Disusun Oleh:
Nama kelompok :
1. Nika Nurmalia
2. Puji astuti retnoningsih
3. Putri Khunaezah
4. Rania taufika r
5. Risa nuraini
6. Siti mariatul k
7. Siti Imronah
8. Wardah Hamidah
9. Ali Torihin
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
B. Rumusan Masalah
4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan? 5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik. Lansia
adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni :
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak
acuh, perbedaan. 2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi
dengan tepat.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk
berfokus pada informasi.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.
C.Lingkungan wawancara:
b) Jaga privasi.
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.
3. Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
7. Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus
pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-
lain.
7. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat
sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung
masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
B. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan Penolakan adalah
ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian kejadian nyata sesuatu yang
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien. Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku
dalam tenggang waktu tertentu. Langkah langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila
sedang mengalami puncak reaksinya.
b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi
klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri. Langkah ini bertujuan
mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta
upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat
dan macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat. Langkah ini bertujuan untuk
membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah sumber informasi atau data klien
dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya
ini dapat di laksanakan dengan cara cara sebagai berikut :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal hal yang dapat di lakukan dalam rangka
membantu.
c. Hendaknya pihak pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3 Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan
tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap,
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
9. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia Beberapa prinsip etika yang
harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah: Empati :istilah empati
menyangkut pengertian: simpati atas dasar pengertian yang mendalam.dalam istilah ini
diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian,kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut.tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,tidak berlebihan, sehingga
tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan.oleh karena itu semua petugas
geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik dari penderita lansia. Yang harus
dan jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan
yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan
(harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere ( yang terpenting jangan
membuat seseorang menderita ).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring
yang tepat untuk menghindari ras nyeri,pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat
morfin) yang cukup,pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
Otonomi :yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.tentu sekali saja hak tersebut
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan,apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri/bebas.
Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi
semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
BAB III
PENUTUP
B. Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam
pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh
sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
ROLEPLAY
Pada suatu hari, tinggalah sepasang kakek nenek yang bernama kakek ali berumur 70 dan
nenek Retno berumur 60 tahun, Beliau mempunyai 3 cucu.beliau kini tinggal bersama
seorang cucu yang bernama risa,rania,dan kifti. Cucu nya yang bernama kifti itu adalah
adik dari risa dan rania sangat halus dan sayang kepada neneknya sedangkan kifti cucu
yang nakal sekali, tidak pernah mendengarkan apa kata nenek retno. Cucu nya itu kuliah
di salah satu kampus ternama di semarang. kifti juga jarang pulang ke rumah sehingga
yang menemani nenek retno cucunya bernama risa dan rania, dan jika pulang pun hanya
untuk istirahat tidur dan makan saja. Dalam keluarga tersebut sering terjadi keributan
antara Nenek,kakak-kaka kifti dan kifti. kifti sering kali memerintah sang nenek untuk
menuruti semua kemauan cucunya itu. Ketika tidak di turuti, kifti tidak segan untuk
memukuli neneknya bahkan pernah sampai pingsan saat kakak – kakak nya bekerja.
Sehingga pada suatu pagi hari, tepatnya pada hari jumat. Para tetangga saudara nenek
juga ikut menasehati kifti saat marah – marah dengan sang nenek. terjadilah
dialog/percakapan sebagai berikut :
kakek :nek,ambilin kaos kakinya kifti,mau berangkat kuliah kasihan nanti telat
Risa : bicara sama nenek itu pelan – pelan kasihan beliau sudah tua kif,..
kifti : Uch...dasar kakak dan nenek serba lelet,kakek juga buruan ngambilnya jangan
lama-lama
retno : iya cucuku sayang...ini saos cabe nya udah nenek temuin
kifti : Ya ampun kakak bawel banget sih,....bukan saos cabe yang saya cari nenek!!! Tapi
kaos kaki!!! Dasar Tuli,Bau tanah, Kenapa nggak meninggal aja sich??!!
Tidak berapa lama kemudian kakek tidak sadarkan diri karena mendengarkan keributan
dari cucu-cucunya karena sang kakek memiliki riwayat penyakit jantung,dan langsung
dibawa RS dan dinyatakan sudah tidak bisa tertolong lagi dan kakek pun
dimakamkan,setelah pulang dari pemakaman keributan terjadi lagi didalam rumah
Rania :kifti kamu sadar nggk gara-gara perbutan kamu,kakek jadi meninggal
Nenek :astagfirullah jangan ribut terus kasihan kakek,kita masih dalam keadaan berduka
Risa :Astaqfirullah.. tega kamu dek bilang kayak gitu sama nenek sendiri...( sambil
meneteskan air mata kesedihan )
Rania : kifti,...kamu itu tidak pernah sopan sama nenek ( kakaknya pun marah dengan ali)
Tetangga :kenapa ini kok pada ribut,kita masih dalam kondisi berduka
Tetangga :nggak boleh bilang gitu,semua udah takdir dari yang kuasa. Kita berdoa supaya
kakek dilapangkan kuburnya
Tetangga :banyakin sabar ya nek,siapa tau nanti kifti bisa baik lagi
Kifti :aku maen aja,dari pada berisik dirumah
Nenek : Cucuku...ada uang jajan nggak??sini nenek kasi uang jajan... nenek Cuma ada
Rp.10.000 ini...ambilah cu...
Cucu :Apa nek???!! Rp 10.000???? Mending nggak usah aja nek... simpan saja untuk
beli peti mati nenek!!!
Nenek retno pun hanya bisa sabar dan menarik nafas yang sungguh dalam. Bukan hanya
kali ini saja nenek retno di buat begitu, tapi sudah sering bahkan kata-kata yang terucap
dari mulut cucunya itu lebih menusuk. Hingga pada siang hari jum at itu, cucunya pulang
kuliah pada pukul 12.00 tanpa mengucapkan salam langsung saja masuk dan dengan
pandangan sinis lansung menuju kamar dan berbaring sambil mendengarkan musik.
Kifti : (Hanya menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar serta sambil bernyanyi...)
Cucu ali : Nggak mau!!!nenek aja yang sholat!!kan nenek sebentar lagi meninggal,udah
bau tanah...
Kesabaran nenek pun semakin di uji oleh kata-kata perih yang selalu terucap dari bibir
sang cucu. Hingga akhirnya sang nenek memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan
tidak tau hendak menuju kemana. Hingga tiba pada sore hari jum at itu sang nenek
memutuskan untuk pergi tanpa memberi kabar kepada siapapun. Ternyata nenek itu pergi
ke rumah peristirahatan terakhir suaminya yang pergi mendahuluinya. Dengan langkah
yang lemah gemulai di iringi tongkat peninggalan suaminya, sang nenek pun menuju
pemakaman suaminya. Disana ia menangis, mengadu kepada suaminya tentang perilaku
cucunya dan apa yang dialaminya saat ini. Ia tak peduli berapa lama ia akan tinggal di
samping pemakaman suaminya itu, hanya itulah yang bisa membuatnya tenang. Tak lama
kemudian, terdengar lah suara adzan isya berkumandang.sang nenek pun menghapus air
matanya dan berwudhu serta sholat di samping makam suaminya. Merasa aneh, sang
perawat yang baru saja ingin berangkat dinas lansung mendekati sang nenek. Setelah
selesai sholat, sang perawat itu pun menghampiri nenek itu.
Perawat kifti : Nek...kelihatannya nenek sedang sedih...kenapa? mari ikut dengan saya
nek... tidak baik malam-malam nenek di sini, cuaca juga sangat dingin tidak baik untuk
kesehatan.
Perawat : Iya nek...saya mengerti apa yang nenek rasakan. nanti di ruangan kita
bicarakan lagi ya nek...dan sekarang sebaiknya nenek ikut dulu dengan saya ya.
Nenek : Baiklah nak... Akhirnya Nenek Novi dan Perawat Reza pun langsung menuju
tempat dinasnya.setibanya di Ruang jaga sang nenek pun di perlakukan sama oleh teman-
teman perawat, sangat ramah dan baik sekali. Perawat Reza paham betul bagaimana cara
melakukan pendekatan terhadap lansia dan juga mengerti bagaimana cara berkomunikasi
kepada lansia.
Perawat iim : Nek, nenek istirahat saja dulu...nenek mau tidur atau berbaring? Tapi
sebaiknya nenek berbaring saja dulu ya.
Nenek : iya nak...terima kasih ya.( Nenek itu sesekali mengeluarkan air mata)
Perawat iim : kenapa nenek mengeluarkan air mata?? Maaf nek kalu misalkan saya
mengucapkan kata-kata yang menyinggung hati nenek?( Reza paham,kalau lansia adalah
orang yang mudah tersinggung)
Nenek iim : Bukan nak...nenek bukan menangis karna itu.tapi nenek merasa terharu. Baru
ini lah nenek di perlakukan sebaik ini.
Perawat wardah : owh..begitu... Owh iya nek...kenapa tadi nenek sendirian dan menangis
di pemakaman? apakah suami nenek meninggal?
Nenek : Bukan nak,suami nenek sudah lama meninggal. Nenek menangis tadi sore karena
nenek sudah tidak tahan lagi tinggal dirumah?
Perawat wardah : Owh seperti itu...lalu emangnya kenapa dengan keadaan rumah
nenek?apa yang membuat nenek tidak betah?
Nenek :Itu lah nak...nenek mempunyai cucu yang kurang ajar, sering memaki nenek dan
tidak pernah menghargai nenek.
Perawat putri : Mungkin dia masih belum bisa memahami keadaan nenek..nenek yang
sabar aja ya.(empati).putri paham apa yang dirasakan nenek sekarang
Nenek retno :iya,tapi nenek sudah nggak kuat dengan perilaku cucu nenek
Perawat Putri :nenek bisa tinggal disini dulu sama kita,sampai cucu nenek bisa
menjemput nenek dan bisa sadar dengan perilakunya
Ke esokan harinya sang cucu pun menjemput nenek itu,dan meminta maaf serta berjanji
kepada si nenek untuk mengubah prilakunya selama ini.akhirnya sang nenek pun kembali
lagi kerumah dan cucu nya itu menjaga neneknya dengan penuh kasih sayang dan
berkomunikasi dengan baik.