Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ROLE PLAY KEPERWATAN GERONTIK

Disusun Oleh:

Nama kelompok :

1. Nika Nurmalia
2. Puji astuti retnoningsih
3. Putri Khunaezah
4. Rania taufika r
5. Risa nuraini
6. Siti mariatul k
7. Siti Imronah
8. Wardah Hamidah
9. Ali Torihin

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali
telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).

Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada


terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan
telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
Berdasarkan hal hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul komunikasi pada
lansia.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia?

2. Komunikasi pada lansia?


3. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia?

4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan? 5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?

6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tata cara berkomunikasi pada lansia.

2. Dapat memberikan komunikasi terapeutik pada lansia.

3. Dapat membantu proses keperawatan pada lansia.


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian komunikasi dan lansia Komunikasi merupakan suatau hubungan atau


kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai
saling tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia
baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13)

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang
lain. (Potter & Perry, 2005 : 301)

komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik. Lansia
adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang


menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut
lanjut usia.kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).

Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni :

1. Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru


memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Komunikasi pada lansia Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan
faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh
serta memperhatikan waktu yang tepat.

a. Ketrampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik yaitu :


Mendengarkan dengan perhatian telinga kita
Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b. Tekhnik komunikasi dengan lansia :

1. Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. Kecepatan dan


tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan
kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan. Tetapi
berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-
hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan
yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.. Berikan
kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi,pembicara
sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif,merubah topik pembicaaraan
dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak
interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah
makan dari pada menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple
dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.

2. Teknik nonverbal komunikasi :

1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak
acuh, perbedaan. 2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.

3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.

4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi
dengan tepat.

5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.

3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia:


1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.

2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak metode primer yang non verbal.

3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan.

4) Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.

5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.

6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.

7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk
berfokus pada informasi.

8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.

9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.

10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

C.Lingkungan wawancara:

a) Posisi duduk berhadapan

b) Jaga privasi.

c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam

d) Kurangi keramaian dan berisik

e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia :

1. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat


juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat
dan respon pada pertanyaan seseorang.

3. Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.

4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya

6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.

7. Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.

8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus
pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-
lain.

9. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan


dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia,
gangguan kontak dengan realita.

10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu


banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara,
peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes

7. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.

A. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi

1. Pendekatan fisik Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian


yang di alami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai
dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.

2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat
sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung
masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

3. Pendekatan sosial Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan


berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama
lansia maupun dengan petugas kesehatan,

4. Pendekatan Spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam


hubungannya dengan tuhan atau agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit
atau mendekati kematian.

B. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan Penolakan adalah
ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,
keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian kejadian nyata sesuatu yang
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :

1. Penolakan segera reaksi penolakan klien. Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku
dalam tenggang waktu tertentu. Langkah langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :

a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila
sedang mengalami puncak reaksinya.

b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.

c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi
klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri. Langkah ini bertujuan
mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di lakukan serta
upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat
dan macam, perawatan.

b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.

c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya


dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu
bersamanya.

3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat. Langkah ini bertujuan untuk
membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah sumber informasi atau data klien
dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya
ini dapat di laksanakan dengan cara cara sebagai berikut :

a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.

b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal hal yang dapat di lakukan dalam rangka
membantu.

c. Hendaknya pihak pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.

d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

8. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.

a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :

1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan


dan lama wawancara

2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.

3 Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak

5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon


nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.

6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan


distress yang ada

7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian.

8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan
tetap mengobservasi.

9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.

10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.

11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap,
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.

12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.

13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.


Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol. Menjamin alat bantu
dengar yang berfungsi dengan baik. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas. Jangan
berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar
dengan lebih baik. Berdiri di depan klien. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek
dan sederhana Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir. Mendorong keikutsertaan dalam
aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani. Berbicara pada tingkat
pemahaman klien. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas
atau keahlian

9. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia Beberapa prinsip etika yang
harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah: Empati :istilah empati
menyangkut pengertian: simpati atas dasar pengertian yang mendalam.dalam istilah ini
diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian,kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut.tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,tidak berlebihan, sehingga
tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan.oleh karena itu semua petugas
geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik dari penderita lansia. Yang harus
dan jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan
yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan
(harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere ( yang terpenting jangan
membuat seseorang menderita ).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring
yang tepat untuk menghindari ras nyeri,pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat
morfin) yang cukup,pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.

Otonomi :yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.tentu sekali saja hak tersebut
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan,apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri/bebas.

Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi
semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak
dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang
seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun
sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan
serta memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit
dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-
hal yang harus diperhatikan diantaranya :

1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.

2. Tehknik untuk wawancara.

3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.

