percobaan ini yang tidak bersatuan atau tidak diukur.

Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
1. Variabel manipulasi
Massa zat cair adalah ukuran materi dari air yang digunakan untuk
dipanaskan yang diukur dengan menggunakan neraca ohauss 311 g dengan
perantara gelas ukur sebagai wadah kemudian nilai yang diperoleh dikurangi
dengan massa gelas ukur dengan satuan gram (g) dengan simbol m.
2. Variabel respon
Lama pemanasan adalah waktu yang dibutuhkan dalam memanaskan air
untuk menaikkan suhunya sesuai perubahan suhu yang diinginkan yaitu 3,00C
menggunakan stopwatch dari suhu mual-mula 37˚C hingga dicapai kenaikan
3,00C yaitu 40,0˚C dengan satuan sekon (s) simbol t.
3. Variabel kontrol
a. Perubahan suhu (T) (˚C) adalah hasil pengurangan suhu akhir dengan
suhu awal yang diukur dengan menggunakan termometer dengan satuan
celcius derajat (0C) simbol T.
b. Jenis zat cair adalah zat cair apa yang digunakan untuk dipanaskan dalam
percobaan ini yang tidak bersatuan atau tidak diukur.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
1. Menuangkan air ke dalam gelas ukur secukupnya.
2. Mengukur suhu awal air dengan zat cair yang akan dipanaskan.
3. Memanaskan air tersebut di atas kaki tiga yang dilapisi dengan asbes dengan
menggunakan pembakar spiritus.
4. Mengamati penunjukan suhu pada selang waktu tertentu (dengan selang
waktu yang sama untuk setiap data), mencatat hasilnya pada tabel hasil
pengamatan.
5. Melakukan kegiatan yang sama dengan suhu mula-mula yang berbeda.
6. Mencatat ke dalam tabel pengamatan waktu yang dibutuhkan setiap selang
waktu kenaikan suhu.

Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
1. Memasukkan air ke dalam gelas ukur sehingga menunjukkan volume tertentu,
mencatat volume air yang digunakan (menggunakan volume terkecil pada
gelas ukur yang digunakan) dan memerhatikan penujukan suhu dengan
termometer.
2. Menentukan suhu acuan (lebih besar dari suhu mula-mula sekitar 3˚C) dan
besar kenaikan suhu yang diinginkan.
3. Memanaskan air tersebut di atas kaki tiga yang dilapisi dengan asbes
menggunakan pembakar spiritus.
4. Menagamati kenaikan suhu pada termometer dan menyalakan stopwatch tepat
ketika termometer menujukan suhu acuan. Mengukur waktu yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu air sebesar nilai kenaikan suhu yang telah ditentukan.
Mencatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan.
5. Mengganti air yang digunakan, dan mengulangi langkah 3 dan 4 untuk
volume air yang berbeda (lebih besar dari volume sebelumnya. Mengulangi
sampai memperoleh 5 data.

Kegiatan 3: Menentukan kalor lebur es


1. Memanaskan air dalam gelas kimia sampai suhunya mencapai sekitar 75˚C.
2. Menimbang kalorimeter kosong beserta pengaduknya.
3. Mengukur suhu es baru dan memasukkan ke dalam kalorimeter dan
menimbang untuk menentukan massa es batu.
4. Mengukur suhu air panas, dan memasukkan air tersebut ke dalam kalorimeter
dengan cepat, tutup dan mengaduk-aduk sejenak sampai semua es abtu
mencair. Ukur suhu pada saat itu sebagai campuran kemudian menimbang
massa campuran untuk menentukan massa air panas.
5. Mencatat hasilnya ke dalam tabel pengamatan.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
Volume = {100 ±1} ml
Jenis zat cair = air
Tabel 1. Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
No. Suhu awal (T0) (˚C) Lama pemanasan (s) Suhu akhir (TC) (˚C)
1 {31,0±0,5} {30,0±0,1} {33,0±0,5}
2 {31,0±0,5} {60,0±0,1} {36,0±0,5}
3 {31,0±0,5} {90,0±0,1} {39,0±0,5}
4 {31,0±0,5} {120,0±0,1} {42,0±0,5}
5 {31,0±0,5} {150,0±0,1} {45,0±0,5}
6 {31,0±0,5} {180,0±0,1} {48,0±0,5}
1 {34,0±0,5} {32,0±0,1} {37,0±0,5}
2 {34,0±0,5} {64,0±0,1} {41,0±0,5}
3 {34,0±0,5} {96,0±0,1} {45,0±0,5}
4 {34,0±0,5} {128,0±0,1} {49,5±0,5}
5 {34,0±0,5} {160,0±0,1} {53,5±0,5}
6 {34,0±0,5} {192,0±0,1} {57,0±0,5}

Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
T0= {37,0±0,5}
T = {40,0±0,5}
T= T0-T={37,0±0,5}-{40,0±0,5}={3,0±1,0}
Tabel 2. Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
No. Jenis zat cair Massa zat cair (gr) Lama pemanasan (s)
1 Air {19,530±0,010} {16,3±0,1}
2 Air {44,540±0,010} {19,4±0,1}
3 Air {61,880±0,010} {22,0±0,1}
4 Air {81,000±0,010} {24,2±0,1}
5 Air {102,535±0,010} {26,2±0,1}

Kegiatan 3: Menentukan kalor lebur es


Tabel 3. Pengukuran untuk menentukan kalor lebur es
No. PENGUKURAN HASIL PENGUKURAN
Massa kalorimeter kosong beserta
1 {48,890±0,005}g
pengaduknya
2 Massa kalorimeter+pengaduk+air panas {150,120±0,005}g
3 Suhu air panas dan kalorimeter {68,5±0,5}˚C
4 Suhu es batu (-10,0±0,5}˚C
5 Suhu campuran {40,6±0,5}˚C
Massa kalorimeter+pengaduk+air
6 {171,850±0,005}g
panas+air (es batu yang mencair)

ANALISIS DATA
Analisis data
Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
1. Suhu awal {31,0±0,5}˚C
a. Untuk data 1
T1=TC-T0
T1=(33,0-31,0)˚C
T1={2,0±1,0}˚C
b. Untuk data 2
T2=(36,0-31,0)˚C
T2={5,0±1,0}˚C

c. Untuk data 3
T3=(39,0-31,0)˚C
T3={8,0±1,0}˚C
d. Untuk data 4
T4=(42,0-31,0)˚C
T4={11,0±1,0}˚C

e. Untuk data 5
T5=(45,0-31,0)˚C
T5={14,0±1,0}˚C

f. Untuk data 6
T6=(48,0-31,0)˚C
T6={17,0±1,0}˚C
Tabel 4. Hubungan antara kenaikan suhu T dengan lama pemanasan (s)
No. Lama pemanasan (s) Kenaikan suhu (˚C)
1 {30,0±0,1} {2,0±1,0}
2 {60,0±0,1} {5,0±1,0}
3 {90,0±0,1} {8,0±1,0}
4 {120,0±0,1} {11,0±1,0}
5 {150,0±0,1} {14,0±1,0}
6 {180,0±0,1} {17,0±1,0}

18
16
14
kenaikan suhu ( ̊C)

12
10
8
6
4
2
0
0 50 100 150 200
lama pemanasan (s)

Grafik 1. Hubungan antara kenaikan suhu T dengan lama pemanasan (s)


Linear sehingga t~T
2. Suhu awal {34,0±0,5}˚C
a. Untuk data 1
T1=TC-T0
T1=(37,0-34,0)˚C
T1={3,0±1,0}˚C
b. Untuk data 2
T2=(41,0-34,0)˚C
T2={7,0±1,0}˚C

c. Untuk data 3
T3=(45,0-34,0)˚C
T3={11,0±1,0}˚C
d. Untuk data 4
T4=(49,5-34,0)˚C
T4={15,5±1,0}˚C

e. Untuk data 5
T5=(53,5-34,0)˚C
T5={19,5±1,0}˚C

f. Untuk data 6
T6=(56,0-34,0)˚C
T6={22,0±1,0}˚C
Tabel 5. Hubungan antara kenaikan suhu T dengan lama pemanasan (s)
No. Lama pemanasan (s) Kenaikan suhu (˚C)
1 {32,0±0,1} {3,0±1,0}
2 {64,0±0,1} {7,0±1,0}
3 {96,0±0,1} {11,0±1,0}
4 {128,0±0,1} {15,5±1,0}
5 {160,0±0,1} {19,5±1,0}
6 {192,0±0,1} {22,0±1,0}

25

20
kenaikan suhu (0C)

15

10

0
0 50 100 150 200 250
lama pemanasan (s)

Grafik 2. Hubungan antara kenaikan suhu T dengan lama pemanasan (s)


Linear sehingga t~T
Pada kegiatan 1 dari grafik 1 dan 2 dapat dilihat bahwa:
t~T, dimana
t mewakili Q, sehingga
Q~∆T
Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
16

14

12

10
lama pemanasan (s)

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
massa zat cair (g)

Grafik 3. Hubungan antara massa zat cair (m) dengan lama pemanasan (s)
Linear sehingga m~t
Pada kegiatan 2 dapat juga dilihat bahwa:
m~t, dimana
t mewakili Q, sehingga
Q~ m
Hubungan tersebut diperoleh hubungan
Q~ m.∆T
Karena kalor tersebut bergantung pula pada jenis zatnya, maka ditambahkan
konstanta sehingga diperoleh persamaan kalor,
Q = m.k.∆T
Satuan dari kalor jenis (menggunakan analisis dimensi) berdasarkan hasil
percobaan berdasarkan percobaan dari kegiatan 1 dan 2:
Q = m.k.∆T
J=kg.k.K
[MLT-2 ][L]=k.M.θ
ML2 T-2 =k.M.θ
ML2 T-2
k=
M.θ
dengan c bersatuan J/kgK
J
c=
kg.K
ML2 T-2
c=
M.θ
maka k=c dengan c (kalor jenis bersatuan J/kgK)
diperoleh persamaan
Q = m.c.∆T
Dengan:
Q = jumlah kalor (joule)
m = massa zat (kg)
k = konstanta jenis zat (J/kgK)
∆T = kenaikan suhu (Tc – T0)

Kegiatan 3: Menentukan kalor lebur es


Massa kalorimeter+pengaduk ={48,890±0,005}g
Massa air panas =(Massa kalorimeter+pengaduk+air panas)-
(Massa kalorimeter+pengaduk)
={150,120±0,005} g – {48,890±0,005} g
={101,230±0,010} g
Massa es batu = [Massa kalorimeter+pengaduk+air
panas+air (es batu yang mencair)]-
[Massa kalorimeter+pengaduk+air panas]
={171,850±0,005} g – {150,120±0,005} g
={21,730±0,010} g
1. Kalor untuk menaikkan 21,730 g es dari -100C ke 00C
a. Jumlah kalor
Q1 = mes × ces × ∆T
Q1 = 21,730 g × 0,5 kal/gCo × (0 – (-10)oC
Q1 = 108,65 kal
b. Ketidakpastian
Q1 = mes × ces × ∆T
Karena ces bernilai konstan jadi,
Q1 = mes × ∆T
∂Q1 ∂Q
dQ1 = | | dmes + | 1 | d∆T
∂mes ∂∆T
dQ1 =|∆T|dmes + |mes |d∆T
dQ1 ∆T mes
= | | dmes + | | d∆T
Q1 Q1 Q1
dQ1 dmes d∆T
=| | + | |
Q1 mes ∆T
∆Q1 ∆mes ∆∆T
=| | + | |
Q1 mes ∆T
∆mes ∆∆T
∆Q1 = | + | Q1
mes ∆T
0,010 g 1,0 ℃
∆Q1 = | + | 108,65 kal
21,730 g 10 ℃
∆Q1 =|0,00046 + 0,1|108,65 kal
∆Q1 = 0,10046 × 108,65 kal
∆Q1 = 10,915 kal
c. Kesalahan relatif
∆Q1
KR = × 100 %
Q1
10,915 kal
KR= ×100 % = 10 % (2 AB)
108,65 kal
d. Pelaporan fisika
Q1 ={Q1 ± ∆Q1}
Q1={1,1±0,1}x102kal
2. Kalor untuk menaikkan 21,730 g air 00C sampai suhu campuran (Tc = 40,60C)
a. Jumlah kalor
Q2 = mes × cair × ∆T
Q2 = 21,730 g × 1 kal/goC × (40,6 – 0) oC
Q2 = 21,730 kal/oC × 40,6 oC
Q2 = 882,238 kal
b. Ketidakpastian
0,010 g 1℃
∆Q2 = | + | 882,238 kal
21,730 g 40,6 ℃
∆Q2 =|0,00046 + 0,0246 |882,238 kal
∆Q2 = 0,02506 × 882,238 kal
∆Q2 = 22,1089 kal
c. Kesalahan relatif
22,1089 kal
KR= × 100 % = 2,5 % (3 AB)
882,238 kal
d. Pelaporan fisika
Q2={8,82±0,22}x102kal
3. Kalor yang hilang dari 101,230 g air dengan mendingin dari 68,50C sampai
suhu campuran (Tc = 40,6 0C)
a. Jumlah kalor
Q3 = mair × cair × ∆T
Q3 = 101,230 g × 1 kal/goC× (68,5 – 40,6) oC
Q3 = 101,230 kal/oC × 27,9 oC
Q3 = 2.824,317 kal
b. Ketidakpastian
0,010 g 1,0 ℃
∆Q3 = | + | 2.824,317 kal
101,230 g 27,9 ℃
∆Q3 =|0,000098 + 0,0358|2.824,317 kal
∆Q3 = 0,035898 × 2.824,317 kal
∆Q3 = 101,387 kal
c. Kesalahan relatif
101,387 kal
KR = ×100 % = 3,58 % (3 Angka Berarti)
2.824,317 kal
d. Pelaporan fisika
Q3 ={28,2±1,0}x102 kal
4. Kalor yang hilang dari kalorimeter dengan mendingin dari 68,50C sampai
suhu campuran(Tc = 40,6 0C)
a. Jumlah kalor
Q4 = mkalorimeter × caluminium × ∆T
Q4 = 48,890 g × 0,22kal/goC × (68,5 – 40,6) oC
Q4 = 10,7558 kal/oC × 27,9 oC
Q4 = 300,087 kal
b. Ketidakpastian
∆mkalorimeter ∆∆T
∆Q4 = | + | Q4
mkalorimeter ∆T
0,010 g 1℃
∆Q4 = | + | 300,087 kal
68,5 g 27,9 ℃
∆Q4 =|0,0001459 + 0,0358 |300,087 kal
∆Q4 = 0,0359459 × 300,087 kal
∆Q4 = 10,787 kal
c. Kesalahan relatif
10,787 kal
KR = × 100 % = 3,59 % (3 AB)
300,087 kal
d. Pelaporan fisika
Q4={3,00±0,11}x102kal
5. Kalor lebur es dengan persamaan Azaz Black
a. Kalor lebur es
Qterima = Qlepas
Q1 + Qes-air + Q2 = Q3 + Q4
Q1 + mes × Les+ Q2= Q3 + Q4
108,65 kal + mes × Les +882,238 kal = 2.824,317 kal + 300,087 kal
21,730 g × Les + 990,888 kal = 3.124,404 kal
21,730 g× Les= 3.124,404 kal – 990,888 kal
21,730 g × Les = 2.133,516 kal
2.133,516 kal
Les =
21,730 g
Les = 98,183 kal/g
b. Ketidakpastian
Qterima = Qlepas
Q1 + Qes-air + Q2 = Q3 + Q4
Q1 + mes × Les + Q2 = Q3 + Q4
mes × Les = (Q3 + Q4) - (Q1 + Q2)
(Q3 + Q4 )- (Q1 + Q2 )
Les =
mes
Les = [(Q3 + Q4) - (Q1 + Q2)] mes-1
Les = Q3 × mes-1 + Q4 × mes-1 - Q1 × mes-1 - Q2 × mes-1
∂Les ∂Les ∂Les ∂Les ∂Les
dLes = | | dQ3 + | | dQ4 + | | dQ1 + | | dQ2 + | | dmes
∂Q3 ∂Q4 ∂Q1 ∂Q2 ∂mes
dLes =|mes -1 dQ3 |+|mes -1 dQ4 |+|mes -1 dQ1 |+|mes -1 dQ2 |+
|(Q3 + Q4 - Q1 - Q2 ) dmes |
dQ3 dQ dQ dQ
dLes = | | + | 4 | + | 1 | + | 2 | +|(Q3 + Q4 - Q1 - Q2 )mes -2 dmes |
mes mes mes mes
∆Q1 +∆Q2 +∆Q3 +∆Q4 (Q + Q4 - Q1 - Q2 )∆mes
∆Les = | |+| 3 |
mes mes 2
110,915 kal+22,1089 kal+101,387 kal+10,787 kal
∆Les = | |+
21,730 g
(2.824,317 kal+300,087 kal-108,65 kal-882,238 kal)0,01 g
| |
(21,730 g)2
245,1979 kal 21,335 kal g
∆Les = | |+| |
21,730 g 472,1929 g2
∆Les =|11,284 kal/g|+|0,045 kal/g|
∆Les = 11,329 kal/g
c. Kesalahan relatif
∆Les
KR = × 100 %
Les
11,329 kal/g
KR = × 100 % = 11,5 % (2 AB)
98,183 kal/g
d. Pelaporan fisika
Les ={Les ± ∆Les}
Les ={98 ± 11}kal/g
6. Perbandingan teori
Lteori - Lpraktikum
%diff = | | ×100%
Lrata-rata
80,000 kal/g-98,183 kal/g
%diff= | | ×100%
89,0915 kal/g
18,183
%diff== | | ×100 % =0,2040 × 100 %=20%
89,0915

PEMBAHASAN
Kegiatan 1: Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T)
Pada kegiatan pertama dengan mencari hubungan antara jumlah kalor
dengan kenaikan suhu, maka variabel yang dimanipulasi adalah lama
pemanasannya yang mewakili jumlah kalor. Dengan suhu awal yaitu
T0={31,0±0,5}˚C dengan lama pemanasan dimulai dari t={30,0±0,1}s
berkelipatan 2 hingga diperoleh 6 data. Untuk data 1 diperoleh kenaikan suhu
yaitu T1={2,0±1,0}˚C, data 2 T2={5,0±1,0}˚C, data 3 T3={8,0±1,0}˚C, data
4 T4={11,0±1,0}˚C, data 5 T5={14,0±1,0}˚C, dan data 6 T6={17,0±1,0}˚C.
Sedangkan dengan suhu awal yang berbeda yaitu T0={34,0±0,5}˚C diperoleh data
1 T1={3,0±1,0}˚C, data 2 T2={7,0±1,0}˚C, data 3 T3={11,0±1,0}˚C, data 4
T4={15,5±1,0}˚C, data 5 T5={19,5±1,0}˚C, dan data 6 T6={22,0±1,0}˚C.
Kemudian dibuat tabel hubungan antara lama pemanasan dengan kenaikan
suhu untuk dibuatkan grafik yaitu grafik 1 untuk suhu awal T0={31,0±0,5}˚C dan
grafik 2 untuk suhu awal T0={34,0±0,5}˚C . Dari grafik 1 dan 2 diperoleh data
yang linear yang berarti lama pemanasan dan kenaikan suhu berbanding lurus.
Artinya semakin lama waktu pemanasan, maka semakin besar pula kenaikan
suhunya. Maka secara matematis dapat dituliskan t~T. Dimana lama
pemanasan sebanding dengan jumlah kalor karena semakin lama pemanasan maka
semakin besar pula kalor yang dibutuhkan/dikeluarkan. Sehingga diperoleh
hubungan Q~T.

Kegiatan 2: Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q)
Dari kegiatan ini, data massa zat yang telah diukur dan lama pemansan
yang mewakili jumlah kalor dibuatkan tabel untuk mencari bagaimana
hubungannya dengan grafiknya. Dari grafik 3, diperoleh data yang linear yang
berarti massa zat berbanding lurus dengan lama pemanasan. Artinya semakin
besar massa zat, maka semakin besar pula waktu lama pemanasannya. Maka
secara matematis dapat dituliskan m~t. Dimana lama pemanasan sebanding
dengan jumlah kalor karena semakin lama pemanasan maka semakin besar pula
kalor yang dibutuhkan/dikeluarkan. Sehingga diperoleh hubungan Q~m.
Berdasarkan hasil pembahasan pada kegiatan 1 dan 2, persamaan
matematis dari jumlah kalor(Q), yaitu Q~ m.∆T. Karena kalor tersebut bergantung
pula pada jenis zatnya, maka ditambahkan konstanta sehingga diperoleh
persamaan kalor, Q = m.k.∆T. Satuan konstanta tersebut dianalisis dimensi
ML2 T-2
sehingga diperoleh k= yang nilainya sama dengan c dimana c merupakan
M.θ

kalor jenis. Dari analisis tersebut diperoleh satuan dari c adalah J/kgK.
Dengan diperolehnya nilai k=c dimana c adalah kalor jenis, maka
persamaan kalor diperoleh Q = m.c.∆T. Dimana Q adalah jumlah kalor dengan
satuan Joule atau kalori, m adalah massa zat dengan satuan kilogram atau gram, c
adalah kalor jenis zat (J/kgK),dan ∆T adalah kenaikan suhu (Tc – T0) dengan
satuak Kelvin atau derajat Celcius.

Kegiatan 3: Menentukan kalor lebur es


Dari kegiatan ini, variabel-variabel yang telah diukur digunakan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan untuk memperoleh nilai kalor leur es dengan
menggunakan Asas Blanck. Massa air panas diperoleh dari massa
kalorimeter, pengaduk, dan air panas dikurangi dengan massa kalorimeter dan
pengaduk sehingga diperoleh mair panas={101,230±0,010} g. Massa es batu
diperoleh dari massa kalorimeter, pengaduk, air panas, air (es batu yang mencair)
dikurangi massa kalorimeter, pengaduk, dan air panas mes={21,730±0,010} g
Kemudian nilai-nilai massa dan perubahan suhu yang telah diukur
digunakan untuk mencari nilai kalor yang dibutuhkan tiap perubahan suhunya.
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 21,730 g es dari -100C ke 00C adalah
Q1 = 108,65 kal dengan ketidakpastian ∆Q1 = 10,915 kal, sehingga diperoleh
KR=10% dengan pelaporan fisika Q1={1,1±0,1}x102kal. Kalor untuk menaikkan
21,730 g air 00C sampai suhu campuran (Tc = 40,60C) adalah Q2 = 882,238 kal.
Ketidakpastian ∆Q2 = 22,1089 kal dengan kesalahan relatif 2,5%, sehingga
pelaporan fisikanya Q2={8,82±0,22}x102kal. Kalor yang hilang dari 101,230 g air
dengan mendingin dari 68,50C sampai suhu campuran (Tc = 40,6 0C) adalah Q3 =
2.824,317 kal. Ketidakpastian ∆Q3 = 101,387 kal dengan kesalahan relatif 3,58%,
sehingga pelaporan fisikanya Q3 ={28,2±1,0}x102 kal. Kalor yang hilang dari
kalorimeter dengan mendingin dari 68,50C sampai suhu campuran(Tc = 40,6 0C)
adalah Q4 = 300,087 kal. Ketidakpastian ∆Q4 = 10,787 kal dengan kesalahan
relatif 3,59% sehingga pelaporan fisikanya Q4={3,00±0,11}x102kal.
Data-data tersebut kemudian digunakan untuk memperoleh nilai kalor
lebur es dengan menggunakan persamaan Azaz Black dimana kalor yang diserap
sama dengan kalor yang diterima. Dimana kalor yang diserap atau diterima
termasuk Q1 + Qes-air + Q2 dan kalor yang dilepas adalah Q3 + Q4. Kalor lebur es
yang diperoleh adalah Les ={98 ± 11}kal/g. Jika dibandingkan dengan nilai teori
yaitu 80 kal/g dengan persen diff diperoleh perbedaan 20%. Hal ini terjadi karena
susahnya untuk mengukur massa air panas dengan cepat karena menggunakan
Neraca Ohauss 311 g sehingga banyak kalor yang dilepaskan. Kemudian massa es
yang dimasukkan juga sedikit sehingga nilainya tidak terlalu berpengaruh dan
membuat kita sulit untuk menentukan kapan es batu tersebut mencair.
SIMPULAN DAN DISKUSI
A. Simpulan
Simpulan berdasarkan rumusan masalah yang diajukan adalah,
1. Hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu (T) adalah
berbanding lurus Q~T.
2. Hubungan antara massa zat (m) dengan jumlah kalor (Q) adalah
berbanding lurus m~Q
3. Persamaan kalor yang diperoleh dari percobaan adalah Q=m.c.T
4. Nilai kalor lebur es hasil praktikum adalah Les ={98 ± 11}kal/g dengan
persen perbedaan dari teori yang bernilai 80 kal/g adalah 20%.

B. Diskusi
Diskusi yang kami lakukan berupa saran untuk asisten, dosen, dan
laboratorium ,
1. Saran bagi asisten
Kepada asisten kami menyarankan agar lebih memperhatikan keadaan
praktikan. Asisten hendaknya tidak meninggalkan praktikan saat
melakukan praktikum agar segala pengarahan mengenai praktikum dapat
diperoleh dengan jelas oleh praktikan.
2. Saran bagi praktikan
Kepada praktikan hendaknya mencari asisten untuk meminta respon dan
analisis pada awal waktu sebelum pengumpulan laporan agar tidak
kewalahan mengerjakan laporan praktikum. Dalam pengambilan data
juga harus berhati-hati agar tidak merusak alat maupun bahan yang
digunakan dan yang paling penting adalah praktikan harus teliti dalam
pengambilan data agar data yang diperoleh sesuai dengan teori.
3. Saran bagi dosen
Kepada dosen hendaknya membimbing lebih baik kepada para asisten
akan bagaimana cara membimbing praktikannya dalam melakukan suatu
praktikum sesuai dengan aturan-aturan yang ada.
4. Saran bagi laboratorium
Kepada laboratorium maupun petugas yang menyediakan alat dan bahan
dalam praktikum hendaknya mengawasi dan memperhatikan alat-alat
ukur atau kelengkapan yang ada di dalam laboratorium karena masih
banyak dari alat tersebut yang sudah rusak yaitu memiliki kesalahan
bersistem bahkan tak dapat/layak untuk digunakan lagi.
DAFTAR RUJUKAN

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga


Halliday, David dan Resnick, Robert. 1978. Fisika Jilid 2 Edisi ketiga
(terjemahan). Jakarta: Erlangga
Herman dan asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar:
Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Makassar.
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai