Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

UPTD KESEHATAN
PUSKESMAS ASAM KUMBANG
KECAMATAN IV NAGARI BAYANG UTARA

JL. PASAR BARU-ASAM KUMBANG KODE POS 25653

KERANGKA ACUAN

PEMBINAAN PELAKSANAAN KEGIATAN


PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT (PERKESMAS)
UPTD KESEHATAN PUSKESMAS ASAM KUMBANG
TAHUN 2018

1. PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
keamampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. U n t u k m e n c a p a i t u j u a n t e r s e b u t diperlukan upaya dari seluruh potensi
bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan
kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2025 yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan
aman (safe community). Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh
jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana,
pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai
dengan standar dan etika profesi.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan sub sistem upaya
kesehatan yang terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP)
dan upaya kesehatan masyarakat (UKM). UKM terutama
diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran serta aktif masyarakat dan
swasta, s e d a n g k a n U K P d a p a t d i s e l e n g g a r a k a n o l e h m a s y a r a k a t ,
swasta dan pemerintah. P e n y e l e n g g a r a a n u p a y a k e s e h a t a n h a r u s
b e r s i f a t m e n y e l u r u h , terarah, terencana, terpadu, berkelanjutan, terjangkau,
berjenjang, profesional dan bermutu. Puskesmas merupakan ujung tombak
penyelenggaraan UKM maupun U K P d i s t r a t a p e r t a m p e l a y a n a n k e s e h a t a n
d a n m e r u p a k a n u n i t P e l a k s a n a Te k n i s D i n a s K e s e h a t a n K a b u p a t e n /
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas
p e m b a n g u n a n k e s e h a t a n di Kabupaten/ Kota . Upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Kinerja Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar
yang paling dekat dengan masyarakat sangat menentukan kinerja
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan masyarakat sehat di wilayahnya. Prinsip
penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, terjangkau dan bermutu
merupakan prinsip y a n g s e h a r u s n y a diterapkan di Puskesmas, sehingga kinerja
Puskesmas lebih optimal.

II. LATAR BELAKANG


Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya
kesehatan b e l u m d a p a t m e n j a n g k a u s e l u r u h m a s y a r a k a t m e s k i p u n
P u s k e s m a s t e l a h a d a d i s e t i a p k e c a m a t a n y a n g r a t a - r a t a ditunjang oleh
tiga Puskesmas Pembantu. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya
angka kematian bayi yaitu per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-
2003) serta angka kematian ibu yaitu 307 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2002-2003). Masalah kesehatan lainnya
a d a l a h m u n c u l n y a p e n y a k i t - p e n y a k i t ( e m e rg i n g d i s e a s e s ) s e p e r t i
H I V / A I D S , SARS, chickungunya, dan meningkatnya kembali penyakit-
penyakit menular (re-emerging diseases) seperti TBC, malaria, serta penyakit
yang dapat dicegah dengan immunisasi. Sementara itu
u n t u k p e n y a k i t - p e n y a k i t d e g e n e r a t i f seperti penyakit jantung dan
penyakit pembuluh darah juga terjadi peningkatan. Keadaan ini semakin dipersulit
dengan masih terbatasnya jumlah sumber daya manusia baik dari aspek kuantitas
maupun kualitasnya. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah
p e n d u d u k m a s i h r e n d a h , seperti halnya tenaga perawat. Produksi perawat setiap
tahun sekitar 40.000 perawat baru, d e n g a n d e m i k i a n r a s i o t e r h a d a p
jumlah penduduk 1 : 2850 (SKN 2004).
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan u p a y a kesehatan
penunjang yang terintegrasi dalam semua upaya kesehatan Puskesmas termasuk dalam
upaya kesehatan wajib ( P r o m o s i kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA/KB, P2M,
gizi dan Pengobatan) tetapi dapat juga sebagai upaya kesehatan pengembangan yang
wajib dilakukan pada daerah tertentu. Dengan terintegrasinya upaya Perkesmas ke
dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya pengembangan, diharapkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dapat lebih bermutu karena diberikan secara holistik,
komprehensif pada semua tingkat pencegahan. Upaya keperawatan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan profesional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang dilaksanakan oleh perawat. Puskesmas Asam Kumbang sebagai pusat kesehatan
masyarakat di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara juga melaksanakan program pokok
dan program pengembangan Puskesmas. Salah satu bentuk program pengembangan
Puskesmas adalah dengan melaksanakan program perkesmas. Tujuan dari pelaksanaan
program Perkesmas ini adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat yang memiliki
resiko tinggi terhadap masalah kesehatan.

III. TUJUAN
3.1 TUJUAN UMUM
Terlaksananya program perawat kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Asam Kumbang dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan
pada Individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan resiko tinggi masalah
kesehatan
3.2 TUJUAN KHUSUS
1) Diketahui pencapaian program perkesmas pada tahun sebelumnya
2) Diketahui planning of action (POA) program Perkesmas untuk tahun berikutnya
3) Diketahui jumlah data sasaran program Perkesmas pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dengan resiko tinggi masalah kesehatan
4) Diketahui pelaksanaan (action) program Perkesmas pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki resiko tinggi
terhadap masalah kesehatan dengan melaksanakan asuhan
keperawatan (askep) keluarga dan askep.

IV. RENCANA KEGIATAN


4.1 SOSIALISASI PERKESMAS DI PUSKESMAS
4.1.1 RINCIAN KEGIATAN
a. Persiapan sosialisasi (menentukan sasaran, tempat, membuat undangan, persiapan
materi, peralatan dan perangkat rapat)
b. Pelaksanaan sosialisasi lintas program (Penyampaian materi dan evaluasi)
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang jumlah hadir, materi, respon audiens,
kendala, usulan, dsb
4.1.2 CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
a. Penyampaian materi tentang program Perkesmas
b. Diskusi dan tanya jawab
4.1.3 SASARAN
Seluruh petugas lintas UKP dan UKM (program) yang terkait dengan kegiatan program
Perkesmas
4.1.4 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
JANUARI 2018
4.2 PEMBINAAN INDIVIDU, KELUARGA DAN KELOMPOK
4.2.1 INDIVIDU
Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di
Poliklinik (BP) Puskesmas, Pustu dan Posyandu (Posyandu PTM, Posyandu Lansia)
dengan melaksanakan kegiatan :
1. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
2. Penyuluhan Kesehatan
3. Tindakan Keperawatan (direct care)
4. Konseling Keperawatan
5. Pengobatan (sesuai kewenangan)
6. Rujukan pasien/ masalah kesehatan
7. Dokumentasi keperawatan
Rencana pelaksanaan : di Rawat jalan atau Balai Pengobatan setiap hari kerja.
4.2.2 KELUARGA
Kunjungan rumah oleh perawat (home visit/ home care) terencana, bertujuan untuk
pembinaan keluarga rawan kesehatan. Home visit adalah salah suatu bentuk pelayanan
kesehatan komprehensif bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan
kesehatan diberikan ditempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya
sebagai subyek yang ikut berpartisipasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir
berbagai tenaga professional dibantu tenaga non professional di bidang kesehatan.
Ruang lingkup home visit yaitu : Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif,
melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya, mengembangkan
pemberdayaan pasien dan keluarga.
Mekanisme pelayanan home visite :
1. Proses Penerimaan
 Home visit menerima pasien dari tiap poliklinik di Puskesmas
 Koordinator program Perkesmas menunjuk perawat pelaksana Perkesmas untuk
mengelola kasus
 Perawat pelaksana Perkesmas membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan
kasus
2. Proses pelayanan home visit
 Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, petunjuk tempat tinggal pasien,
menyiapkan file asuhan keperawatan menyiapkan alat bantu media untuk
pendidikan
 Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan jelas tujuan observasi lingkungan
yang berkaitan dengan keamanan perawat
 Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien, membuat rencana kunjungan
selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan, dokumentasikan kegiatan
 Monitoring dan evaluasi antara lain kekuatan dan kelengkapan pengkajian awal,
kesesuaian perencanaan dan ketetapan pelaksanaan tindakan oleh pelaksana
 Proses penghentian pelayanan home visit dengan kriteria :
 Tercapai sesuai dengan tujuan
 Kondisi pasien stabil
 Program rehabilitasi tercapai secara maksimal
 Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
 Pasien dirujuk
 Pasien menolak pelayanan lanjutan
 Pasien meninggal dunia
Rencana pelaksanaan : Perawat melakukan asuhan keperawatan pada individu dan
keluarga melalui kunjungan rumah (home visite/ home care) setiap hari Selasa dan Jum’at.
Masing-masing perawat PNS membina 10 KK, jadi 10 KK x 8 orang perawat = 80 KK binaan.
4.2.3 KELOMPOK
a. Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (Posyandu Usila, Posyandu Balita, dll)
1. Pengkajian keperawatan individu di Kelompok
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan di Kelompok
3. Pengobatan (sesuai kewenangan)
4. Rujukan pasien/ masalah kesehatan
5. Dokumentasi keperawatan
b. Asuhan Keperawatan pasien di ruang rawat inap Puskesmas
1. Pengkajian keperawatan individu
2. Tindakan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (lingkungan)
3. Pendidikan/ penyuluhan kesehatan
4. Pencegahan infeksi di ruangan
5. Pengobatan sesuai kewenangan
6. Penanggulangan kasus gawat darurat
7. Rujukan pasien/ masalah kesehatan
8. Dokumentasi keperawatan
Rencana pelaksanaan : Perawat melakukan kunjungan ke kelompok prioritas terencana
( Posyandu Usila, Posyandu Balita, dll)

4.3 RDK (REFLEKSI DISKUSI KASUS)


Refleksi diskusi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat
yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar.
4.3.1 TUJUAN
1. Untuk mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan
3. Membangkitkan motivasi untuk belajar.
4.3.2 PERSYARATAN
1. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5 – 8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai penyaji
dan lainnya sebagai peserta.
3. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya, agar
setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
peserta lainnya memperhatikan proses diskusi.
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau tertumpu
hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam berdiskusi.
4.3.3 PROSES DISKUSI
1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/supervisor di
puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan RDK
secara rutin, terencana dan terjadwal dengan baik.
2. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman klinis dan iptek
diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.
3. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman sebagai
fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
4. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan
pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa yang
merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing.
5. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang nerasa tertekan
ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan
bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
6. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang muncul
tidak terjadi atau terulang lagi.
8. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.
4.3.4 PERAN SEBAGAI FASILITATOR, PENYAJI DAN ANGGOTA
a. Pedoman Bagi Fasilitator
1. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
2. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk merefleksikan
pengalaman klinis masing-masing.
3. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
4. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
5. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20 menit.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
secara bergilir selama 30 menit.
7. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan klarifikasi
bila ada yang tidak jelas.
8. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
9. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua peserta lainnya
satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
10.Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
11. Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul, termasuk
meminta tanda tangan semua peserta.
12.Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya.
13.Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
14.Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
b. Pedoman bagi Penyaji
1. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang pernah
dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
2. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
3. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir atau
berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan apa saja yang
dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
4. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
5. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa
klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang harus anda
lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
6. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan
serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan
atau SOP yang berlaku.
7. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, atau hal-
hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
8. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang pertama
dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari dari kasus
tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap dapat
memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah diketahui tetapi
dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat dipergunakan untuk perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.
c. Pedoman Bagi Anggota/Peserta
1. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya diberikan
untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
2. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang
berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani kasus
semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
3. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung atau
memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen itu harus dilakukan.
4. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang berbeda ,
tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda dilarang keras
untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi kepada penyaji
apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda pikirkan.
5. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena sangat
mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada diantaranya yang
belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan kesempatan bagi semua
anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari proses
diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat singkat.
6. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran anda.
7. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah itu anda
perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses diskusi kasus
tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari fasilitator pada akhir sesi
tersebut.
8. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi semua
peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa yang akan datang.
4.3.5 PENUGASAN
 Kelompok dibagi dalam kelompok bidan RS dan Puskesmas serta kelompok perawat RS
dan puskesmas
 Pelaksanaannya diawasi oleh bidan dan perawat trainers.
4.3.6 JADWAL PELAKSANAAN
Refleksi diskusi kasus (RDK) bulan Juni dan Desember 2018
4.3.7 KESIMPULAN
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metoda baru yang dapat menuntun perawat
dan bidan dalam satu kelompok diskusi, baik di rumah sakit maupun puskesmas untuk berbagi
pengetahuan serta pengalaman klinisnya yang didasarkan atas standar yang berlaku. Proses
diskusi yang berlangsung memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk merefleksikan
pengalaman serta kemampuannya , tanpa tekanan, bahkan terkondisi bahwa setiap peserta saling
mendukung, utamanya bagi perawat atau bidan yang tidak terbiasa atau kurang percaya diri
dalam menyampaikan pendapat.
Issue-issue yang muncul dapat menambah pengetahuan peserta dan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan suatu SOP atau membuat yang baru bila
diperlukan. Selain itu issue yang muncul dapat dijadikan cermin dimasa yang akan datang tidak
terulang kembali. Pemahaman peserta terhadap standar maupun SOP yang semakin meningkat
berarti akan semakin meningkatkan profesionalisme mereka, sebagai landasan untuk melakukan
kinerja yang bermutu tinggi.
4.3.8 EVALUASI PROSES
1. Apa yang dimaksud dengan Refleksi Diskusi Kasus (RDK) ?
2. Sebutkan tujuan dilaksanakan RDK ?
3. Sebutkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan selama RDK berlangsung dan apa
alasannya!
4. Apa saja manfaat dari issue-issue yang muncul dalam proses RDK ?
5. Mengapa RDK dikatakan sebagai salah satu metoda dalam in-service training ?

Ditetapkan di : Asam Kumbang


Pada tanggal :
KEPALA UPTD. PUSKESMAS ASAM KUMBANG

dr. AL LAILY FITRI

Anda mungkin juga menyukai