4. Mood dan privasi

5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B. Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam
pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh
sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
ROLEPLAY

Puji Astuti Retnoningsih Sebagai Nenek usia 60 tahun

Nika Nurmalia sebagai teman nenek usia 62 tahun

Siti imronah sebagai saudara

Putri Khunaezah,Wardah Hamidah,dan Siti Mariatul Kiftiah Sebagai Perawat

Risa Nuraini,Rania Taufika sebagai kakak ali

Ali torihin Sebagai cucu yang nakal

Pada suatu hari, tinggalah sepasang kakek nenek yang bernama kakek ali berumur 70 dan
nenek Retno berumur 60 tahun, Beliau mempunyai 3 cucu.beliau kini tinggal bersama
seorang cucu yang bernama risa,rania,dan kifti. Cucu nya yang bernama kifti itu adalah
adik dari risa dan rania sangat halus dan sayang kepada neneknya sedangkan kifti cucu
yang nakal sekali, tidak pernah mendengarkan apa kata nenek retno. Cucu nya itu kuliah
di salah satu kampus ternama di semarang. kifti juga jarang pulang ke rumah sehingga
yang menemani nenek retno cucunya bernama risa dan rania, dan jika pulang pun hanya
untuk istirahat tidur dan makan saja. Dalam keluarga tersebut sering terjadi keributan
antara Nenek,kakak-kaka kifti dan kifti. kifti sering kali memerintah sang nenek untuk
menuruti semua kemauan cucunya itu. Ketika tidak di turuti, kifti tidak segan untuk
memukuli neneknya bahkan pernah sampai pingsan saat kakak – kakak nya bekerja.
Sehingga pada suatu pagi hari, tepatnya pada hari jumat. Para tetangga saudara nenek
juga ikut menasehati kifti saat marah – marah dengan sang nenek. terjadilah
dialog/percakapan sebagai berikut :

kifti : Nek...!!! di mana kaos kaki kifti??!! Udah telat ni...

kakek :nek,ambilin kaos kakinya kifti,mau berangkat kuliah kasihan nanti telat

nenek :iya,sebentar lagi dicariin

Risa : bicara sama nenek itu pelan – pelan kasihan beliau sudah tua kif,..

Kifti :gimana bisa pelan nenek aja yang tuli

Rania : biar ali sendiri nek yang ambil,..


Kakek :udah-udah jangan pada ribut,biar kakek aja yang cariin

kifti : Uch...dasar kakak dan nenek serba lelet,kakek juga buruan ngambilnya jangan
lama-lama

retno : iya cucuku sayang...ini saos cabe nya udah nenek temuin

Risa : kifti,.... jangan kasar ngomong nya !!

kifti : Ya ampun kakak bawel banget sih,....bukan saos cabe yang saya cari nenek!!! Tapi
kaos kaki!!! Dasar Tuli,Bau tanah, Kenapa nggak meninggal aja sich??!!

Tidak berapa lama kemudian kakek tidak sadarkan diri karena mendengarkan keributan
dari cucu-cucunya karena sang kakek memiliki riwayat penyakit jantung,dan langsung
dibawa RS dan dinyatakan sudah tidak bisa tertolong lagi dan kakek pun
dimakamkan,setelah pulang dari pemakaman keributan terjadi lagi didalam rumah

Rania :kifti kamu sadar nggk gara-gara perbutan kamu,kakek jadi meninggal

Kifti :yaelah udah takdir kak,udah tua juga

Nenek :astagfirullah jangan ribut terus kasihan kakek,kita masih dalam keadaan berduka

Risa :Astaqfirullah.. tega kamu dek bilang kayak gitu sama nenek sendiri...( sambil
meneteskan air mata kesedihan )

Rania : kifti,...kamu itu tidak pernah sopan sama nenek ( kakaknya pun marah dengan ali)

Tetangga :kenapa ini kok pada ribut,kita masih dalam kondisi berduka

Rania : ini gara gara kifti mbak,kakek bisa meninggal

Tetangga :nggak boleh bilang gitu,semua udah takdir dari yang kuasa. Kita berdoa supaya
kakek dilapangkan kuburnya

Kifti :ahhh berisik,itu bukan urusannmu

Nenek : kifti,...cucu nenek kalau ngomong jangan bentak-bentak,yang sopan cu (nenek


menangis)

Tetangga :banyakin sabar ya nek,siapa tau nanti kifti bisa baik lagi
Kifti :aku maen aja,dari pada berisik dirumah

Nenek : Cucuku...ada uang jajan nggak??sini nenek kasi uang jajan... nenek Cuma ada
Rp.10.000 ini...ambilah cu...

Cucu :Apa nek???!! Rp 10.000???? Mending nggak usah aja nek... simpan saja untuk
beli peti mati nenek!!!

Nenek retno pun hanya bisa sabar dan menarik nafas yang sungguh dalam. Bukan hanya
kali ini saja nenek retno di buat begitu, tapi sudah sering bahkan kata-kata yang terucap
dari mulut cucunya itu lebih menusuk. Hingga pada siang hari jum at itu, cucunya pulang
kuliah pada pukul 12.00 tanpa mengucapkan salam langsung saja masuk dan dengan
pandangan sinis lansung menuju kamar dan berbaring sambil mendengarkan musik.

Nenek : kifti cucuku sayang...baru pulang ya???

Kifti : (Hanya menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar serta sambil bernyanyi...)

Nenek : Astaqfirullah...cu,udah azan kok belum sholat

Cucu ali : Nggak mau!!!nenek aja yang sholat!!kan nenek sebentar lagi meninggal,udah
bau tanah...

Kesabaran nenek pun semakin di uji oleh kata-kata perih yang selalu terucap dari bibir
sang cucu. Hingga akhirnya sang nenek memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan
tidak tau hendak menuju kemana. Hingga tiba pada sore hari jum at itu sang nenek
memutuskan untuk pergi tanpa memberi kabar kepada siapapun. Ternyata nenek itu pergi
ke rumah peristirahatan terakhir suaminya yang pergi mendahuluinya. Dengan langkah
yang lemah gemulai di iringi tongkat peninggalan suaminya, sang nenek pun menuju
pemakaman suaminya. Disana ia menangis, mengadu kepada suaminya tentang perilaku
cucunya dan apa yang dialaminya saat ini. Ia tak peduli berapa lama ia akan tinggal di
samping pemakaman suaminya itu, hanya itulah yang bisa membuatnya tenang. Tak lama
kemudian, terdengar lah suara adzan isya berkumandang.sang nenek pun menghapus air
matanya dan berwudhu serta sholat di samping makam suaminya. Merasa aneh, sang
perawat yang baru saja ingin berangkat dinas lansung mendekati sang nenek. Setelah
selesai sholat, sang perawat itu pun menghampiri nenek itu.

Perawat kifti : Assalamualaikum nek. Nenek : Waalaikumsalam...


Perawat kifti : Saya kifti nek, perawat di rumah sakit islam, Kenapa nenek malammalam
ada disini? Nenek : (nenek itu hanya terdiam)

Perawat kifti : Nek...kelihatannya nenek sedang sedih...kenapa? mari ikut dengan saya
nek... tidak baik malam-malam nenek di sini, cuaca juga sangat dingin tidak baik untuk
kesehatan.

Nenek : Tapi saya tidak mau pulang kerumah.

Perawat : Iya nek...saya mengerti apa yang nenek rasakan. nanti di ruangan kita
bicarakan lagi ya nek...dan sekarang sebaiknya nenek ikut dulu dengan saya ya.

Nenek : Baiklah nak... Akhirnya Nenek Novi dan Perawat Reza pun langsung menuju
tempat dinasnya.setibanya di Ruang jaga sang nenek pun di perlakukan sama oleh teman-
teman perawat, sangat ramah dan baik sekali. Perawat Reza paham betul bagaimana cara
melakukan pendekatan terhadap lansia dan juga mengerti bagaimana cara berkomunikasi
kepada lansia.

Perawat iim : Nek, nenek istirahat saja dulu...nenek mau tidur atau berbaring? Tapi
sebaiknya nenek berbaring saja dulu ya.

Nenek : iya nak...terima kasih ya.( Nenek itu sesekali mengeluarkan air mata)

Perawat iim : kenapa nenek mengeluarkan air mata?? Maaf nek kalu misalkan saya
mengucapkan kata-kata yang menyinggung hati nenek?( Reza paham,kalau lansia adalah
orang yang mudah tersinggung)

Nenek iim : Bukan nak...nenek bukan menangis karna itu.tapi nenek merasa terharu. Baru
ini lah nenek di perlakukan sebaik ini.

Perawat wardah : owh..begitu... Owh iya nek...kenapa tadi nenek sendirian dan menangis
di pemakaman? apakah suami nenek meninggal?

Nenek : Bukan nak,suami nenek sudah lama meninggal. Nenek menangis tadi sore karena
nenek sudah tidak tahan lagi tinggal dirumah?

Perawat wardah : Owh seperti itu...lalu emangnya kenapa dengan keadaan rumah
nenek?apa yang membuat nenek tidak betah?
Nenek :Itu lah nak...nenek mempunyai cucu yang kurang ajar, sering memaki nenek dan
tidak pernah menghargai nenek.

Perawat putri : Mungkin dia masih belum bisa memahami keadaan nenek..nenek yang
sabar aja ya.(empati).putri paham apa yang dirasakan nenek sekarang

Nenek retno :iya,tapi nenek sudah nggak kuat dengan perilaku cucu nenek

Perawat Putri :nenek bisa tinggal disini dulu sama kita,sampai cucu nenek bisa
menjemput nenek dan bisa sadar dengan perilakunya

Nenek retno :Iya sus,terimaksih

Ke esokan harinya sang cucu pun menjemput nenek itu,dan meminta maaf serta berjanji
kepada si nenek untuk mengubah prilakunya selama ini.akhirnya sang nenek pun kembali
lagi kerumah dan cucu nya itu menjaga neneknya dengan penuh kasih sayang dan
berkomunikasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai